SEMARANG – Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) terus bertekad meningkatkan jumlah guru besar di semua program studi (Prodi) yang ada, meski saat ini sudah 25% pengajarnya bergelar profesor. Selain peningkatan jumlah, FPP juga menekankan peningkatan capaian kinerja dan produktivitas para guru besarnya.
Dekan FPP Undip Prof Dr Ir Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono MS MAgr IPU, mengatakan saat ini fakultas yang dipimpinnya memiliki 101 dosen, dimana 25 dosen di antaranya sudah bergelar profesor. Meski sudah melebihi target normatif, fakultas tetap membuka pintu untuk lahirnya guru besar yang baru. “Semua program berjalan semaksimal yang bisa kita lakukan. Program one professor one candidate yang dicanangkan Pak Rektor juga tetap berjalan,” kata sosok yang akrab disapa Prof Bambang WHEP ini, Kamis (19/82021).
Menurut dia, dalam proses promosi guru besar semua tergantung kepada upaya masing-masing dosen. Lembaga dalam hal ini Prodi, Departemen, Fakultas dan Universitas, hanya mendorong dan menyediakan lingkungan yang mendukung prosesnya. “Gelar guru besar itu merupakan capaian Jabatan akademik tertinggi, bukan pemberian. Karena itu kemauan dari para dosen menjadi hal penting,”dia menambahkan.
Saat ini FPP Undip memiliki dua Departemen, yakni Departemen Peternakan dan Departemen Pertanian. Departemen Peternakan mengelola Program Studi S-1 Peternakan, Program Studi S-2 Ilmu Peternakan dan Program Studi S-3 Ilmu Peternakan. Sedangkan Departemen Pertanian memiliki Program Studi S-1 Teknologi Pangan, Program Studi S-1 Agroekoteknologi, Program Studi S-1 Agribisnis, dan Program Studi S-2 (Magister) Agribisnis. Kesemuanya prodi tersebut telah terakreditasi A (Unggul). Selain itu semua prodi tersebut memfokuskan kajiannya pada pertanian tropis dan pertanian organik.
Adapun yang dimaksud dengan capaian kinerja dan peningkatan produktivitas para guru besar adalah mendorong keterlibatan mereka dalam kegiatan akademik dan pengabdian masyarakat secara maksimal. Yang pasti selain mengajar, para guru besar juga harus berperan maksimal membimbing skripsi, tesis dan disertasi para mahasiswa agar hasilnya berkualitasnya dan berdayaguna.
Para guru besar juga dituntut melakukan penelitian-penelitian serta mempublikasikannya di jurnal ilmiah bereputasi. FPP Undip mendorong agar semua penelitian dipublikasikan di jurnal ilmiah yang berpengaruh. “Harapannya bisa masuk Jurnal Q1, kalau tidak ya Q2. Kalau di jurnal nasional ya yang klasifikasi Sinta-1 dan Sinta-2,” harap pria yang menempuh pendidikan S2 di Jepang dan S3 di IPB ini.
Kepakaran para profesor harus terus diasah dan dikembangkan agar bisa memberi manfaat yang maksimal bagi kesejahteraan umat manusia dan lingkungan. Kiprah di dunia riset, penelitian, masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa dan negara. Riset dan inovasi diharapkan bisa dipatenkan dan disertifikasi di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham RI agar memudahkan proses hilirisasi riset.
Mengenai pengabdian masyarakat, Bambang WHEP menyebutkan itu bukan saja bagian dari tri darma perguruan tinggi, namun menjadi medium untuk memahami apa yang terjadi di lapangan dan bagaimana kondisi yang nyata ada. Dalam proses pengabdian masyarakat itulah biasanya lahir inovasi-inovasi yang berdayaguna dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Standar keilmuan tetap penting, tapi relevansi inovasi dan riset juga tak bisa diabaikan. Kita berharap ilmu kita, riset kita dan inovasi yang kita lakukan bermanfaat,”tukasnya. (tim humas)