Riset Prof. Andri Cahyo Kumoro Jadi Rujukan Dunia: Olah Kekayaan Hayati Nusantara untuk Pangan Fungsional dan Bahan Biomedik

UNDIP, Semarang (10/11) – Inovasi sains tidak selalu lahir dari laboratorium canggih, tetapi dari kepekaan terhadap masalah di sekitar. Pandangan ini dipegang teguh oleh Prof. Dr. Ir. Andri Cahyo Kumoro, S.T., M.T., IPU, ASEAN Eng., Guru Besar Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, yang dikenal luas sebagai salah satu ilmuwan yang masuk dalam jajaran 2% peneliti paling berpengaruh di dunia tahun 2024 – 2025. Melalui risetnya tentang pangan fungsional dan bahan biomedik dari sumber hayati Indonesia, Prof. Andri menawarkan pendekatan ilmiah yang berakar pada kekayaan alam nusantara, dengan orientasi pada perbaikan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Sejak bergabung di UNDIP pada tahun 1998, Prof. Andri dikenal unggul dalam pemrosesan hasil pertanian, teknologi pengolahan limbah industri, serta pemodelan sistem teknik kimia. Kepiawaiannya mengintegrasikan rekayasa proses dengan potensi alam tropis telah membuka peluang baru dalam pengembangan pangan bernilai kesehatan dan biomaterial yang ramah lingkungan.

Dalam perbincangannya di UNDIP Podcast, Prof. Andri menceritakan perjalanan panjang penuh perjuangan yang ia jalani menuju dunia riset. Pada masa krisis ekonomi akhir 1990-an, kesempatan beasiswa dalam negeri sangat terbatas. Berbekal kegigihan, ia berhasil meraih beasiswa penuh di University of Malaya, Malaysia, untuk melanjutkan studi doktoralnya. Di sana, Prof. Andri mempelajari teknologi ekstraksi fluida superkritis, metode mutakhir pada masanya dan meneliti senyawa bioaktif daun sambiloto, tanaman khas Asia Tenggara yang kini menjadi dasar banyak penelitian biomedik modern.

“Di Malaysia, saya mendapat kesempatan untuk belajar terkait riset ini, dari melakukan pengolahan di awal, desain alat dan penggunaanya, serta teknologi dan metode analisisnya,” ungkapnya.

Sepulangnya ke Indonesia, Prof. Andri membawa semangat untuk mengembangkan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Risetnya berfokus pada pemanfaatan bahan alam tropis Indonesia untuk menciptakan pangan fungsional, yaitu makanan yang tidak hanya bergizi tetapi juga memiliki kandungan bioaktif yang mendukung kesehatan, seperti antioksidan dan antiinflamasi. Menurutnya, pangan seharusnya tidak hanya lezat, tetapi juga memberi nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat.

Penelitiannya banyak menjadi rujukan bagi komunitas ilmiah internasional, menginspirasi kolaborasi lintas negara, dan memperkuat posisi UNDIP sebagai pusat keunggulan dalam riset pangan berbasis hayati. “Saya meyakini bahwa ilmu pengetahuan harus memiliki arah kebermanfaatan. Ia lahir dari masyarakat dan harus kembali untuk masyarakat,” ungkapnya. Gagasan tersebut sejalan dengan SDG’s poin 2 (Zero Hunger), 3 (Good Health and Well-being), dan 12 (Responsible Consumption and Production).

Riset Prof. Andri berangkat dari keprihatinan terhadap meningkatnya penyakit degeneratif pada usia muda termasuk diabetes, hipertensi, dan obesitas yang dipicu pola makan modern dan minimnya asupan serat dan antioksidan. Melalui pendekatan pangan fungsional, produk pangan tidak hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar (karbohidrat, protein, dan lemak), tetapi juga mengandung bioaktif alami yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, hingga peningkat sistem imun.

