Universitas Diponegoro

Sekjen Kemnaker RI Beri Kuliah Umum di UNDIP Bahas “Peluang dan Tantangan Dunia Kerja dalam Era Society 5.0”

Biro Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum (Ministerial Lecture) bertema “Peluang dan Tantangan Dunia Pekerjaan dalam Era Society 5.0” dengan menghadirkan keynote speaker Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI, Prof. Anwar Sanusi, Ph.D. bertempat di Gedung Prof. Sudarto, S.H. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang pada Jumat (4/10).

Tujuan kegiatan kuliah umum untuk memberikan pendampingan dan pembekalan menghadapi dunia kerja bagi mahasiswa/ mahasiswa UNDIP. Era society 5.0 merupakan konsep yang menekankan integritas teknologi digital dan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Turut hadir dalam acara ini Direktur Polteknaker Prof. Dr. Yoki Yulizar, M.Sc.; Sekretaris Disnaker Provinsi Jawa Tengah Mumpuniati S.H., M.H.; Plt. Kepala Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Semarang Heru Wibowo, S.Sos., M.M.; Koordinator Pusat Pasar Kerja (Tim Pasker ID); Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Bisnis UNDIP, Prof. Dr. Adian Fatchur Rochim, S.T., M.T., beserta beberapa jajaran Dekan Fakultas/ Sekolah di lingkungan UNDIP juga Direktur Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni.

Dalam sambutan Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. menyebutkan bahwa tema kuliah umum dari Sekjen Kemnaker RI yang luar biasa dan sangat penting, karena setelah lulus dari perguruan tinggi pasti pilihannya yakni running your own bussiness atau be a qualified job seeker (bisnis atau menjadi pencari kerja yang berkualitas).

“Kualitas seperti apa yang dibutuhkan yakni ada T – shape diantaranya your own competence dimana sebelumnya ada your creativity, innovation, initiative, leadership skill, colaborative skill dan semua itu adalah hal – hal yang masuk kategori softskill,” tutur Prof Suharnomo.

“Kita kalau mau sukses kompetensi dasarnya apa. Pastinya yang dibutuhkan 2 (dua) hal yang sama besarnya adalah digging your own competence dan bagian – bagian dari softskill. Begitu juga dengan kekuatan dari passion dan kegigihan karena tidak ada satupun yang bisa mengalahkan semangat dan kegigihan,” pesan Rektor UNDIP.

Sementara saat sesi kuliah umum selaku moderator, Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran UNDIP, Dr. Nuryanto, S.Gz., M.Gizi menyebutkan bahwa salah satu program UNDIP yaitu ingin meningkatkan IKU I dimana mengharapkan lulusan UNDIP yang banyak terserap kerja. “Untuk itu dengan mengadakan kegiatan yang mendatangkan salah satu pakar seperti Sekjen Kemnaker RI yang nantinya dapat memberikan wacana maupun informasi kaitannya dengan ketenagakerjaan.” ucap Nuryanto.

Lebih lanjut Prof. Anwar Sanusi sebelum pemaparan menyampaikan suatu kebanggaan dapat bertemu dengan pimpinan UNDIP beserta jajaran yang menyempatkan hadir di acara “Ministerial Lecture”. Termasuk mahasiswa UNDIP pengisi panggung sejarah Indonesia Emas 2045 yang hadir dengan wajah optimis dalam berkompetisi di dalam dunia yang akan datang.

Membahas situasi yang dikenal dengan era society 5.0 dan hal itu hampir bersamaan saat  berbicara tentang industrial evolution 5.0, artinya membuka beberapa peluang sekaligus juga tantangan terutama terkait dengan dunia ketenagakerjaan. “Ketika berbicara terkait tantangan dan peluang terutama di sektor ketenagakerjaan tentunya harus mengetahui tentang kondisi ketenagakerjaan Indonesia; peluang dan tantangan dunia kerja di era digital dan kebijakan pemerintah Indonesia di bidang ketenagakerjaan,” ucap Prof Anwar.

Beliau menyatakan bahwa sebagian besar pekerja Indonesia didominasi oleh medium skill worker. Sehingga tantangan yang harus diantisipasi yakni pertama, adanya megatrend global (iklim ketenagakerjaan baik nasional, regional maupun global) dimana yang penting dalam 20 tahun kedepan akan merubah paradigma global, mendorong kebijakan pro – lingkungan, adaptasi teknologi, pembangunan infrastruktur konektivitas kawasan yang lebih hijau, serta penggunaan sistem keuangan digital.

“Selanjutnya problem mismatch (apa yang kita miliki tidak sesuai dengan kebutuhan) yang terjadi di pasar kerja yaitu mismatch vertical (ketika seseorang bekerja tidak sesuai dengan level pendidikannya) dan horizontal mismatch (ketidak cocokan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan). Selain itu perubahan jenis pekerjaan dan adopsi teknologi di tempat kerja serta fleksibilitas hubungan Kerja,” imbuh Prof Anwar.

Dalam kebijakan ketenagakerjaan mengusung 3 (tiga) isu yaitu adaptif (situasi eksternal seperti tantangan pasar kerja, AI, digitalisasi); resilien (tangguh dan tahan banting) kemudian pasar kerja yang inklusif (terbuka bagi siapapun). Sehingga ada 5 hal yang menjadi arah kebijakan kementerian ketenagakerjaan diantaranya reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi; optimalisasi sistem informasi dan layanan pasar kerja; perluasan kesempatan  kerja; jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja yang adaptif; terakhir adanya hubungan industrial yang harmonis,” paparnya.

“Saran untuk para tenaga kerja muda dengan menjaga motivasi dalam diri, terus belajar dalam mengembangkan kompetensi diri dan bangun jejaring kerja (dukungan orang – orang). Kesuksesan adalah sebuah hal yang otomatis bagi orang – orang yang mau berusaha. If you want you will, Man Jadda Wa Jadda,” pungkas Prof Anwar (DHW – Humas)

 

Share this :
Exit mobile version