Dalam rangka mendukung program World Class University, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro menggelar International Webinar “Woman and The Media” dengan pembicara Dr. Sunarto (Dosen Ilmu Komunikasi Undip), Prof. Lynn Rose (American University of Iraq, Sulaimani) dan dimoderatori oleh Amida Yusriana, M.Ikom (Dosen Ilmu Komunikasi Undip).
Dekan FISIP, Dr. Drs. Hadi Warsono, MTP., secara resmi membuka acara international webinar ini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan isu-isu yang diangkat sangat menarik untuk dibahas. Saat ini Undip sedang mendorong penelitian tentang isu SDGs. Isu webinar ini mendukung SDGs 5 tentang Kesetaraan Gender dan SDG nomor 16 tentang Keadilan Perdamaian dan Kelembagaan yang Kuat.
“Bagi mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, mata kuliah ini akan memperdalam pengetahuan tentang konsentrasi Media, Budaya, dan Masyarakat baik di kelas internasional maupun reguler, dan juga berguna untuk kelas konsentrasi komunikasi strategis. Terutama mereka yang tertarik dengan isu media dan gender. Semoga acara ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat yang juga mengikuti webinar ini” harapnya.
Ia memberikan gambaran-gambaran tentang perempuan seperti dalam Women and Other Monsters karya Jess Zimmerman dengan sampul buku hijau dengan font hitam tebal yang mengeksplorasi bahaya potensial dari wanita liar di dunia Yunani-Romawi kuno.
“Dia berbicara tentang wanita yang tubuhnya berubah menjadi tanda bahaya bagi pria dan kisah peringatan bagi wanita, dan inilah yang masih kita lihat, 25 abad dalam sejarah manusia kita” ungkapnya.
Pada slide ke 6 materinya, Prof. Lynn menjelaskan tentang Medusa, yang dulunya perempuan yang sangat cantik. Karena kecantikannya itu, ia diperkosa oleh Poseidon dan dikutuk oleh Athena menjadi sangat jelek, dengan kepala penuh ular berbisa dan tatapan yang mematikan. Zimmerman berbicara tentang “pita kecantikan yang sempit” di mana wanita didorong untuk menyempurnakan diri mereka sendiri.
“Pandangan feminis nampaknya belum berhasil mengatasi dominasi laki-laki dalam industri media konvensional di Era 4.0 ketika kepentingan ekonomi masih mendominasi di balik kebijakan dan produknya. Pemimpin jurnalis perempuan tampaknya hanya menggerakkan kepentingan ekonomi laki-laki ketika memproduksi kebijakan dan konten untuk memenuhi kepentingan perempuan. Namun, ketika jurnalis perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai posisi manajemen puncak editorial di industri media konvensional, ada peluang bagi mereka untuk mempengaruhi dan mengubah lingkungan mereka menjadi sensitif gender” terangnya. (Linda Humas)