SEMARANG- Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, DVM., M.Sc., Ph.D; menegaskan perlunya mengoptimalkan penerapan One Health Concept dalam pengendalian pandemi Covid-19. Konsep one health yang dimaksudnya adalah mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan lingkungan hidup dalam satu kesatuan penanganan.
Hal itu diungkapkan Prof Wiku saat menjadi keynote speaker pada International Conference on Energy, Environment, Epidemiology and Information System (ICENIS) ke-6 tahun 2021 yang digelar Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP), Rabu (4/8/2021). “Penanganan Covid-19 harus menyeluruh dan perlu mengoptimalkan Konsep One Health yang mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, Kesehatan hewan dan lingkungan hidup dalam satu kesatuan penanganan,” ujar dia.
Dalam presentasinya yang berjudul COVID-19: Lesson Learned and Future Preparedness, profesor yang juga mengajar di Tufts University Amerika Serikat ini mengingatkan bahwa banyak penyakit yang belakangan ini berkembang akibat ketidakseimbangan ekosistem. Keragaman ekosistem dapat menghambat munculnya zoonotic diseases yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh pathogen (agen infeksi seperti bakteri, virus atau parasit) yang awalnya berasal dari hewan biasanya vertebrata masuk ke manusia.
Pada sesi yang dimoderatori oleh Prof Sudharto P Hadi PhD, Prof Wiku menyatakan rusaknya diversitas ekosistem yang menggejala belakangan ini membuat fungsi penghambat zoonotic diseases berkurang. Terjadinya perubahan tata guna lahan, perubahan iklim, mobilitas manusia antar benua, bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia menjadi biang rusaknya diversivitas.
Menurut dia, apabila keseimbangan antara manusia, hewan dan lingkungan tidak bisa dikelola dengan baik, maka bencana terberat akan dirasakan oleh manusia. Dalam 16 tahun terakhir misalnya, muncul empat penyakit menular yang sulit ditanggulangi yaitu Flu Babi atau A(H1N1) PDM09, Flu Burung atau H7N9, penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus (MERS-COV), dan Covid-19
Secara tegas Prof Wiku menyatakan bahwa perlawanan yang dilakukan terhadap pandemi COVID-19 adalah perlawanan seluruh penduduk di bumi, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri karena virus dapat menyebar dengan sangat cepat. Dia mengingatkan bahwa pada saat awal hanya dalam waktu 70 hari virus sudah menyebar ke 114 negara atau kurang lebih ke sekitar 58% negara di dunia.
Jadi dalam konteks penanganan pandemi Covid-19, penanganan harus pada level global. Dia mencontohkan soal vaksin, ada beberapa negara yang tidak memiliki akses terhadap vaksin, itu harus dibantu, karena penyebaran virus levelnya juga global. “Kolaborasi antar negara harus dilakukan,” tuturnya.
Mengenai penanganan secara global, beberapa upaya juga tengah dilakukan, seperti Global Verome Project, sebuah proyek dengan target memahami virus secara lebih baik, mengetahui jenis-jenis virus yang potensial mengganggu manusia melalui meningkatakan kapasitasitas diagnosis dan mendeteksi keberadaan virus-virus yang mengancam. Proyek tersebut bermaksud mengumpulkan 70% dari 1,67 juta jenis virus yang ada sehingga dapat dikembangkan sistem peringatan dini terhadap ancaman di masa datang.
Semua negara, kata dia, perlu mencanangkan visi untuk tidak pernah membiarkan ada lagi virus seperti Covid-19. Semua negara harus lebih siap merespon terjadinya penyakit baru.
Program lain yang dikembangkan secara global adalah One Health Laboratory Network yang menghubungkan beragam laboratorium manusia, hewan dan lingkungan agar dapat mengidentifikasi dan mendeteksi munculnya penyakit menular dan zoonotic diseases. “Semua harus bersatu melawan Covid-19,” tukasnya. (tim humas)