Site icon Universitas Diponegoro

ICPSYCHE 2024 Fakultas Psikologi UNDIP: Kembangkan Interaksi Wujudkan Ruang Inklusif

Pada pertengahan tahun 2024 ini, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (UNDIP) kembali menyelenggarakan webinar internasional seri kelima berjudul The 5th International Conference on Psychological Studies (ICPSYCHE). ICPSYCHE 2024 merupakan forum webinar dan diskusi dengan tema “Embracing Diversity and Creating Inclusive Spaces through Family Values and Connection” dilaksanakan secara daring melalui Zoom meeting pada 24-25 Juli 2024.

Fakultas Psikologi UNDIP menghadirkan para ahli psikologi sebagai pembicara dalam ICPSYCHE 2024, yaitu keynote speaker Prof. Dr. Roziah Binti Mohd Rasdi, dosen Faculty of Educational Studies, Universiti Putra Malaysia. Empat pembicara yang hadir dalam sesi pleno antara lain, Dr. Prasetyo Budi Widodo, S.Psi., M.Si. dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Indonesia; Prof. Anubhuti Dubey, Professor of Psychology and Dean Student Welfare, Dean Dayal Upadhyay Gorakhpur University, India; Prof. Missy Morton, Professor Critical Studies in Education, Assoc Dean Equity and Diversity of the Faculty of Education Administration, University of Auckland, New Zealand; dan Dr. Mirko Duradoni, dosen Department of Education, Languages, Interculture, Literatures and Psychology, University of Florence, Italia.

Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. secara resmi membuka acara ini. Dirinya mengungkapkan bahwa webinar internasional ini merepresentasikan komitmen UNDIP untuk meningkatkan kualitas institusi akademik menuju World-Class University. “Inequality menjadi isu di mana-mana, mulai dari di keluarga, tempat kerja, dan sebagainya. Saatnya kita mengambil inisiatif untuk mendukung keadilan. Let’s embrace the diversity,” pesan Prof. Suharnomo.

Dekan Fakultas Psikologi UNDIP, Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi., M.Si., Ph.D. dalam sambutannya menyebutkan pentingnya menjaga hubungan di masyarakat serta pentingnya membentuk ruang inklusif di mana semua orang dapat diterima atas perbedaannya. “As we nurture relationship in community, we can seek common ground and celebrate differences,” jelasnya dalam mendukung keberlanjutan forum diskusi ini sebagai wadah mengumpulkan sudut pandang dari berbagai komunitas.

Keynote speaker Prof. Dr. Roziah Binti Mohd Rasdi menyampaikan materi tentang “Embracing Diversity and Creating Inclusive Spaces through Family Values and Connections.” Memahami perbedaan (diversity) merupakan aksi nyata dalam membentuk ruang inklusif, di mana setiap orang adalah berharga. “Fokus pada kebaikan dan lakukan interaksi. Membentuk inklusivitas dimulai dengan self-awareness dan berawal dari lingkup keluarga, teman, dan masyarakat. Adanya ruang inklusif dalam komunitas mampu mengurangi etnosentrisme, contohnya melalui acara Summer Course ini,” terang Prof. Dr. Roziah.

Narasumber Dr. Prasetyo Budi Widodo, S.Psi., M.Si. memaparkan tentang “Indonesian Family Values: Promoting or Hindering Corruption?” Korupsi di Indonesia banyak terjadi di berbagai bidang pekerjaan. Budaya korupsi bisa mengakar di keluarga jika mereka memiliki nilai dan kepercayaan yang sama. Oleh karena itu, ketika ada tekanan secara finansial, seseorang harus mampu menjustifikasi bahwa korupsi adalah hal yang salah sehingga tidak melakukan korupsi meskipun ada kesempatan.

Selanjutnya, Prof. Anubhuti Dubey membahas “Promotion of Well-being with Inclusive Development of Children and Adolescents with Health Needs with Special Reference to India and Indian Knowledge Systems.” Menurutnya, ruang inklusif mampu mendukung kesehatan remaja meliputi kesehatan fisik dan mental. Kondisi mental yang tidak stabil dapat memperburuk kesehatan fisik dan pada kasus terparah bisa menjadi bunuh diri. Studi kasus dilakukan sebagai upaya untuk menemukan cara membentuk budaya masyarakat yang sehat dan menanamkan nilai-nilai kebaikan khususnya pada remaja.

Prof. Missy Morton membuka diskusi tentang “Promoting Inclusion and A Sense of Belonging for Families of Disabled Children.” Dukungan keluarga penting adanya untuk pertumbuhan anak dengan disabilitas, dengan implementasi nilai sense of belonging sehingga anak merasa diterima dan tidak mendapat perlakuan yang berbeda.

Sementara Pembicara Dr. Mirko Duradoni mempresentasikan “From Phubbing to Inclusion Within the Family: The Case of Parental Phubbing.” Keluarga dapat memutus rantai phubbing (membiarkan orang di sekitar karena fokus dengan handphone) dengan banyak interaksi antar anggota keluarga, membahas hal-hal baik dan tidak fokus pada hal negatif. Keluarga juga berperan penting untuk mengurangi terjadinya trauma masa kecil yang mampu berdampak pada perilaku menyendiri seseorang. (Titis – Public Relations)

Share this :
Exit mobile version