Universitas Diponegoro menggelar presentasi makalah ilmiah tiga calon guru besar Undip yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Universitas Diponegoro, Selasa (20/6). Ketiga calon guru besar tersebut adalah Dr. Alamsyah, S.S., M.Hum.(Fakultas Ilmu Budaya), Dr. Aprilina Purbasari, S.T. (Fakultas Teknik), dan Dr. Mohammad Tauviqirrahman, S.T., M.T. (FT).
Dalam materinya tentang Problematika Ekonomi Kreatif: Pasang Surut Industri Kerajinan Ukir di Jepara 1980-2017, Dr. Alamsyah menyampaikan kerajinan ukir Jepara merupakan bagian dari industri kreatif yang keberadaannya dapat dilacak secara historis. Pada abad ke-16, di dinding depan masjid Mantingan terdapat bukti artefak kerajinan ukir yang terbuat dari batu karang putih. Sumber tradisi tutur disebutkan bahwa kerajian ukir sudah ada sebelum abad ke-16, yaitu masa Hindu Buddha melalui cerita Prabanggkara.
“Pada periode 2002 hingga 2010 terjadi pasang surut eksistensi kerajinan ukir karena berbagai faktor. Masa redup kembali berlangsung pada tahun 2011 dengan semakin menurunnya permintaan ekspor karena adanya berbagai persyaratan yang diminta oleh negara tujuan ekspor, harga bahan baku yang semakin mahal, dan sumber daya pengukir yang semakin terbatas. Sebagai aktivitas ekonomi, eksistensi ukir seringkali menghadapi persoalan di bidang regenerasi sumber daya manusia, bahan baku, kelembagaan, perlindungan, inovasi, peran pemerintah, dan lainnya. Berbagai macam problem tersebut perlu penanganan secara integral agar kerajinan ukir yang merupakan identitas masyarakat Jepara masih tetap eksis dan Jepara tetap menyandang sebagai kota ukir,” jelasnya.
Presentasi Dr. Aprilina mengenai Geopolimer dari Limbah Padat untuk Aplikasi Lingkungan yang Berkelanjutan, membahas mengenai penggunaan limbah padat hasil pembakaran sebagai bahan baku geopolimer merupakan salah satu upaya untuk mengurangi beban lingkungan. Lebih lanjut, aplikasi geopolimer sebagai semen rendah emisi CO2 dan adsorben pada pengolahan air yang mengandung logam berat dan zat warna merupakan wujud aplikasi geopolimer sebagai material inovatif pada lingkungan yang berkelanjutan. Prospek dan tantangan dalam aplikasi geopolimer tersebut pada skala industri perlu dikaji lebih lanjut.
“Geopolimer telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai semen rendah emisi CO2, enkapsulasi limbah radioaktif dan beracun, komposit tahan api/panas, dan bahan perekat. Karakteristik geopolimer yang mempunyai struktur amorf juga telah banyak diaplikasikan sebagai adsorben gas, logam berat, dan zat warna,” katanya.
Sedangkan Dr. Mohammad Tauviqirrahman menyampaikan bahasan Pengembangan Teknologi Modifikasi Permukaan sebagai Solusi Peningkatan Kehandalan Produk Berpelumas. Ia mengatakan seiring berkembangnya teknologi peralatan industri baik itu industri otomotif dan transportasi, maupun industri pembangkit, proses pelumasan pada komponen-komponen mesin menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan proses pelumasan akan menjamin keberhasilan fungsi komponen mesin tersebut karena dapat mengurangi gesekan dan keausan. Salah satu produk berpelumas yang saat ini digunakan secara luas adalah bantalan baik untuk aplikasi industri maupun untuk aplikasi medis.
“Model persamaan pelumasan yang robust telah berhasil diturunkan. Berbagai karakteristik permukaan hasil modifikasi berhasil dimodelkan dan dimasukkan ke dalam persamaan. Melalui teknologi modifikasi permukaan ini, impingement pada sambungan dapat dicegah sehingga memungkinkan gerakan salat bagi pengguna menjadi lebih sempurna,” terangnya. (LW-Humas)