Masa pubertas menjadi tahap pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan yang akan terjadi cepat atau lambat. Masa pubertas pada anak merupakan transisi di mana tubuh mereka bertumbuh dan berubah seiring menjadi orang dewasa, salah satu tandanya adalah perubahan fisik. Sebagai orang tua, masa ini adalah tantangan bagaimana peran orang tua dapat membantu mereka dalam masa-masa tersebut.
“Pubertas adalah masa transisi dari anak ke dewasa, secara awam disebut masa akil balik atau masa puber dan ini transisi penting, dari anak menuju dewasa. Pubertas sangat dipengaruhi oleh hormon atau suatu zat yang dihasilkan oleh tubuh dan akan mempengaruhi berbagai organ didalam tubuh. Kalau anak perempuan puberitas terjadi pada rata-rata dimulai pada usia 10 sampai 11 tahun sedangkan anak laki-laki di usia 11-12 tahun” tutur Dr. dr. Agustini Utari, M.Si.Med., Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Nasional (RSND) Universitas Diponegoro.
“Kita akan mengenal pubertas dini dan pubertas terlambat, pubertas dini berarti pubertas sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan atau 9 tahun pada anak laki-laki. Tanda-tanda pubertas pada anak perempuan, diawali dengan pertumbuhan payudara dan pertumbuhan tinggi badan yang pesat dan selanjutnya munculnya rambut kemaluan, ketiak, dan bau badan. Sementara anak laki-laki mulainya agak sedikit lebih lambat dari anak perempuan, diawali dengan pembesaran buah pelir, pertumbuhan rambut kemaluan, munculnya jakun, perubahan suara, tumbuh kumis dan sebagainya. Ini tidak boleh terjadi sebelum 9 tahun, jika dimulai kurang dari 9 tahun pada anak laki-laki dan bagi anak perempuan kurang dari 8 tahun sudah ada tanda tanda tersebut maka disebut pubertas dini. Pubertas dini bisa jadi suatu penanda penyakit, atau ada kelaian di organ reproduksinya, misalnya ada kista di ovarium atau ada suatu kelainan di pengatur hormon di ota, termasuk tumor di otak. Maka, perlu perhatian dan kewaspadaan orang tua jika ada ketidaknormalan terkait pubertas ini, sehingga harus segera dibawa ke dokter” terang dr. Agustini.
“Sedangkan pubertas terlambat, pada anak perempuan ketika usia 13 tahun dan laki-laki setelah usia 14 tahun tidak muncul tanda-tanda pubertas, kemungkinan ada sesuatu yang memperlambat hormon-hormon untuk bekerja.
Pubertas terkadang tidak disadari normal atau tidaknya, sehingga yang diperlukan adalah pengamatan orang tua. Dalam masa tumbuh kembang orang tua perlu melihat misalnya tinggi badan, jika anak-anak pubertasnya lebih cepat dia akan lebih tinggi dari teman-temannya” lanjutnya.
Menurut dr. Agustini pubertas dini atau terlambat perlu dicari penyebabnya dan bisa dikendalikan dengan diobati. Pubertas terlambat banyak dipengaruhi oleh faktor penyakit kronis, tapi bisa juga karena kelainan yang lain, misalnya Sindrom Turner pada anak perempuan yang terlambat puber dan pendek. Pengobatan tergantung kelainan yang mendasari dan perlu dilakukan induksi pubertas untuk yang terlambat. Untuk pubertas dini yang harus dihindari adalah makanan atau hal-hal yang mengandung hormon estrogen atau testosteron. Pengobatan juga tergantung pada penyebabnya, dan mencegah pubertas berlanjut.
“Pada dasarnya pubertas adalah masa transisi dari anak ke dewasa, dimana terjadi perubahan-perubahan secara fisik baik pada anak perempuan maupun anak laki-laki. Perubahan tersebut harus benar-benar kita amati dan sebagai orang tua perlu memperhatikan perubahan-perubahnnya, kapan hal tersebut terjadi. Kita mengatakan bahwa anak pubertas dini jika tanda-tanda perubahan fisik ini sudah terjadi kurang dari 8 tahun pada anak perempuan atau kurang dari usia 9 tahun pada anak laki-laki. Dan ketika tanda-tanda fisik tidak muncul pada usia lebih dari 13 tahun atau lebih pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki, kita perlu bawa ke dokter untuk dilihat apakah ini suatu perkembangan pubertas yang normal ataukah tidak normal. Sehingga pubertas yang terjadi apa anak dan remaja harus kita perhatikan, agar kelak mendapatkan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak dan remaja. (Linda Humas)