Universitas Diponegoro

Mahasiswa KKN Undip Ciptakan Biopestisida Daun Jeruk Nipis Atasi Serangga

“Kami mengucapkan terimakasih atas kolaborasi yang baik antara Universitas Diponegoro dengan pemerintah Kabupaten Boyolali dalam dunia pendidikan melalui Kuliah Kerja Nyata. Mahasiswa KKN Undip bersama elemen masyarakat melaksanakan program kerja Kuliah Kerja Nyata untuk turut mewujudkan Boyolali Metal, yakni Melangkah Bersama, Menata Bersama, Penuh Totalitas Terus Meningkatkan Mutu Pendidikan. Apabila ada kesalahan dalam perilaku dan ucapkan yang sengaja maupun tidak sengaja, kami mohon maaf sebesar-besarnya,” ungkap Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro dalam acara Kunjungan kerja Pimpinan Universitas ke daerah KKN Tim II Undip di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Rabu (9/8).

Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan ekspo mahasiswa KKN  Kabupaten Boyolali. Salah satu ekspo yang dipamerkan adalah  biopestisida ekstrak daun jeruk nipis. Muhamad Nur Solakhudin, mahasiswa Bioteknologi Undip berinisiatif untuk memanfaatkan potensi daun jeruk nipis sebagai biopestisida untuk mengatasi hama serangga. Di Desa Ngablak, jeruk nipis merupakan tanaman yang relatif mudah ditemukan, namun jarang dimanfaatkan. Jeruk nipis memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antimikroba, antijamur, biopestisida dan lain-lain, serta menjadi alternatif pengendali hama serangga pada tanaman. Di Desa Ngablak, Kecamatan Wonosamodro terdapat berbagai jenis tanaman di sektor pertanian maupun perkebunan yang terserang hama. Bahkan, tanaman-tanaman di Kebun Gizi yang setiap hari dirawat pun juga banyak yang terserang hama.

Solakhudin mengatakan selain daun jeruk nipis, biopestisida dapat dibuat menggunakan tanaman lain, seperti daun jeruk sayur, jeruk purut, sereh dan daun eukalyptus. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menguji keefektivitasan Biopestisida Ekstrak Daun Jeruk untuk mengatasi hama serangga. Hasil yang paling optimal adalah untuk membunuh hama serangga seperti ulat, belalang, kutu dan lalat buah. Biopestisida diharapkan mampu mengurangi penggunaan pestisida kimia yang memiliki efek samping bagi lingkungan dan manusia.

“Pestisida kimia dianggap sebagai bahan pengendali hama penyakit yang paling praktis, mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat. Padahal penggunaannya sering menimbulkan masalah seperti pencemaran lingkungan, keracunan terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi serta resurgensi bagi hama serangga. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan tumbuhan yang memiliki potensi menjadi sediaan biopestisida,” katanya. (LW-Humas)

Share this :
Exit mobile version