FISIP UNDIP Diskusikan Aktivisme Kaum Muda Islam Moderat di Asia Tenggara

UNDIP, Semarang (17/4), Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Pondok Pesantren Mahasiswa Kebangsaan menyelenggarakan diskusi mendalam bertajuk “Promoting Moderate Islamic Youth Activism in Southeast Asia”. Acara ini berlangsung pada hari Selasa, 8 April 2025 pukul 13.00 WIB di Pondok Pesantren Mahasiswa Kebangsaan, Semarang.

Diskusi ini menghadirkan pembicara utama Prof. Stephane Lacroix, seorang pakar politik Islam dari Sciences Po, Prancis  Prof. Stephane Lacroix dikenal luas atas kajian-kajiannya mengenai Islam politik dan dinamika gerakan Islam di dunia Muslim, utamanya di wilayah Timur Tengah.

Dalam paparannya, Prof. Stephane menjelaskan beberapa topik terkait pemahaman moderasi yang perlu dikontekstualisasi, perkembangan keilmuan agama dan sains, gerakan-gerakan Islam serta berbagai topik lainnya berkaitan dengan Islam dan politik.

Acara diskusi ini dibuka dengan pengantar diskusi oleh Hendra Tri Ardianto M.A. mewakili Dr. KH. Muhammad Adnan, M.A, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Kebangsaan. Beliau menyoroti pentingnya membangun semangat aktivisme pemuda Islam yang moderat dan inklusif di tengah tantangan globalisasi dan radikalisasi. Diskusi ini dimoderatori oleh Faiz Kasyfilham, M.A, dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat peran pemuda Muslim di Asia Tenggara dalam mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat, demokratis, dan berorientasi pada kemaslahatan publik. Selain itu, diskusi ini juga menjadi ajang pertukaran gagasan antara akademisi, praktisi pesantren, dan mahasiswa mengenai strategi strategis dalam membentuk gerakan pemuda Islam yang progresif namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam, lokal dan keindonesiaan.

Pada akhir kegiatan, Prof. Stephane mengutarakan ketertarikannya atas dinamika praktik keagamaan di Indonesia. Beliau menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia, dengan berbagai infrastruktur kegamaan berbasis nilai nasionalisme seperti Pondok Pesantren, akan mampu menjadi pondasi praktik agama yang selaras dengan berbagai nilai kemanusiaan.

Share this :