Universitas Diponegoro

UNDIP Tingkatkan Kesadaran Mahasiswa tentang Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender

UNDIP, Semarang (27/04) – Sebagai bagian dari upaya membangun budaya akademik yang menjunjung tinggi nilai kesetaraan, keadilan, dan perlindungan bagi seluruh warga kampus, Universitas Diponegoro (UNDIP) terus berkomitmen untuk mencegah dan menangani kekerasan berbasis gender. Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, UNDIP melalui Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni serta Unit Pelaksana Teknis Layanan Konsultasi, Disabilitas, Penegakan Disiplin dan Etika Mahasiswa (UPT LKDPDEM) menyelenggarakan sosialisasi bertajuk “Girls’ Power: Stop Kekerasan Bersama Ibu” pada Jumat, 25 April 2025, di Auditorium Prof. Sudarto, S.H., Kampus UNDIP Tembalang, Semarang.

Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan mahasiswi dan para pemangku kepentingan yang peduli terhadap isu perlindungan perempuan. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNDIP, Prof. Dr. rer. nat. Heru Susanto, S.T., M.M., M.T., dalam sambutannya menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membangun kesadaran kolektif mengenai pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

“Perempuan sering kali menjadi korban dalam lingkungan terdekatnya. Banyak kasus kekerasan tidak terlaporkan karena korban merasa takut, malu, atau tidak memiliki akses terhadap bantuan. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengedukasi dan membekali civitas academica UNDIP untuk berani bersuara serta bertindak melawan segala bentuk kekerasan,” tuturnya.

“Pada bulan Oktober tahun lalu, UNDIP telah membentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan yang bekerja secara aktif dalam menerima aduan, melakukan pendampingan, serta menyusun kebijakan internal untuk perlindungan warga kampus melalui Satgas PPKPT dan UPT LKDPDEM,” imbuh Prof. Heru.

Menurutnya, perlu adanya kolaborasi/ kerjasama untuk meminimalisir maupun tindakan preventif terjadinya kekerasan di kampus, keluarga, dan komunitas dalam mencegah kekerasan berbasis gender guna membangun budaya kampus yang inklusif, aman, dan bebas dari kekerasan.

Acara yang dimoderatori oleh Sekar Paramitha, M.Psi., Psikolog, Konselor UPT LKDPDEM, dengan menghadirkan tiga narasumber inspiratif dari bidang akademik, psikologi, dan advokasi sosial. Membuka sesi pertama, Dr. A.A.S. Manik Mahachandra, S.T., M.Sc. selaku Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) UNDIP dengan paparan berjudul “How to Make Use of Our Super Power”.

Ia menyebutkan berbagai bentuk kekerasan yang masih dialami oleh perempuan, termasuk kekerasan fisik, psikis, seksual, perundungan, hingga diskriminasi yang sering kali tidak disadari sebagai bentuk pelanggaran. “Berdasarkan data dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016 dan laporan terbaru media nasional (liputan Metro TV, 21 April 2025) kasus kekerasan terhadap perempuan masih menjadi isu serius di Indonesia, termasuk di lingkungan perguruan tinggi,” jelasnya.

Dr. Manik juga mengajak seluruh mahasiswi UNDIP untuk menyadari kekuatan personal yang dimiliki, tidak hanya dalam bersikap baik (Just Behave), tetapi juga peduli terhadap sesama (Aware & Care for Others), serta aktif melaporkan dan mencegah kekerasan dalam bentuk apa pun.

Sementara itu, Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A., yang membawakan materi berjudul “Pesan Ibu untuk Perempuan Gen Z”, menyoroti pentingnya memperkuat kesadaran dan ketahanan perempuan muda, khususnya dari kalangan Gen Z, terhadap kekerasan dan pelecehan. “Diharapkan nantinya Gen Z mampu menjaga marwah sebagai manusia yang diciptakan dengan sebaik-baiknya oleh Tuhan. Kekerasan harus dihentikan dan kekuatan perempuan harus terus diberdayakan. Terutama lebih berfokus pada hak atas rasa aman dan dihargai; berani bicara; menghargai emosi dan kesehatan mental; waspada terhadap hubungan tidak sehat,” paparnya

Lebih lanjut Arida Nuralita, S.Psi., M.A., Psikolog, selaku Koordinator Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) Jawa Tengah, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Jawa Tengah yang memaparkan materi “Perempuan Pilar Keluarga Sehat dan Bahagia” menjelaskan peran krusial perempuan dalam menjaga keseimbangan emosional, komunikasi yang sehat, dan ketahanan keluarga sekaligus sebagai garda terdepan dalam mencegah kekerasan berbasis keluarga.

Diskusi yang berlangsung menggugah kesadaran tentang pentingnya pendidikan, kesehatan mental, dan keseimbangan peran ganda yang sering diemban oleh perempuan. “Maka dari itu, pendekatan berbasis keluarga menjadi kunci utama dalam membangun sistem perlindungan yang efektif. Dukungan emosional dari orang terdekat dan akses terhadap layanan psikologis sangat penting dalam proses pemulihan korban,” kata Arida. Menutup sesi diskusi, ia juga memperkenalkan layanan-layanan yang dapat dimanfaatkan masyarakat, termasuk konsultasi psikologis gratis di bawah naungan Dinas Perempuan dan Anak.

Dengan antusiasme peserta yang tinggi melalui kegiatan ini, UPT LKDPDEM UNDIP menegaskan komitmennya untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan. Sosialisasi ini diharapkan dapat menumbuhkan keberanian untuk bersuara dan terus memperkuat sinergi pencegahan kekerasan melalui edukasi, advokasi serta layanan psikososial yang terintegrasi. (DHW)

Share this :
Exit mobile version