UNDIP, Semarang (24/03) — Masjid Abdurrahman, yang berlokasi di Gedung Widya Puraya, Universitas Diponegoro, menggelar Kajian Ramadan sebagai bagian dari upaya meningkatkan pemahaman keislaman di bulan suci. Kajian yang diselenggarakan pada Senin, 24 Maret 2025, ini mengusung tema “Menggapai Kemuliaan Malam Lailatul Qadar” dan bertujuan untuk mengajak peserta kajian memperdalam makna dan keistimewaan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Acara menghadirkan K.H. Nur Fauzan Ahmad, S.S., M.A., sebagai pemateri.
Pada kesempatan ini, Rektor UNDIP periode 2019-2024 Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum. turut memberikan tausiah pembuka. Dalam tausiahnya, Prof. Yos menekankan pentingnya mengamalkan tiga hal, yakni selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah, selalu bermuhasabah saat menghadapi kesulitan, dan berserah diri kepada-Nya.
“Apabila sedang mengalami kesulitan, hendaknya kita mencoba untuk husnuzan (berprasangka baik) kepada Allah. Bisa jadi, dibalik cobaan yang kita hadapi, terdapat rezeki yang sedang menunggu kita,” pesan Prof Yos.
Mengenai Lailatul Qadar, K.H. Nur Fauzan menjelaskan bahwa malam penuh kemuliaan ini memiliki ciri-ciri khusus yang dapat dikenali berdasarkan beberapa hadis Nabi. Di antaranya, sinar matahari pada pagi harinya tidak terlalu terik, udara terasa sejuk, serta malamnya ditandai dengan langit yang bersih tanpa awan, suasana yang tenang dan sunyi, serta suhu yang tidak terlalu panas maupun dingin. Meskipun demikian, waktu pasti terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi rahasia Allah, sehingga umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah sepanjang bulan Ramadan.
“Lailatul Qadar memiliki keterkaitan erat dengan Al-Qur’an. Mereka yang dapat meraih kemuliaan malam ini adalah orang-orang yang sejak awal Ramadan telah dekat dengan Al-Qur’an, membacanya, dan mengamalkannya. Insya Allah, merekalah yang akan mendapatkan hikmah Lailatul Qadar,” ujarnya.
Ramadan, menurut K.H. Nur Fauzan, dapat dimaknai sebagai sekeping surga yang Allah anugerahkan bagi hamba-Nya. “Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang suci. Orang yang bisa menjalankan Ramadan dengan benar, oleh Rasul dikatakan seperti bayi yang baru dilahirkan karena dosanya berguguran,” tambahnya.
Menutup tausiahnya, beliau berpesan agar peserta kajian untuk mempertahankan amalan baik yang telah dilakukan selama Ramadan. “Jangan hanya menjadi hamba Ramadan, tapi jadilah hamba Robbani. Ramadan hanya datang setahun sekali, tetapi Robbani (Allah SWT) akan datang selamanya,” pesannya.
Dengan suasana Ramadan yang penuh berkah, kajian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperkuat keimanan serta mempersiapkan diri dalam meraih keutamaan Lailatul Qadar. (Hng-Public Relation)