UNDIP, Semarang – Pengelolaan waduk adalah tantangan kompleks yang mencakup aspek fisik (lingkungan biotik dan abiotik) dan non-fisik (stakeholder serta kelembagaan). Dr. Churun A’in, S.Pi., M.Si., Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro, memaparkan pendekatan inovatif dalam risetnya berjudul “Strategi Pengelolaan Kawasan Waduk Jatibarang Semarang Berdasarkan Nilai Jasa Ekosistem dengan Pendekatan Manajemen Adaptif Kolaboratif”.
Dr. Churun A’in, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Prodi Akuakultur S1 FPIK UNDIP, memiliki keahlian dalam manajemen sumber daya perairan dan manajemen sumber daya pantai. Penelitiannya bertujuan untuk merumuskan strategi pengelolaan berbasis ekosistem melalui pendekatan manajemen adaptif kolaboratif, guna memastikan keberlanjutan dan eksistensi Waduk Jatibarang (WJB) beserta jasa ekosistem yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap Ekologis yakni mengumpulkan data fisik, ekologi, dan teknis Waduk Jatibarang. Area penelitian mencakup DAS Garang dan Waduk Jatibarang, dengan tiga stasiun penelitian diantaranya wilayah hulu, reservoir, dan hilir. Parameter yang dianalisis meliputi produktivitas perairan, status trofik, tingkat sedimentasi, daya dukung perairan, dan beban pencemaran.
Selanjutnya pada tahap Sosial Ekonomi, melibatkan area administratif Waduk Jatibarang untuk memahami partisipasi masyarakat, kelembagaan, dan nilai ekonomi jasa ekosistem. Responden terdiri dari masyarakat sekitar, pengguna, pengelola, dan instansi pemerintah.
Strategi perumusan menggunakan pendekatan analisis SWOT dan Multipol untuk menetapkan prioritas tindakan dan kebijakan.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi ekologis dimana produktivitas perairan mencapai 91,24–456,26 g C/m²/tahun. Status trofik: Mesotrofik hingga eutrofik ringan. Daya dukung ikan pada 33,57 ton/tahun. Sementara pada ekonomi jasa ekosistem, total nilai jasa ekosistem Waduk Jatibarang mencapai Rp 10,655 miliar per tahun.
”Melalui analisis Multipol, strategi mitigasi dinyatakan sebagai prioritas utama dengan skor tertinggi untuk mendukung kebijakan penguatan sempadan hijau (green belt) dan pengelolaan DAS. Program ini melibatkan penerapan teknologi ramah lingkungan seperti fitoteknologi dan penguatan kelembagaan,” ungkap Churun A’in.
Penelitian ini menghasilkan model strategi berbasis manajemen adaptif kolaboratif, yang relevan dengan kebutuhan pengelolaan berkelanjutan Waduk Jatibarang. Penguatan mitigasi dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholders menjadi kunci utama.
”Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengelolaan waduk dan DAS secara menyeluruh, mendukung pelestarian fungsi ekosistem, dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar,” ucap Churun A’in.
Churun A’in juga menyampaikan bahwa kolaborasi merupakan elemen utama untuk keberhasilan strategi pengelolaan Waduk Jatibarang, yang tidak hanya fokus pada aspek teknis tetapi juga pada peningkatan partisipasi masyarakat dan kelembagaan pengelolaan.
”Diharapkan kolaborasi aktif antara pemerintah dan komunitas pengguna waduk mampu menjaga keberlanjutan jasa ekosistem dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan di masa mendatang,” pungkasnya. (DHW)