UNDIP, Semarang (14/09) – Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro berhasil meraih hibah penelitian prestisius dari program United Kingdom Research Innovation -Southeast Asia (UKRI-SEA) Collaboration on Infectious Diseases. Mereka mengungguli 51 tim peneliti dari seluruh Indonesia, di mana hanya 6 tim yang berhasil mendapatkan pendanaan.
Tim peneliti ini dipimpin oleh dr. Helmia Farida, M.Kes., Sp.A(K), Ph.D., beranggotakan tiga dokter ahli di bidang ini yaitu dr. Endang Sri Lestari, Ph.D, Dr. dr. Nur Farhanah, MSi.Med, Sp.PD, K-PTI, dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc., Sp.MK(K)
Hibah penelitian dengan total nilai awalnya mencapai Rp 26 milyar dari UKRI-SEA dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Indonesia akan mendukung riset mereka selama tiga tahun ke depan. Sejalan dengan program efisiensi pemerintah terjadi penyesuaian besaran hibah menjadi Rp 24, 8 milyar. Hibah ini akan digunakan untuk penelitian terkait penyakit infeksi di Asia Tenggara, dengan fokus utama pada inovasi dalam diagnosis, pencegahan, dan pengobatan.
dr. Helmia Farida sebagai salah satu peneliti utama, menyatakan bahwa pendanaan ini akan memperkuat kolaborasi antara peneliti Indonesia dan Inggris, khususnya Liverpool School of Tropical Medicine (LSTM) untuk mengembangkan solusi menghadapi ancaman penyakit wabah infeksi khususnya oleh bakteri multiresisten yang saat ini sedang terjadi di Indonesia dan di dunia.
Foto. Tim Peneliti FK dan Research Collaborator, Joseph Lewis, BA., MA., MSci., MBBS., MRCP. DTMH., PhD Senior Lecturer Liverpool School of Tropical Medicine (LSTM) Hadir di UNDIP menemui Rektor UNDIP dan jajarannya
Penelitian bertajuk ‘INTerrupting prolifERation of Carbapenem resistance in Indonesia: clinical and genomic Evaluation of Pathways of Transmission (INTERCEPT) ini diharapkan tidak hanya mengungkap proses terjadinya infeksi oleh bakteri multiresisten di rumah sakit, tetapi juga diharapkan menghasilkan solusi berupa kebijakan dan modul aplikatif di tingkat nasional, yang dapat diterapkan di rumah sakit tipe A, B, dan C di Indonesia. Hal ini karena anggota Tim berpengalaman dalam mengembangkan penelitian yang kemudian membentuk kebijakan nasional di bidang pengendalian resistensi antibiotik, yaitu diterbitkannya Peraturan Meteri Kesehatan RI no 8 tahun 2015.
dr. Helmia menjelaskan bahwa penelitian ini berangkat dari permasalahan nyata yang dialami Indonesia dan banyak negara lain, yaitu tingginya angka kematian akibat infeksi oleh bakteri yang kebal terhadap banyak antibiotik (multiresisten). Penelitian Tauran dkk, 2023, di Makassar menunjukkan bahwa angka kematian akibat bakteri multiresisten di Indonesia sangat tinggi, mencapai 29,5% dari total pasien yang terinfeksi. Ini berarti case fatality rate-nya 10 kali lebih besar dari COVID tahun 2020-2022 lalu di Indonesia. Sayangnya besarnya angka kematian ini kurang disadari oleh banyak pihak sehingga belum terdapat upaya penanganan yang komprehensif. Untuk mengatasi ini salah satu solusinya adalah pengembangan antibiotik baru; tetapi solusi ini sangat mahal. Rumah sakit ksehatan Indonesia umumnya tidak dapat menjangkau harga antibiotik baru tersebut. Selain itu, mengatasi problem resistensi antibiotik memang tidak cukup hanya dengan mengembangkan antibiotik baru, karena bakteri multiresisten tersebut dengan mudah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik baru hanya dalam beberapa tahun bahkan bulan.
Maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, tim peneliti FK UNDIP ini berupaya mengembangkan solusi alternatif, yaitu dengan memutus mata rantai penyebaran atau penularan bakteri multiresisten, khususnya di rumah sakit melalui upaya-upaya yang mampu laksana untuk kondisi di Indonesia, tetapi tetap cukup efektif secara terukur untuk menekan problem infeksi oleh bakteri multiresisten di Indonesia
Ia juga menyampaikan rasa syukurnya karena dari tidak menduga memperoleh pendanaan riset, sebab awalnya FK UNDIP belum memilik koneksi dengan peneliti bidang infeksi di Ingris. Lalu dengan bantuan tidak langsung dari rekan sejawat dosen lainnya, akhirnya bisa mendapatkan partner peneliti bidang infeksi dari Liverpool School of Tropical Medicine (LSTM) yang sangat antusias untuk melakukan penelitian bersama. “Jadi hal ini bisa menjadi pendorong bagi para dosen lainnya agar tidak berkecil hati dalam merintis penelitian internasional jika tidak memiliki koneksi, pasti nantinya akan ada jalan,” ucap dr.Helmia.
“Riset yang berjudul INTERCEPT ini diharapkan nantinya juga bisa menghasilkan suatu kebijakan nasional untuk membantu mengatasi penyebaran bakteri multiresisten di Indonesia sekaligus mengatasi problem resistensi antimikroba yang dirasa semakin berat,” ujar dr. Helmia.
Sementara itu anggota peneliti dr. Endang Sri Lestari, Ph.D mengatakan jika penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya tentang antimicrobial resistance di Indonesia yang sebelumnya telah ia lakukan bertahun-tahun yang berkolaborasi dengan beberapa universita di Belanda yaitu Leiden University Medical Center, Erasmus University Medical Centre dan Radboud University Medical Center. Saat itu ia dan tim peneliti melakukan penelitian tentang bakteri resisten berbagai rumah sakit dan puskesmas di Indonesia. Hasil penelitiannya bahkan telah menjadi peraturan Menteri kesehatan no 8 tahun 2015 yang kemudian dijadikan sebagai salah satu komponen standar nasional akreditasi rumah sakit di seluruh Indonesia.
Dalam rangka persiapan penelitian yang akan segera dimulai ini, Ketua Tim Peneliti dari LSTM, dr. Joseph Michael Lewis, MBBS. M.Sc., Ph.D., telah datang ke Semarang dan menemui Rektor Universitas Diponegoro pada Selasa, 9 September 2025 lalu. Selanjutnya tim peneliti gabungan ini melakukan kunjungan koordinasi dengan rumah sakit dan masyarakat yang menjadi target penelitian.
Keberhasilan tim dosen FK UNDIP ini semakin mengukuhkan peran UNDIP sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang unggul dalam riset kesehatan. Dengan hibah ini, diharapkan akan lahir berbagai inovasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia dan dunia. Ini membuktikan ilmuwan UNDIP mendukung semangat UNDIP Bermartabat UNDIP Bermanfaat dan Diktisaintek Berdampak (Komunikasi Publik/ UNDIP/ DHW, Ed. Nurul)