Semarang (16/3)-Dalam upaya meningkatkan layanan kepada pemustaka, UPT Perpustakaan dan Undip Press Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Forum Komunikasi Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan Undip (FKP3U) mengadakan pelatihan virtual pada Webinar Series 5 yang mengupas “Trik & Tips Tembus Jurnal Internasional Terindeks Scopus” dengan antusias pendaftar sebanyak kurang lebih 660 peserta dari mahasiswa, dosen, pustakawan hingga umum, mengutip dari penyampaian laporan di awal acara oleh Pujo Winarno, S.Kom. sebagai ketua FKP3U.
Sambutan sekaligus pembukaan diwakili Suwondo, S.Hum., M.Kom. atas nama Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Undip Prof. Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol.Admin., Ph.D yang berhalangan hadir. Beliau mengimbuhkan pentingnya publikasi ilmiah secara kuantitas maupun kualitas baik mulai jenjang sarjana, magister, maupun doktor sampai dengan level dosen, skala nasional ataupun internasional dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk meningkatkan daya saing bangsa. Tema yang sangat menarik untuk dibahas trik bagaimana cara bisa lolos ke jurnal internasional terindeks scopus bersama narasumber berkompeten Ignatius Moses Setiadi De Rosal, M.Kom. (Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro) yang dapat memberi inspirasi dan pengetahuan lebih mendalam nantinya.
Pada penjelasan materi narasumber disebutkan Scopus merupakan salah satu lembaga pengindex Jurnal milik Elsevier yang digunakan sebagai standart syarat menyelesaikan Ph.D. Tidak semua jurnal terindex scopus, bahkan jurnal terindex scopus jauh lebih sedikit dibandingkan jurnal yang tidak terindex. Menembus jurnal scopus tidaklah mudah, bila tidak terbiasa dengan iklim publikasi. Kiat bagaimana memulai publikasi dengan memahami masalah yang dihadapi masing-masing individu dan mencari solusi. Diantaranya tidak adanya motivasi dan niat; tidak percaya diri (merasa dirinya kecil); tidak memiliki pembimbing yang berpengalaman, rasa takut ditolak, tidak memiliki ide; bahasa, dana/ modal; terlalu perfeksionis; tekanan harus segera lulus (syarat lulus), dan mungkin dari promotor/ supervisor serta aturan yang membatasi.
Konten yang cocok untuk publikasi jurnal scopus pastinya konten jurnal harus memiliki masalah yang jelas (hipotesis muncul); memiliki kontribusi/ novelty (umumnya pada metode riset paper, analisis dalam pada review paper); dijelaskan dengan detail dan menarik; memiliki komparasi sehingga kontribusi lebih mudah diukur (menggunakan dataset public atau replica metode) khususnya pada penelitian kuantitatif bidang computer dan Teknik; memiliki daftar pustaka yang berkualitas (mayoritas memiliki kualitas yang sama atau lebih baik dari jurnal yang dituju.
Pemateri memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jurnal seperti sesuaikan topik riset dengan AIM dan SCOPE Jurnal (pastikan melakukan searching pada journal archive artikel-artikel yang memiliki topik sama; pastikan jurnal terindex scopus, cek di Scimagojr dan scopus.com; memastikan jurnal bukan predator (cek https://beallslist.net/) ; memastikan APC sesuai dengan budget (jurnal scopus banyak yang gratis, umumnya publisher besar milik Elsevier/ Springer/ Emerald/ etc memiliki opsi publish gratis dengan mode subscription); jika jurnal akan digunakan sebagai syarat mengajukan LK atau GB bisa cek di https://pak.kemendikbud.go.id/portalv2/jurnal-yang-harus-dihindari/ atau https://pak.kemdikbud.go.id/portalv2/jurnal-yang-direkomendasi/.
Begitu pula kondisi saat submit jurnal perlu memperhatikan diantaranya manuskrip sudah sesuai dengan author guidline dan (jika ada) template jurnal; menyiapkan cover letter jika perlu; memastikan sesuai aim dan scope jurnal serta secara etik jurnal tidak boleh disubmit kedua kali atau lebih jurnal. Selanjutnya Ignatius Moses Setiadi De Rosal, M.Kom menyampaikan “alur proses publikasi jurnal diawali dari author ke editor (submission) lalu editor ke reviewer (lolos preview) jika tidak lolos berarti reject kemudian reviewer (setidaknya dua atau lebih reviewer), editor decision (reject/accept/revise) jika reject kembali ke author atau jika accept ke jurnal production dan jikapun revisi lakukan revisi sesuai komentar. Nantinya baru proofread hingga publish”.
Terakhir beliau berpesan “perlunya kehati-hatian pada saat memilih jurnal, terlebih apabila terindex scopus bukan dari publisher ternama tapi melakukan broadcast call for paper; jurnal yang yang menjanjikan proses review yang sangat cepat dan berbayar; konten jurnal tidak konsisten (rawan discontinue/ cancelled), baru terindex scopus lalu dengan cepat menambah jumlah issue secara tidak normal atau memiliki banyak special issue (rawan discontinue/ cancelled), jurnal dengan disiplin ilmu gado-gado (seandainya multi disiplin pilih yang serumpun)” jelasnya. (Diah-Humas).