Universitas Diponegoro

Pertama! Rektor Bicara Perspektif Budaya Indonesia pada Dies Natalis ke-59 FIB UNDIP

Semarang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro menggelar Orasi Budaya dalam rangka puncak perayaan Dies Natalis ke-59 bertempat di ruang teater Gedung Art Center FIB Kampus UNDIP Tembalang yang mengusung tema “Budaya Indonesia dalam Arena Dunia Global” pada Selasa (29/10). Pelaksanaan acara orasi budaya dimaksudkan sebagai langkah FIB mewujudkan komitmen serta motivasi dan memantik perhatian atas isu budaya nasional.

Gelaran orasi budaya merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-59 FIB UNDIP sekaligus menjadi moment istimewa karena untuk pertama kalinya menghadirkan narasumber yakni Prof. Suharnomo, S.E., M.Si. selaku Rektor Universitas Diponegoro yang mengkaji tentang kebudayaan Indonesia. Melalui kepemimpinannya, tagline UNDIP sebagai kampus bermartabat dan bermanfaat diharapkan dapat mengimplementasikan budaya dalam bentuk mentifact (pemikiran) yang akan berdampak pada perilaku, kebijakan, sumber daya, dan yang lainnya di UNDIP.

Acara dimulai dengan penampilan menarik kesenian kuda lumping “Turonggo Tunggak Semi” diiringi alunan musik tradisional Paguyuban Karawitan Budhi Laras dari Kampung Seni dan Budaya Jurang Blimbing, Semarang. Dilanjutkan dengan pertunjukan mengagumkan berupa tari Gugur Gunung oleh mahasiswa internasional FIB dan tari Kepyar yang dibawakan mahasiswa FIB UNDIP sebagai penanda pembukaan orasi budaya Dies Natalis ke-59 Fakultas Ilmu Budaya.

Dekan FIB UNDIP Prof. Dr. Alamsyah, S.S., M.Hum. saat sambutan menyebutkan bahwa orasi kebudayaan ini sebagai awal dan bentuk ikhtiar FIB menjadi kiblat, rujukan, barometer, dan episentrum kebudayaan di Jawa Tengah. Sekaligus sebagai pemantik untuk mengugah lahirnya pemikiran bernas kebudayaan. “Kampus ini diharapkan menjadi panggung lahirnya karya-karya budaya baik yang tangible maupun intangible,” ucapnya.

Prof Alamsyah turut menyampaikan apresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada peletak dasar/ pondasi kebaikan (founding father) yaitu mantan dekan, para guru besar, para dosen dan tendik FIB dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan FIB agar semakin baik, bereputasi, dan unggul. Terutama ucapan terima kasih mendalam atas kesediaan Rektor UNDIP menjadi pembicara pada orasi budaya Dies Natalis ke-59 FIB.

“Terima kasih kepada Prof Suharnomo, jarang-jarang ada rektor yang berkenan bicara tentang kebudayaan. Kesediaan Rektor UNDIP menjadi pembicara menandakan perhatian beliau terhadap kebudayaan sangat serius. Pemikiran beliau tentang kebudayaan akan menuntun perjalanan panjang UNDIP sebagai institusi pendidikan besar dan terbaik di Jawa Tengah dan Indonesia. Wajarlah bila sikap dan pandangan UNDIP maupun FIB ke depan tentang kebudayaan sangat dinanti pemerhati budaya,” ujar Dekan FIB.

Sementara dalam pidato kebudayaan bertajuk “Meramal Masa Depan Indonesia: Sebuah Tinjauan Budaya,” Prof Suharnomo mengatakan bahwa tidak ada satupun yang tidak terpapar oleh budaya. Diketahui dalam ragam budaya ada 3 hal yang paling utama diantaranya Artefact, Behavior, Core Value. Di era sekarang, budaya Indonesia tentu saja akan bersinggungan dengan budaya global.

“Kita memiliki Borobudur dan Prambanan, namun demikian intervensi budaya Indonesia lebih banyak daripada kita mengintervensi budaya orang lain. K-Pop misalnya menjadi budaya yang digemari anak muda tidak hanya berkembang budaya (musik, film) tetapi juga teknologi dan akhirnya menjadi destinasi wisata utama. Jadi semua tidak terlepas dari kegiatan budaya ekonomi, teknologi dan kemampuan pariwisata fisik itu sendiri. Indonesia belum bisa menjadi eksportir budaya yang superior, kita masih kalah jauh” tutur Prof Suharnomo.

Lebih lanjut Rektor UNDIP menerangkan bagaimana budaya bekerja, pisau analisis budaya meliputi definisi budaya nasional dan budaya nasional itu sendiri termasuk tentang adanya beda budaya beda prioritas. Begitu juga tentang Indonesia dimata ahli budaya mencakup manusia Indonesia, nilai – nilai budaya Indonesia dan nilai sosial budaya masyarakat Indonesia.

Pembahasan lainnya mengenai harapan untuk budaya Indonesia berdasarkan dua modal utama yakni pertama, modal sikap artistik – utilitarianis (padu padan sangat pandai dilakukan orang Indonesia). Kedua, uncertainty rendah (pemberani tidak mudah cemas. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang pemberani dan optimistis dan bangsa pejuang).

Pentingnya membangun budaya kepemimpinan yang kuat sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini. “Budaya kepemimpinan yang kuat utamanya bagaimana good and strong leader atau pemimpin yang baik artinya pemimpin yang ada keteladanan, yang terlibat kepemimpinan yang menekan dan ditekan (coercive–cohesive leadership), harmoni dan belajar sepanjang hayat,” jelas Rektor UNDIP.

Di akhir pidatonya Prof Suharnomo menyebutkan bahwa bicara kebudayaan sebenarnya bicara masalah leadership nasional, kekuatan ekonomi nasional dan tentang kekuatan seorang pemimpin yang tidak bisa berdiri sendiri atau budaya bukanlah sesuatu yang terpisah – teralienasi. Pentingnya menjadi strong culture, budaya yang kuat adalah representasi dari masyarakat yang kuat sebagai bangsa dan kokoh mencintai produk olah jiwa-raga bangsa tersebut.

Pada kesempatannya, Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum. selaku Ketua Departemen Susastra sekaligus sebagai ketua penyelenggara Orasi Budaya pada Dies Natalis ke-59 FIB UNDIP mengungkapkan orasi budaya ini akan menjadi agenda tahunan dan acara unggulan budaya FIB UNDIP. “Kita tahu bahwa Jawa Tengah kosong akan isu-isu kebudayaan, oleh karena itu UNDIP berkepentingan bahwa orasi budaya akan mengisi kekosongan/ kebekuan isu budaya ini. Dan untuk pertama kali, Rektor UNDIP Prof Suharnomo akan berbicara dengan perspektif budaya dan tentunya pemikiran beliau akan ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jawa Tengah,” kata Dr Sukarjo.

“Diketahui Rektor UNDIP concern dengan isu-isu di Jawa Tengah dengan ribuan sumber daya dosen dan mahasiswa melalui riset, pengabdian dan sebagainya tentu acara ini akan menegaskan bahwa UNDIP mempunyai agenda kebudayaan yang concern mengenai Jawa Tengah,” imbuhnya.

“InsyaaAllah acara ini akan menjadi agenda budaya tahunan yang penting dan ditunggu–tunggu di Jawa Tengah yang akan menghadirkan tokoh-tokoh nasional yang membicarakan kebudayaan,” tukas Dr Sukarjo ditemui sebelum acara. (DHW-Humas)

Share this :
Exit mobile version