Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang dengan mengangkat tema “Kebijakan Fiskal di Tengah Konstelasi Ketidakpastian Global”, Senin (23/10) di Gedung Prof. Soedarto, S.H. Tembalang. Selain memberikan kuliah umum, Menkeu juga meluncurkan Pojok Kemenkeu di Kampus Undip.
Mewakili Rektor, Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si menyampaikan masa depan perekonomian global terlihat penuh ketidakpastiaan dan ketidakpastiaan ekonomi global selalu menarik perhatian di dalam dunia bisnis keuangan.
“Ketegangan perdagangan internasional, fluktuasi harga komoditas, perubahan iklim, serta krisis kesehatan yang kita hadapi semuanya menciptakan tantangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam situasi global seperti ini, penerapan kebijakan fiskal yang bijak menjadi sangat penting. Dengan sumber daya yang terbatas kita harus menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan masyarakat, membiayai proyek-proyek pembangunan dan menjaga stabilitas fiskal,” ungkap Prof Suharnomo.
Sementara itu, Sri Mulyani dalam pemaparannya mengungkap adanya tantangan yang harus dihadapi dan kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja. Menurutnya krisis selalu menjadi momentum untuk melalukan transformasi perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Krisis menurunkan kapasitas produksi terutama produktivitas. Reformasi pasca-covid-19 mutlak diperlukan untuk mengembalikan potensi ekonomi dari sisi supply: Kualitas SDM, infrastruktur dan reformasi birokrasi/regulasi. Reformasi fundamental telah dimulai UU Cipta Kerja, pembangunan infrastruktur harus berlanjut, dan pembangungan kualitas SDM (perlindungan sosial (perlinsos), kesehatan dan pendidikan) diperkuat untuk meningkatkan produktivitas.
Ia menjelaskan mengenai countercyclical, dimana pemerintah menambah belanja (ekspansi) dan/atau menurunkan tarif pajak/DTP ketika krisis (resesi) untuk stimulasi agregate demand dan mencegah penggunaan sumber daya ekonomi yang kurang optimal (underemploying) dan sebaliknya mengurangi belanja (kontraksi) dan/atau menaikkan tarif pajak untuk cool off dalam rangka menghindari over heating perekonomian. Pro cyclical, pemerintah mengurangi belanja (kontraksi) ketika perekonomian lesu (krisis) dan sebaliknya akan melakukan menambah belanja (ekspansi) ketika terjadi booming.
Menkeu juga menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur dalam mendukung produktivitas. “Manusia adalah kunci, dan didukung oleh infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah bagian untuk meningkatkan productivity,” terangnya.
“Mahasiswa harus kritis, kristis yang punya etika, dan kritis yang ditopang oleh keilmuan dan kemampuan untuk mencari tahu. Paham untuk membandingkan dan kemudian kita bisa berbicara mengenai bagaimana Indonesia kita jaga bersama,” pungkas Sri Mulyani. (LW-Humas)