Produk-produk inovasi yang tengah dikembangkan tim di Institute of Food and Remedial Biomaterial (INFARMA) antara lain minuman serbuk vitamin alami dari jambu mete; es krim dengan kandungan herbal antioksidan; produk kopi rendah kafein dari biji salak; pemanfaatan biji rambutan sebagai alternatif bahan cokelat kaya lemak nabati yang bisa menjadi peluang ekonomi baru berbasis biodiversitas lokal. Inovasi ini turut mendukung SDG’s poin 13 (Climate Action) dan 15 (Life on Land) melalui pendekatan Zero Waste dalam pengelolaan residu pertanian, memperkuat ketahanan pangan, dan meningkatkan nilai ekonomi bahan yang sebelumnya tidak digunakan.

Namun, di balik capaian tersebut, tantangan tetap ada. Standar uji keamanan produk, regulasi bahan alami, hingga kebiasaan masyarakat yang cenderung memilih fast food menjadi pekerjaan rumah yang harus dihadapi bersama. Untuk itu, Prof. Andri menegaskan pentingnya literasi gizi dan perubahan perilaku konsumsi di kalangan generasi muda.

Selain pangan, inovasi riset Prof. Andri juga menyentuh dunia biomedik. Bersama tim INFARMA, ia mengembangkan benang medis berbasis glukomanan dari porang dan rumput laut sebagai bahan alami yang ramah lingkungan dan mudah diperbarui. Riset ini mendukung SDG’s poin 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure) serta 12 (Sustainable Production) dengan memanfaatkan sumber hayati lokal untuk kebutuhan medis yang bernilai tinggi.

Menurutnya, keberadaan laboratorium terpadu di UNDIP menjadi modal penting dalam memperkuat riset multidisiplin dan kolaborasi lintas fakultas. Melalui dukungan program World Class University (WCU) yang diinisiasi LPPM UNDIP, fasilitas riset kini semakin memadai untuk pengolahan dan desain produk pangan, biomaterial modern, hingga uji karakteristik bahan aktif. “Fasilitas ini terbuka untuk kolaborasi lintas kampus maupun industri. Sains harus terbuka, karena dari keterbukaan lahir inovasi,” ujarnya.

“Lab kami terbuka. Peneliti dari kampus lain dipersilakan. Kita tidak berbicara persaingan, tetapi berbicara kemanfaatan,” jelas Prof. Andri.

Menariknya, riset-riset yang dikembangkan Prof. Andri dirancang agar dapat diterapkan dan diturunkan ke UMKM dan kelompok masyarakat melalui pendampingan, pelatihan, dan hilirisasi produk. Dengan demikian, ilmu tidak hanya berhenti menjadi publikasi, tetapi menjadi ekosistem manfaat. Ia menekankan pentingnya transfer teknologi agar hasil riset kampus tidak berhenti di jurnal ilmiah, tetapi bisa diimplementasikan dalam produksi pangan lokal yang memenuhi standar kesehatan, halal, dan ramah lingkungan. Prinsip ini sejalan dengan SDG’s poin 8 (Decent Work and Economic Growth) dan 17 (Partnerships for the Goals).

Dalam pandangan Prof. Andri, masa depan riset pangan dan biomedik berbasis sumber alam Indonesia pada kurun lima hingga sepuluh tahun ke depan akan berfokus pada kemandirian bahan baku dan ketahanan gizi nasional menjadi produk unggulan nasional yang terjangkau, berkualitas, dan ramah kesehatan.

“Indonesia harus mampu mengelola kekayaan hayatinya untuk memastikan keberlanjutan pangan dan kesehatan masyarakat,” katanya. “Siapa yang menguasai pangan, akan menguasai masa depan,” tegasnya mengutip pernyataan Presiden Prabowo.

Melalui riset-risetnya, Prof. Andri menunjukkan bagaimana ilmu teknik kimia tidak berhenti pada teori perpindahan massa dan energi, tetapi menjadi sarana nyata untuk menciptakan inovasi berkelanjutan yang menyentuh dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Inilah perwujudan nyata semangat UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat di mana sains yang berdampak, riset yang berpihak pada manusia, dan teknologi yang berpadu dengan kearifan lokal untuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan. (Komunikasi Publik/UNDIP/ DHW & Zaila)

Share this :