SEMARANG-Jawa Tengah (28/10). Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof. Dr. Yos Johan Utama SH. M.Hum., mengingatkan agar para guru besar terus menghasilkan karya ilmiah yang bermutu yang terbarukan, serta terus menjaga integritasnya sebagai manusia maupun sebagai pengajar. Hal itu disampaikannya di Gedung Prof. Soedarto SH pada rangkaian pengukuhan empat guru besar baru di lingkungan Undip, Kamis (28/10/2021).
Selain terus berkarya, Prof. Yos Johan juga mengingatkan agar capaian keilmuwannya dibarengi dengan kematangan jiwa. ‘’Guru besar harus menep, ada kematangan dan ketenangan jiwa. Ada integritas, serta memiliki jiwa kepedulian pada manusia dan alam semesta dan membela kebenaran,” kata Rektor yang bertekad membawa Undip masuk jajaran 500 perguruan tinggi terbaik dunia.
Acara pengukuhan empat guru besar baru dibagi dalam dua sesi dan digelar secara daring dan luring dengan protokol kesehatan yang ketat. Empat guru besar baru tersebut adalah Prof. Dr. Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc dari Departemen Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP); Prof. Dr. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si dari Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik; Prof Dyah Hesti Wardhani, S.T., M.T., Ph.D dari Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik; dan Prof., Dr., Ing., Wiwandari Handayani, S.T., M.T., M.P.S. dari Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Undip.
Berdasarkan laporan Ketua Senat Akademik Undip, Prof. Ir. Edy Rianto, M.Sc., Ph.D., IPU, saat ini ada 159 guru besar aktif di Kampus Diponegoro. Prof. Dr.dra. Turrini Yudiarti, M.Sc. tercatat sebagai guru besar ke-26 FPP, sedangkan Prof. Dr. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. tercatat sebagai guru besar ke-39. Sementara Prof. Dyah Hesti Wardhani, S.T., M.T. tercatat sebagai guru besar ke-40. Disusul Prof. Dr. Ing. Wiwandari Handayani, S.T., M.T., M.P.S. tercatat sebagai guru besar ke-41. Ketiganya dari Fakultas Teknik.
Secara tegas, Prof Yos menegaskan kembali bahwa keberhasilan seseorang ke jenjang akademik tertinggi bertitel profesor bukan hanya hasil usaha sendiri. Namun ada banyak pihak yang bahu membahu membantunya, mulai dari keluarga, ayah, ibu, suami, anak-anak, kakak, dan adik; juga dewan guru besar, senat akademik, para pembimbing, dan penilai angka kredit.
“Kita bersyukur pada hari ini bisa menjadi saksi pelantikan guru besar. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu. Kami memberikan plakat simbol untuk mengingatkan agar keluarga dan orang-orang terdekat ikut menjaga integritas para guru besar,” tandas Yos Johan. Pernyataan ini selalu dinyatakan Yos Johan, mengingat integritas seorang guru besar sama pentingnya dengan karya-karya ilmiahnya. Ringkasnya, seorang profesor harus berilmu sekaligus berahlak.
Mahkota guru besar sebagai jabatan akademik tertinggi, menurut Rektor yang masa kepemimpinannya sampai tahun 2024 ini, adalah kemampuan mencetak karya-karya yang baik untuk kemaslahatan alam semesta. ”Menjadi akademisi dengan gelar akademik yang tertinggi sudah sepatutnya untuk memiliki dan memupuk pula jiwa kepedulian kepada umat manusia dan alam semesta, serta berani dalam menegakkan kebenaran dilandasi kejujuran dan integritas”, ucap Prof Yos.
Pesan penting lain yang disampaikan Rektor adalah bahwa hidup manusia sangatlah singkat. Dalam singkatnya waktu kita akan diakhiri oleh kematian yang tidak diketahui kepastian datangnya kullu nafsin dzaiqotul maut, tapi satu hal yang bisa kita pastikan adalah mari agar setiap hari, jam, detik yang tersisa berbuat terbaik untuk keluarga, bangsa, negara, agama serta umat manusia.
“Akhir dari segala ilmu adalah kembali kepada pertanyaan apakah dengan ilmu kita akan membawa kita kepada sifat takwa, tawadhu kepada Allah SWT atau sebaliknya. Kita hanyalah debu dalam kancahnya alam semesta, masih pantaskah kita menyombongkan diri kita, jabatan kita, atau bahkan kekayaan kita yang sekejap mata saja dalam jagad alam semesta ini,” pungkas Prof Yos.