UNDIP Tuan Rumah Summer Course Bertema “Vulnerability to Viability (V2V) Approach”

Universitas Diponegoro berkolaborasi dengan Universiti Tun Abdul Razak, University of Waterloo Faculty of Environment selaku koordinator V2V (Vulnerability to Viability) Global Partnership menyelenggarakan Summer Course “Voices From Coastal Communities: Securing Small-Scale Fisheries With Vulnerability to Viability (V2V) Approach.” Summer Course ini berlangsung pada 3-8 Oktober 2024 dengan acara pembukaan pada Kamis, 3 Oktober 2024 pukul 08:00 WIB di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP secara offline dan online livestreaming Youtube UNDIP TV. Lebih dari 100 peserta dari UNDIP, berbagai universitas dan anggota V2V mengikuti Summer Course ini secara offline dan online. Pembicara dalam diskusi panel pada hari pertama yaitu Prof. Dr. Prateep Kumar Nayak (University of Waterloo, Canada), Prof. Dr. Gazi Md Nurul Islam (Universiti Tun Abdul Razak, Malaysia), dan Prof. Dra. Indah Susilowati, MS.c. (Universitas Diponegoro, Indonesia).

Afina Hasya, S.T., M.M., Kepala KUI FEB UNDIP, mewakili Dekan FEB UNDIP menyebutkan bahwa kolaborasi ini adalah langkah penting untuk inisiasi proyek kerja sama untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang tema Summer Course ini.

Prof. Dr. Ir. Hadiyanto, S.T., M.Sc., IPU, Kepala Kantor Pemeringkatan UNDIP mengapresiasi kolaborasi yang sudah terjalin selama 10 tahun ini, “Kantor Pemeringkatan UNDIP mendukung internasionalisasi melalui riset dan mobilitas inbound maupun outbound.”

Pembicara pertama, Prof. Dr. Prateep Kumar Nayak menjelaskan bahwa kolaborasi tiga institusi ini fokus untuk mengasah kemampuan belajar dan mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dengan mengaktifkan 5 panca indera kita. Dengan materinya berjudul “Vulnerability to Viability (V2V) Approach to Understand Social-Ecological Transitions,” Prof. Prateep menjelaskan Vulnerability (Kerentanan), Viability (Keberlanjutan), dan Transition  (Transisi) memiliki hubungan multidimensional dalam konteks perikanan skala kecil. “Transisi menjembatani usaha untuk mengatasi dinamika yang ada dalam mengubah situasi yang rentan menjadi keberlanjutan, meliputi aspek sosial, politik, dan ekologi,” ungkapnya.

Kerentanan pada perikanan skala kecil dipengaruhi oleh pola manusia, alam, faktor sosial dan faktor keuangan. Terdapat 3 dimensi well-being (kesejahteraan) yaitu material, relasional, subjektif; di mana jika salah satu atau lebih dari dimensi tersebut absen, maka keadaan menuju kerentanan menjadi lebih dekat.

Pembicara kedua, Prof. Dr. Gazi Md Nurul Islam membahas tentang “Social Political Dimensions of Vulnerabilities in the Artisanal Fisheries – Case of Marine Protected Areas, Malaysia.” Dia menyebutkan diskusi panel ini membangun pengetahuan bersama peserta dari berbagai negara dan memberikan solusi praktis bagi permasalahan pesisir.

“Turisme memberikan dampak signifikan bagi perkembangan ekonomi namun sayangnya sumber daya alam kita terkena polusi sangat cepat. Pada sektor perikanan khususnya di area pesisir di Malaysia, tantangan yang dihadapi meliputi perubahan ekosistem (polusi), perubahan sosial (budaya, kerja sama, konflik), dan perubahan politik (institusi, invasi, dan akses perikanan). Masyarakat harus menemukan cara untuk bertahan memiliki akses yang aman dalam mengambil dan mengelola hasil perikanan,” ujarnya.

Pembicara ketiga, Prof. Dra. Indah Susilowati, MS.c. Prof Indah mengharapkan keaktifan peserta dalam Summer Course ini dengan mengumpulkan book chapter dan mengikuti rangkaian kegiatan Summer Course bertema V2V ini. Dalam materinya berjudul “Blue Economy, Blue Growth, Blue Justice,” Prof. Indah menunjukan peta survei blue economy dan blue growth di Tambak Bulusan dan Morodemak, Kabupaten Demak. “Peta ini dibuat oleh mahasiswa kami, di mana kita dapat melihat pemetaan blue economy dan blue growth. Dari sini dapat dilihat estimasi emisi karbon dan diciptakan kebijakan mengenai ekosistem,” jelasnya.

Acara pembukaan Summer Course dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama para peserta. Rangkaian kegiatan peserta offline Summer Course pada hari selanjutnya meliputi eksplorasi mangrove dan FGD dengan Komunitas Perikanan ke Kabupaten Demak, kunjungan ke komunitas pesisir di Karimunjawa, dan aktivitas lapangan di Candi Borobudur. (Titis – Public Relations)

Share this :

Category

Arsip

Related News