UNDIP, Semarang (10/9) – Universitas Diponegoro melalui Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Peternakan dan Pertanian, sukses menyelenggarakan the 2nd International Conference on Agricultural Sustainability (ICAS 2025) pada 10 September 2025 di Grand Candi Hotel Semarang dan secara daring.
Konferensi internasional yang mengangkat tema “Agriculture and Biosystems Engineering Innovations for Sustainable Food Production” ini menghadirkan 110 peserta dengan 104 makalah terpilih yang dipresentasikan oleh akademisi dan peneliti dari berbagai negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Uzbekistan, Taiwan, Hungaria, India, Sri Lanka, Turki, Georgia, dan Filipina.
Acara ini dibuka secara resmi oleh pimpinan universitas, yaitu Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik, Dr. Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D., serta Wakil Dekan II Fakultas Peternakan dan Pertanian, Prof. Agus Setiadi, S.Pt., M.Si., Ph.D., didampingi jajaran ketua program studi di lingkungan fakultas.
Lima pembicara kunci dari institusi ternama di Asia turut memberikan pandangan strategis mengenai isu-isu global terkait keberlanjutan pertanian. Prof. Didik Wisnu Widjajanto (Universitas Diponegoro) menekankan pentingnya penerapan pertanian organik sebagai solusi menjaga kesuburan tanah sekaligus mengurangi dampak negatif dari praktik pertanian intensif. Ia menyoroti penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, serta penerapan regulasi dan sertifikasi organik sebagai faktor kunci dalam mewujudkan sistem produksi pangan yang berkelanjutan.
Dari Jepang, Prof. Yoshinori Yamamoto (Kochi University) menambahkan perspektif mengenai dampak pemanasan global terhadap kualitas beras. Ia menjelaskan bahwa peningkatan suhu, terutama pada fase pengisian bulir, menyebabkan bertambahnya butir padi tidak matang. Sebagai langkah antisipasi, Jepang terus mengembangkan varietas padi toleran suhu tinggi untuk menjaga kualitas dan stabilitas produksi pangan di tengah
Prof. Huey-Wen Chuang (National Chiayi University, Taiwan) yang memaparkan strategi biostimulan berbasis mikroba untuk meningkatkan ketahanan tanaman hortikultura terhadap berbagai cekaman abiotik seperti kekeringan, salinitas, logam berat, hingga suhu ekstrem. Ia mencontohkan penelitian pada strain bakteri Pseudomonas yang terbukti mampu memperkuat pertumbuhan pisang dan anggrek Phalaenopsis sekaligus meningkatkan ketahanan tanaman melalui aktivasi jalur hormon jasmonat, auksin, dan ABA.
Selanjutnya, Dr. Pattavipha Songkumarn (Kasetsart University, Thailand) menyoroti ancaman penyakit blas pada padi yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae dan dapat menurunkan hasil panen hingga 30 persen. Ia menjelaskan bahwa tingginya keragaman patogen membuat varietas padi kerap kehilangan resistensinya, sehingga pemuliaan berbasis gen tahan seperti Pi9 dan Pik menjadi sangat penting. Ia juga menekankan kewaspadaan terhadap penyakit jamur minor seperti bercak cokelat (Bipolaris oryzae) dan Exserohilum rostratum yang semakin agresif akibat suhu tinggi, dengan penelitian terbaru menunjukkan keterlibatan hormon abscisic acid (ABA) dalam mekanisme ketahanan padi.
Menutup rangkaian pandangan strategis, Dr. Nik Norasma Che’Ya (Universiti Putra Malaysia) menekankan pentingnya transformasi digital dalam pengelolaan sawah melalui pemanfaatan teknologi penginderaan jauh, UAV, citra satelit, dan sensor hiperspektral untuk mendukung pertanian presisi. Teknologi ini memungkinkan pemantauan kesehatan tanaman secara real time, deteksi dini penyakit, manajemen nutrisi yang lebih efisien, serta prediksi hasil panen yang lebih akurat. Ia juga menambahkan bahwa penerapan bio-stimulan seperti spermin terbukti mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan sekaligus mendukung peningkatan hasil panen.
Selain paparan dari para pembicara kunci, makalah yang dipresentasikan dalam konferensi ini mencakup berbagai bidang, antara lain agronomi, agribisnis, manajemen tanah dan lahan, teknologi pangan, pengelolaan hama dan penyakit tanaman, serta teknik pertanian dan biosistem. Seluruh makalah yang diterima akan dipublikasikan dalam prosiding dan jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus sehingga dapat diakses luas oleh komunitas akademik global.
Melalui ICAS 2025, Universitas Diponegoro menegaskan komitmennya untuk menjadi motor penggerak kolaborasi internasional di bidang pertanian, memperkuat pertukaran pengetahuan, serta mendorong lahirnya inovasi solutif bagi tantangan produksi pangan berkelanjutan di masa depan. Kegiatan ini juga semakin menguatkan reputasi Universitas Diponegoro dalam bidang pertanian, yang saat ini telah menempatkan pada peringkat QS World University Rankings 351–400 Agriculture & Forestry by Subject 2025 (Komunikasi Publik/UNDIP/Tim FPP)