UNDIP, Semarang (21/01) – Universitas Diponegoro (UNDIP) hari ini kembali mengukuhkan 5 Guru Besar dalam rangkaian acara Upacara Pengukuhan 36 Guru Besar UNDIP yang berlangsung di akhir bulan Januari dan awal Februari Tahun 2025.
Adapun 5 Guru Besar yang dikukuhkan hari ini berasal dari Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) sebanyak 3 orang, antara lain Prof. Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. R.R. Retno Adiwinarti, M.Sc.; dan Prof. Ir. Bambang Sulistiyanto, M.Agr.Sc., Ph.D., IPU., dan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sebanyak 2 orang, antara lain Prof. Dr. Ir. Desrina, M.Sc.; dan Prof. Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil.
Pada acara tersebut masing-masing Guru Besar menyampaikan penelitian ilmiah dan temuan inovasinya. Prof. Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc., Ph.D. yang memiliki kepakaran Pertanian Organik, menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul “Penerapan Pertanian Organik dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan guna Mendukung Ketahanan Pangan”. Ia menjelaskan bahwa pertanian intensif dengan menggunakan bahan kimia buatan yang berlebihan tanpa menggunakan bahan organik akan berakibat terhadap degradasi tanah dan lingkungan, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas lahan dan hasil tanaman.
“Penerapan Pertanian Organik (PO) dengan memanfaatkan bahan organik, pupuk organik, pupuk organik diperkaya, dan pupuk hayati terbukti mampu memperbaiki kesuburan tanah, menjaga dan meningkatkan masa produktivitas lahan dan tanaman serta mampu mendukung ketahanan pangan,” ungkap Prof Didik.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. R.R. Retno Adiwinarti, M.Sc. yang memiliki kepakaran Manajemen Produksi Ternak Pedaging, menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul “Peningkatan Produktivitas Ruminansia Kecil dengan Perbaikan Pakan dan Memperhatikan Kesejahteraan Ternak”. Prof Retno menjelaskan bahwa peternak yang memelihara kambing dan domba secara tradisional dengan digembalakan (sistem ekstensif) mendukung kesejahteraan ternak dan menghasilkan daging lebih sehat, tetapi pertumbuhannya lambat karena ternak kekurangan pakan. Namun seiring dengan berkurangnya lahan gembala, mendorong peternak beralih ke sistem intensif yang membutuhkan perhatian lebih pada pakan, minum, dan ruang gerak.
Sumber pakan alternatif seperti daun gamal/Gliricidia dapat dimanfaatkan sebagai pakan sumber protein sebagai campuran konsentrat yang mengandung bungkil kedelai. Selain itu, pakan komplit berbentuk pellet lebih efisien untuk meningkatkan konsumsi pakan dibandingkan pakan berbentuk mash (halus), sehingga kesejahteraan ternak lebih meningkat dan dapat menurunkan cemaran gas metana.
Prof. Ir. Bambang Sulistiyanto, M.Agr.Sc., Ph.D., IPU. yang memiliki kepakaran Pakan Fungsional Ternak non Ruminansia membahas “Pemanfaatan Teknologi Fermentasi dalam Pengembangan Pakan Fungsional Unggas untuk Usaha Peternakan Rakyat”. Meningkatnya permintaan pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH), mendorong industri peternakan unggas mencari alternatif pakan seiring dengan larangan penggunaan bahan aditif promotor pertumbuhan dalam pakan seperti hormon dan antibiotik. Pakan aditif fungsional berbahan alami seperti ekstrak tumbuhan, antioksidan, probiotik dan prebiotik, pengikat mikotoksin, enzim, senyawa fitogenik atau fitobiotik menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi maupun kesehatan ternak.
Teknologi pengolahan pakan untuk mendukung penyediaan pakan alternatif termasuk di pakan aditif dan produk fermentasi telah terbukti mampu memecahkan permasalahan lingkungan dan pakan. Penerapan teknologi fermentasi dalam pengolahan limbah sayuran dan buah-buahan mampu menghasilkan pakan alternatif dengan sifat fisik organoleptik, mikrobiologis, maupun utilitas yang baik dan dapat menjadi sumber probiotik. Selain itu, pengayaan limbah sayuran fermentasi dengan limbah bawang putih dapat menghasilkan bahan pakan yang kaya akan bakteri probiotik dan senyawa fitogenik alisin, sehingga berpotensi sebagai sinbiotik alami yang bermanfaat untuk pertumbuhan unggas.
“Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa teknologi fermentasi memiliki peran besar dalam penyediaan bahan pakan alternatif pakan unggas yang memiliki sifat fungsional, sehingga akan sangat membantu dalam menjawab tantangan peningkatan produktivitas ternak usaha peternakan rakyat di era pasca-antibiotik sebagai promotor pertumbuhan,” jelas Prof. Bambang Sulistiyanto.
Prof. Dr. Ir. Desrina, M.Sc. dengan kepakaran Penyakit Organisme Akuatik memaparkan penelitian yang berjudul “Strategi Pengendalian Penyakit Akuakultur Secara Holistik untuk Akuakultur Berkelanjutan di Indonesia”. Ia menjelaskan bahwa pengendalian penyakit akuakultur, tidak hanya sekadar menghilangkan patogen dari lokasi akuakultur, tapi memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pemahaman terhadap ekologi patogen di dalam dan di luar inang, interaksi inang, patogen dan lingkungan di dalam dan di luar wadah akuakultur, serta memperhatikan daya dukung lingkungan.
Strategi holistik yakni dengan menggabungkan metode yang sudah ada (biosekuriti) yang dikuatkan dengan penekanan pada pemahaman tentang ekologi patogen, akan mampu mengendalikan penyakit akuakultur di masa yang akan datang dengan baik sehingga akuakultur Indonesia yang berkelanjutan dapat dicapai.
Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. Agus Indarjo, M.Phil. dengan kepakaran Manajemen Sumber Daya Laut, menyampaikan pidato ilmiah dengan tema “Pengelolaan Sumber Daya Laut Berbasis Sistem Informasi Coastal Cleanup dan Bioseluler untuk Monitoring Perairan Laut”. Sumber daya laut menyediakan berbagai ekosistem yang mendukung kehidupan, seperti keanekaragaman hayati, sumber pangan, dan regulasi iklim. Namun, sumber daya laut menghadapi masalah seperti pencemaran, overfishing, dan perubahan iklim yang mengancam keseimbangan ekosistem laut.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan Sistem Informasi Coastal Cleanup (SICC) dan inovasi Bio-Sel-GSM yang kemudian ditingkatkan menjadi Bio-Sel-LoRa. Pendekatan pengelolaan sumber daya laut yang menggunakan SICC, Bio-Sel-GSM, dan Bio-Sel-LoRa memberikan beberapa keunggulan seperti pemantauan real-time, pengumpulan data yang komprehensif dan akurat, dan menjaga keseimbangan ekosistem laut, sehingga keberlanjutan sumber daya laut dapat terjaga dengan lebih baik.