UNDIP, Jepara (10/06) – Universitas Diponegoro (UNDIP) menerima kunjungan resmi Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, S.H., LL.M., di Kampus UNDIP Teluk Awur, Jepara. Kunjungan ini bertujuan meninjau teknologi desalinasi air payau atau air laut bertenaga surya sebagai solusi penyediaan air bersih di daerah terpencil.
Gubernur Hendrik Lewerissa, didampingi Mantan Gubernur Maluku periode 2014-2019 Said Assagaff, disambut langsung oleh Wakil Rektor IV Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Komunikasi Publik UNDIP, Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., Kepala Badan Pengelola Kampus Jepara, Prof. Dr. I Nyoman Widiasa, S.T., M.T., serta Peneliti dari Fenner School of Environment and Society, College of Systems and Society, ANU, Andi Rinto Prastiyo Wibowo, S.Hut., M.Sc.
Kegiatan diawali dengan diskusi bersama dan dilanjutkan dengan peninjauan langsung ke lokasi unit desalinasi yang dibangun oleh tim peneliti UNDIP dan ANU. Teknologi ini menjadi perhatian utama, mengingat Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki tantangan tersendiri dalam hal akses terhadap air bersih.
“Kami datang untuk melihat langsung bagaimana teknologi ini bekerja karena kami sadar betul, di Maluku tidak semua pulau memiliki akses air bersih yang memadai. Ada wilayah-wilayah di mana memperoleh air layak konsumsi masih menjadi tantangan besar. Pemerintah harus memberikan solusi kepada masyarakat mengenai masalah tersebut,” ungkap Hendrik Lewerissa.
Teknologi desalinasi yang ditinjau ini menggunakan sumber energi terbarukan berupa tenaga surya, sehingga dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan. Selain membahas aspek teknis, kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk membuka peluang kerja sama dalam bentuk pelatihan bagi putra-putri Maluku.
“Ke depan, kami berharap ada kolaborasi antara UNDIP, ANU dan institusi pendidikan tinggi di Maluku. Tujuannya adalah membekali putra-putri kami agar menguasai teknologi ini, sehingga dalam jangka panjang kami memiliki SDM lokal yang mampu mengoperasikan fasilitas ini secara mandiri,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Peneliti ANU, Andi Wibowo, menjelaskan bahwa teknologi desalinasi ini merupakan hasil inisiasi bersama antara UNDIP dan ANU, dengan pendanaan dari hibah Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (KONEKSI).
“Teknologi ini menggunakan energi baru terbarukan yaitu solar panel, jadi sangat ramah lingkungan. Kami harap proyek ini bisa diimplementasikan ke beberapa daerah di Indonesia untuk mengatasi masalah kelangkaan air,” ucap Andi Wibowo.
Teknologi desalinasi dirancang hemat biaya, menghasilkan limbah dalam jumlah minimal, serta menggunakan sistem reverse osmosis dengan sumber energi yang ramah lingkungan berupa tenaga surya. Selain itu, teknologi ini sangat ideal untuk digunakan di daerah pesisir terpencil karena mudah dipindahkan dan dioperasikan. Dengan memanfaatkan tenaga surya seluas 20 x 15 meter yang mampu menghasilkan daya hingga 30.000 kilovolt, teknologi desalinasi ini dapat menyaring hingga 200.000 liter air bersih siap minum setiap harinya.
Kunjungan ini menjadi bentuk sinergi yang nyata antara dunia akademik, pemerintah daerah, dan institusi internasional dalam menghadirkan inovasi yang berdampak nyata bagi masyarakat. Teknologi desalinasi diharapkan menjadi solusi berkelanjutan dalam penyediaan air tawar di wilayah pesisir dan kepulauan Indonesia, terutama di kawasan yang masih menghadapi keterbatasan infrastruktur air bersih.
