FK UNDIP Gandeng Profesor dari Liverpool School of Medicine, UK adakan Pelatihan Peningkatan Kewaspadaan Cegah Kematian Ibu dan Bayi Pasca Melahirkan

UNDIP, Brebes (10/9) – Program Studi PPDS Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro menyelenggarakan kegiatan “Pelatihan Kegawatdaruratan Obstetri (Pengembangan Kapasitas Jejaring Pendidikan)” bertempat di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Rabu, 10 September 2025. Pelatihan ini merupakan langkah UNDIP dalam mewujudkan SDGs 3: Good Health and Well-Being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), dengan fokus peningkatan kapasitas individu tenaga kesehatan dalam menghadapi kegawatdaruratan obstetri, sehingga mencegah kematian pada ibu dan bayi.

Prof. Charles Anawo Ameh, Ph.D. (Head of International Public Health Department, Liverpool School of Medicine, UK / Co-Director WHO Collaboration Center for Research and Training in Maternal and Newborn Health) hadir sebagai asesor dalam pelatihan ini dan juga sebagai pemateri On-the-Job Training di RSUD Brebes (8/9).

Peserta acara yaitu satu dokter umum, satu bidan level merah, satu bidan level kuning, satu bidan level hijau, serta satu sopir ambulans yang tergabung sebagai tenaga kesehatan di masing-masing Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) dan PMP (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Parsial), meliputi: Puskesmas Tanjung, Puskesmas Ketanggungan, Puskesmas Kersana, Puskesmas Larangan, Puskesmas Kluwut, Puskesmas Siwuluh, Puskesmas Brebes, Puskesmas Wanasari, Puskesmas Sidamulya, Puskesmas Luwung Gede; dan juga dua bidang level kuning, dua bidan level hijau dan satu bidan level merah dari RSUD Brebes dan RS Mutiara Bunda, Brebes.

Dr. dr. Ratnasari DC, M.Si., Med., Sp.O.G. Subsp. Obginsos, Ketua Prodi Obsgyn FK UNDIP yang juga Ketua Pelaksana acara pelatihan mengungkapkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia relatif tinggi dibanding dengan negara lain di ASEAN, sehingga perlu adanya pelatihan agar tenaga kesehatan mampu menangani kasus secara cepat, tepat, dan terintegrasi.

“Kita (UNDIP) adalah salah satu harapan Jawa Tengah untuk menjadi partner di dalam pencapaian penurunan AKI dan AKB, bersama-sama meningkatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan dari semua lini. Salah satunya dari kegiatan pelatihan untuk menata tenaga kesehatan, bagaimana mereka bisa bekerja sama dalam mengidentifikasi suatu masalah deteksi dini, faktor risiko, potensi untuk menjadi gawat darurat; kemudian diagnosis secara cepat dan penanganan; membuat rujukan yang komprehensif; dan membangun super-system kerja sama tenaga ahli,” tutur Dr. dr. Ratna.

Ia melanjutkan, “Brebes adalah daerah dengan angka tertinggi kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah. Dengan upaya bersama, sudah hampir 50% angkanya turun di tahun ini. Dari Prodi Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP, kami menempatkan peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya di RSUD Berbes, sebagai partner, PPDS, mengolah keterampilan klinis, dan sebagai technical assistant dari tenaga ahli untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan di daerah.”

Dalam studi kasus “Pertolongan pada Ibu dengan Pendarahan Pasca Melahirkan,” kasus yang banyak terjadi diawali dengan pendarahan, kemudian preeklampsia postpartum (kondisi preeklampsia yang muncul setelah persalinan, biasanya dalam 48 jam pertama tetapi bisa sampai 6 minggu setelah melahirkan) yang dapat menyebabkan kejang, sesak napas, stroke, kerusakan ginjal atau hati, bahkan kematian ibu.

Tenaga kesehatan di area Kabupaten Brebes yang mengikuti pelatihan ini dibagi menjadi beberapa tim untuk melaksanakan drill emergency in situ, dengan Tim I bertempat di Puskesmas Brebes dan Tim II di Puskesmas Siwuluh. Setelah melakukan simulasi pertolongan pertama di Puskesmas PONED, kemudian tim merujuk pasien dengan menggunakan mobil ambulans menuju ke IGD RS PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif), yaitu IGD RSUD Brebes.

Prof. Charles Anawo Ameh, Ph.D. saat diwawancara tim JEJAK UNDIP mengatakan, “Kondisi kegawatdaruratan bukan kondisi umum, maka dari itu tenaga kesehatan harus selalu siap akan risiko tersebut. Jika merujuk pada SDGs Goal 3 (Target 3.1: Maternal Mortality) dan (Target 3.2: Neonatal Mortality), AKI global harus di bawah 0.07% atau setara dengan kurang dari 70 orang per 100.000 kasus melahirkan. Sedangkan AKB global harus di bawah 1.2% untuk bayi usia di bawah 28 hari.”

Maka dari itu dia menjelaskan pentingnya melaksanakan pelatihan kegawatdaruratan. “Kita tambah pengetahuan, keterampilan, tingkatkan sistem dan integrasi dalam bekerja tim. Jumlah dan kualitas obat, sistem transportasi, dan komunikasi perlu ditingkatkan untuk membentuk sistem kualitas pelayanan kesehatan yang prima. Dengan riset bersama tenaga ahli, kita upayakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, khususnya di Brebes melalui acara ini,” ucap Prof. Charles.

Prof. Charles juga menyarankan masyarakat untuk meningkatkan “awareness” karena kasus kematian ibu dan bayi juga tidak lepas dari faktor sosiokultural, yakni persepsi kesehatan di lingkungan masyarakat yang mengatur norma ibu hamil. Seorang ibu juga harus menyiapkan diri menjadi ibu, contohnya dengan belajar tentang “neonatal care” dan secara rutin mengecek kandungan ke Puskesmas atau rumah sakit. Keluarga pun harus memberi dukungan penuh kepada ibu hamil. “Tentunya agar tenaga kesehatan dapat bekerja dengan maksimal, selain pelatihan harus dibekali dengan peralatan medis dan obat yang memadai. Ini adalah peran semua pihak, peran kita semua dan juga peran pemerintah,” pungkasnya.

Pelatihan ini merupakan wujud nyata pengabdian FK UNDIP dalam mendukung visi ‘UNDIP Bermanfaat’ bagi masyarakat luas, yang pada kesempatan ini dilaksanakan bersama dengan masyarakat Brebes khususnya bidang kesehatan. Harapannya, AKI dan AKB dapat menurun dan kualitas kehidupan terus meningkat menuju generasi Indonesia Emas. (Komunikasi Publik/ UNDIP/ Titis)

Share this :