Universitas Diponegoro

UNDIP dan ACE Kembangkan Konservasi Energi

Universitas Diponegoro (UNDIP) dan ASEAN Centre for Energy (ACE), sebuah lembaga antar pemerintah beranggotakan 10 negara anggota ASEAN yang terintegrasi menangani kebijakan dan program konservasi energi, melaksanakan kolaborasi dalam rangka konservasi energi di bumi untuk masa depan yang keberlanjutan. Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada Senin, 22 Juli 2024 di Gedung Widya Puraya UNDIP, Semarang. Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. dan Executive Director of ASEAN Centre for Energy, Dr. Nuki Agya Utama, dengan disaksikan oleh Prof. Faisal, S.E., M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP dan Dr. Zulfikar Yurnaidi, Head of Energy Modelling and Policy Planning Department.

Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. selaku Rektor UNDIP menyatakan bahwa melalui kolaborasi ini, diskusi lebih lanjut dapat diselenggarakan bersama para ahli dan praktisi di bidangnya, dari pihak UNDIP dan ACE. “Business, technology, and renewable energy are the future. Ini adalah tantangan untuk kita bersama, kita upayakan untuk membuat perubahan yang membawa kemanfaatan. Transfer knowledge kita lakukan dengan kerja sama dengan banyak fakultas,” ungkap Rektor UNDIP dalam sambutannya.

Executive Director of ASEAN Centre for Energy, Dr. Nuki Agya Utama mengungkapkan apresiasi atas inisiasi kolaborasi ini. Riset dan pengembangan energi terbarukan (renewable energy) di ASEAN merupakan aksi kolektif. ACE dan UNDIP mendorong akademisi dan universitas untuk berperan dalam kolaborasi Pentahelix, yang melibatkan sinergi antara akademisi, bisnis, masyarakat, pemerintah dan media. “ACE sebagai katalis mendorong penguatan 4 pilar energi yaitu keamanan, aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi. Tantangan energi adalah tanggung jawab multisektor, dan kami perlu akademisi sebagai expert untuk memberikan masukan dalam pembuatan kebijakan publik,” kata Dr. Nuki.

Dirinya melanjutkan paparan tentang “Energy Trends and Outlook in ASEAN.” Selain menjadi katalis, ACE berperan sebagai ‘think tank’ untuk melaksanakan riset dan memberikan rekomendasi atas penentuan kebijakan publik dan juga sebagai ‘knowledge hub’ menjadi wadah repositori data beserta analisisnya. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di kampus harus sampai di masyarakat dan juga konsumen, karena market (konsumen) berkaitan dengan policy (kebijakan).

Dr. Nuki menyebutkan bahwa pada tahun 2040, penggunakan energi minyak bumi tidak mampu mencukupi kebutuhan energi manusia di dunia sehingga diperlukan penggunaan energi terbarukan dan energi nuklir. “Bagaimana kesiapan kita secara teknologi? Apakah human resource sudah siap? Dan bagaimana ketersediaan mineral dan cara memprosesnya? Karena itu kami bekerja sama dengan banyak perguruan tinggi untuk belajar tentang konservasi energi,” ungkapnya.

Sebagai kampus hijau dengan predikat The 2nd Most Sustainable University in Indonesia oleh UI GreenMetric Rankings selama empat tahun berturut-turut pada 2020, 2021, 2022, dan 2023, UNDIP senantiasa mendukung program dan kerja sama untuk pengembangan dan konservasi energi. Rektor UNDIP menyatakan bahwa UNDIP dan seluruh elemen di dalamnya berpartisipasi dalam upaya mewujudkan kehidupan yang sustainable dan memberi manfaat bagi masyarakat #UndipBermanfaat. (Titis – Public Relations)

Share this :
Exit mobile version