Universitas Diponegoro

LPPM UNDIP dan UNICEF Bedah MP-ASI Berkualitas untuk Cetak Generasi Sehat dan Cerdas

SEMARANG — Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menyelenggarakan kegiatan seminar bertema “Makanan Pendamping (MP)-Air Susu Ibu (ASI) Berkualitas: Generasi Sehat, Cerdas dan Berkualitas” sebagai rangkaian kegiatan memperingati Hari Kesehatan Nasional. Seminar yang dilakukan melalui aplikasi zoom dan disiarkan Undip TV tersebut memberikan panduan penting bagi para ibu bagaimana menyiapkan generasi yang cerdas, sehat dan berkualitas di tengah tengah perubahan zaman.

Dua pembicara yang dihadirkan adalah Pakar Gizi dan Kesehatan Dr. Dr  Tan Shot Yen M.Hum., dan Ketua Program Studi S1 Gizi Fakultas Kedokteran Undip, Dr. Diana Nur Afifah, STD, M.Si. Bertindak sebagai moderator dalam seminar yang dihadiri peserta dari berbagai wilayah di Indonesia adalah dosen Fakultas Kesehatan dan Masyarakat (FKM) Undip, Nain Tina Lisnawati, S.K.M., M.Gizi.

Wakil Ketua LPPM Undip, Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum. menyambut baik kegiatan atas kerjasama UNICEF yang selalu mensupport LPPM Undip. Kegiatan yang membedah tema MP-ASI ini, menurutnya, sangat penting diadakakan sebab saat ini para ibu dan anak menghadapi zaman dan kondisi yang sangat berbeda.

“Hal ini juga terjadi pada saya, ketika saat ini menghadapi cucu saya. Dulu 30 tahun yang lalu waktu saya merawat dua anak saya, saya merasakan sangat simple dengan hanya menu makanan yang sederhana. Berbeda ketika menghadapi cucu yang merasakan susah makan, padahal nutrisi juga sudah diberikan. Mungkin zamannya sudah berbeda, sehingga kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ibu-ibu bagaimana memberikan MP-ASI tanpa membuat ibu stres. Saya juga berharap kegiatan ini benar-benar memberikan manfaat dan memberikan pelajaran yang baru bagi semua peserta,” harap Prof. Dr. Rahayu, saat membuka webinar tersebut, Sabtu (27/11/2021).

Sementara itu Karina Widowati dari UNICEF Indonesia Perwakilan Surabaya, menegaskan pentingnya kegiatan seperti ini bagi para orang tua untuk membantu bayi di bawah lima tahun (Balita) agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Disebutkan, UNICEF dan WHO sepakat memberikan rekomendasi global tentang pemberian makanan yang ideal bagi anak atau Balita yang sesuai, agar bisa tumbuhkembang secara optimal dan memiliki potensi yang dimiliki.

Ada lima rekomendasi global dari UNICEF dan WHO tentang pemberian makanan bagi anak yang ideal. Pertama, Early initiation of Breastfeeding atau inisiasi menyusui dini di saat pada jam pertama lahir. “Ini dapat meningkatkan kesehatan, tumbuhkembang, dan membantu membangun daya tahan tubuh atau anti body pada bayi. Kemudian, ASI juga sangat baik untuk kesehatan sistem pencernaan bayi,” ujar Karina.

Kedua, Exclusive Breastfeeding <6 months atau pemberian ASI ekslusif oleh ibu kepada bayi selama 6 bulan. Hal ini sangat penting, sebab dapat melindungi bayi dari risiko infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. “ASI Ekslusif juga melindungi bayi dari penyakit kronis di masa depan seperti diabetes melitus tipe 1,” tambahnya.

Ketiga, Introduction of Solid, Semi-solid or Soft Foods 6-8 months atau pengenalan makanan padat, semi padat atau lunak pada bayi usia 6 sampai 8 bulan. “Jadi pada usia ini anak mulai  dikenalkan makanan baru tidak lagi hanya makanan cair, tujuannya untuk memicu makanan dewasa.”

Keempat, complementary feeding 6-23 months atau pemberian makanan tambahan pendamping ASI (6-23). Makanan tambahan ini menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi. Kelima, Continued Breastfeeding 12-23 months atau melanjutkan ASI dan pemberikan makanan tambahan untuk memenuhi makanan nutrisi yang sangat baik untuk tumbuhkembang anak.

“Kelima rekomendasi ini dapat membantu balita-balita kita untuk tumbuhkembang di masa yang akan datang. Lima rekomendasi ini juga dapat mencegah terjadinya penyakit stunting pada anak yang disebabkan kekurangan gizi. Karena dari pengelaman rata-rata yang menjadikan anak beresiko stunting adalah kekurangan gizi akut pada 2 tahun pertama,” jelas Karina.

Hal itu juga dikuatkan oleh, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. Dalam pemaparannya dikatakan bagi seorang ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan sebuah perjalanan berharga yang tak akan bisa diulang. Anak-anak yang tumbuh sehat dimulai dari pemberian MP-ASI yang baik akan mencetak generasi bangsa yang sehat dan cerdas di masa depan, sebuah investasi berharga bagi kemajuan sebuah bangsa.

Dia menambahkan, pemberian MP-ASI bukan hanya urusan dari spesialis anak. Sebab, menyiapkan MP-ASI tak harus dilakukan dengan mewah dan berlebihan. Tak perlu dibedakan menu sang bayi dan menu keluarga. “Apa yang dimakan orangtua ya itu yang dimakan bayi, misal hari ini menu di rumah sayur labu ya bayinya beri labu juga, cuma pengolahannya dipisah,” dia menambahkan.

Tan Shot Yen mengingatkan supaya setiap ibu dan anak diberikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau istilahnya buku pink sebagai panduan, dimana buku tersebut ada 13 organisasi kesehatan yang menyusunnya. “Hal ini bisa dimanfaatkan para orang tua untuk melihat atau mengukur tumbuhkembang anaknya setiap minggunya melalui panduan buku ini,” jelasnya.

Senada dengan dr. Tan, Dr. Diana Nur Afifah, STD, M.Si mengatakan anak-anak yang tumbuh sehat dimulai dari pemberian MP-ASI yang baik, karena bisa mencetak generasi bangsa yang sehat dan cerdas di masa depan. Maka, dalam kesempatannya, Dr. Diana mengingatkan kembali sebagai seorang ibu harus memastikan kebersihan dan keamanan makanan yang akan diberikan kepada sang buah hati. “Yang tidak boleh kita lupakan, memastikan makanan yang kita siapkan aman untuk dikonsumsi bayi kita,” ujarnya.

Ada 5 cara menyimpan makanan yang benar membuat kandungan gizi terjaga dan terjamin keamanannya. Pertama, makanan harus disimpan dalam keadaan bersih dan di tempat yang bersih. Kemudian simpan makanan dalam keadaan beku. Ketiga, Diana menambahkan, makanan yang disimpan harus sudah dalam keadaan matang. “Dipastikan harus benar-benar matang, tidak setengah matang,” tegasnya.

Selanjutnya, makanan disimpan dengan suhu yang aman, bisa disimpan di lemari makanan yang kering atau lemari pendingin. Yang terakhir, mencuci makanan menggunakan air yang bersih. “Dengan cara seperti inilah seorang ibu dapat memberikan makanan yang aman dan sehat untuk anaknya. Sehingga anak bisa tumbuhkembang secara optimal dan memiliki potensi yang dimilikinya,” tuturnya. (tim humas)

Share this :
Exit mobile version