SEMARANG – Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar Summer Course Program dengan mengangkat tema “European and Asian Business Model: Challenges, Barriers, and Opportunities,” Senin (5/7/2021). Summer course 2021 yang mengangkat tema peluang, tantangan dan hambatan dari model bisnis Eropa dan Asia ini sangat diminati oleh para mahasiswa, sehingga tak kurang dari 600 mahasiswa, dimana 113 mahasiswa di antaranya berasal dari perguruan tinggi di luar negeri, mengikuti program ini.
Selain tema yang menarik, para pembicara yang terlibat adalah pakar-pakar yang memiliki reputasi yang menonjol. Mereka adalah Prof. Dr.Ing. Jan Veuger dan Prof. Timber Haaker, dari Saxion University of Applied Sciences, The Netherlands; kemudian Dr. Yifan Zhong, dari Curtin University Australia; Prof. Dr. Ali Smida dari Sorbonne University Paris Cite, France; serta Prof. Ying Chyi Chou dari Tunghai University, Taiwan,
Pemateri lain yang turut mengisi summer course FEB Undip kali ini adalah Dr. Pok Wei Fong dan Dr. Omar Hamdan Alkharabsheh dari Universiti Tunku Abdul Rahman Malaysia; Prof. Shimada Yuzuru dari Nagoya University Japan; Dr. Chung-Ming Chang dari Chang Gung University Taiwan; Azilah Anis, Ph.D dari Universiti Teknologi MARA Malaysia; Dwi Winarsih, Ph.D dari Universite de La Rochelle France; dan Prof. Dr. Che Ruhana Binti Isa serta Assoc. Prof. Dr. Ervina Binti Alfan dari University of Malaya Malaysia. Pakar dan peneliti IDHEP (Institut de Développement et des Hautes Études de Paris) Paris France pun turut serta melalui empat personel andalannya, yakni Dr. Kaouther Ben Jemaa; Prof. Dr. Faouzi Bensebaa,; Prof. Dr. Michel Dimou; dan Dr. Elhem Hammami.
Dekan FEB Undip, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si.; mengaku bangga dengan penyelenggaraan summer course kali ini meski harus dilakukan secara daring. Suharnomo menyebut ditilik dari jumlah partisipan dan jumlah pakar yang terlibat adalah sesuatu yang luar biasa. “Merupakan kehormatan bagi saya untuk menyambut Anda semua dalam program Summer Course 2021. Acara ini merupakan program tahunan kami yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 minggu mulai tanggal 5 Juli sampai dengan tanggal 23 Juli 2021. Kami sangat senang dengan partisipasi para pembicara terkemuka dari universitas mitra kami di luar negeri,”kata Suharnomo.
Yang pasti, dia berharap agar diskusi ini bisa memberikan manfaat yang maksimal kepada semua pihak yang terlibat. Setidaknya bisa dipetik pemahaman yang penting apa hambatan, peluang dan tantangan dari model bisnis Eropa dan Asia yang ada sekarang ini. ‘’Semoga kita semua mendapatkan ilmu baru dan berharga melalui program kuliah tiga minggu ini,’’harap dia.
Dr. Pok Wei Fong dari Universiti Tunku Abdul Rahman, Malaysia sebagai pembicara pertama dalam kesempatan ini banyak bicara terkait dengan e-commerce business models dan strategi kesuksesannya. Menurut Wei Fong, era digital seperti saat ini, bisnis e-commerce merupakan hal yang menarik. Orang mulai nyaman menggunakan e-commerce karena dengan berbelanja online, manusia tidak lagi harus pergi belanja.
Namun yang perlu diperhatikan dari bisnis e-commerce adalah terkait dengan website, teknologi di bidang teknologi informasi (IT), penjualan atau market, informasi dan komunikasi yang menuntut pengelolanya, harus mampu menguasai media sosial. Peran media sosial menurutnya sangat penting, sebab mampu menjaring konsumen dalam hal ini.
Bisnis e-commerce menurutnya, meski komprehensif, kuncinya adalah bagaimana pemasaran itu menarik konsumen lewat media sosial. Wei Fong mengingatkan agar mekanisme dan pola kerja produk bisa sampai kepada konsumen harus diperhatikan dan dikontrol dengan baik agar bisa berkesinambungan.
Proses yang dimulai dari pemesanan oleh konsumen melalui online store, kemudian toko-toko yang tergabung dalam startup tersebut secara otomatis mengirim pesanan ke pemasok atau supplier, kemudian dari supplier barang dikirim ke konsumen dengan pola pengiriman yang terkontrol dan aman. Untuk edukasi, saat ini ada sejumlah tutorial yang mengajarkan bagaimana bisnis e-commerce diselenggarakan.
Bisnis e-commerce saat ini, kata dia, sudah membentuk jaringan dengan sejumlah negara khususnya terkait dengan penjualan produk-produknya. Hal itu melibatkan sejumlah perusahaan untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut secara maksimal mengingat nilai transaksi e-commerce sudah sangat besar dan saling terkait dari hulu ke hilir.
Dia mencontohkan bagaimana ekonomi digital di Malaysia mengalami booming pada lima tahun terakhir ini. Pendapatan dari sektor ini juga menyumbang angka nominal yang tidak sedikit, sehingga perlu ada perlindungan yang maksimal untuk konsumen maupun pelaku usahanya. Berdasarkan data Malaysia business to consumer (B2C), platform Lazada meraih 78,4% di sektornya, Shoppe 77,3%, mudah.my 63,6%, Lelong.my (53,4%), GoSHOP (38,6%), ezbuy (23,3%) dan PrestoMall 9,1%. (tim humas)