Mahasiswa Magister Susastra UNDIP Selesaikan Riset Hermeneutika Teks Babad Diponegoro yang Diakui UNESCO

Mahasiswa Magister Susastra Undip berhasil menyelesaikan riset tesis hermeneutika menggunakan objek teks Babad Diponegoro yang telah diakui UNESCO sebagai Memory of The World (MoW) atau Warisan Ingatan Dunia.

Riset tersebut berhasil dilakukan oleh mahasiswa bernama Arista Nur Rizki. Hasil penelitian tesis tersebut berjudul “Lingkaran Hermeneutika Teks Babad Diponegoro dalam Lukisan The Garden of Earthly Prosperity in Ground Zero karya Isur Suroso (Sebuah Pendekatan Hermeneutika Paul Ricouer).”

Mahasiswa yang akrab disapa Arista itu mengaku riset tesis ini membutuhkan proses panjang.

Kendala yang dihadapi Arista adalah saat riset lapangan harus dilakukan dengan kondisi pandemi Covid-19. Dia mengaku, risetnya dapat terselesaikan dengan berkat dukungan dari keluarga PATRA PADI (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro) sejak awal.

Arista menjelaskan, objek kajian menggunakan Babad Diponegoro memiliki urgensi tersendiri bagi mahasiswa Undip, khususnya jurusan sastra dan sejarah.

“Objek Babad Diponegoro harus menjadi perhatian khusus, karena Pangeran Diponegoro yang menjadi nama kampus Undip meninggalkan sebuah harta karun berupa Babad Diponegoro,” jelas Arista saat dihubungi Tim Humas Undip.

“Babad Diponegoro sebagai teks sastra tentu tidak bisa kita kesampingkan dari fokus riset, karena terbukti UNESCO saja mengakui sebagai warisan ingatan dunia, apalagi kita yang menggunakan nama Diponegoro sebagai almamater,” terang Arista.

Hal tersebut rupanya mendasari mengapa Arista yang tercatat pernah magang selama satu bulan di Humas Undip memilih objek Babad Diponegoro versi Manado sebagai objek penelitian tesisnya.

Babad Diponegoro versi Manado ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro saat diasingkan oleh Belanda di Sulawesi Selatan pada tahun 1831-1832.

Bagian teks Babad Diponegoro yang menjadi fokus perhatian Arista adalah gatra ke-52 pada pupuh ke-14. Bagian tersebut mengisahkan Pangeran Diponegoro muda saat dibimbing langsung oleh nenek buyutnya, GKR Ageng Tegalreja yang merupakan permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuowono I.

Bagian pupuh ini juga menggambarkan suasana masyarakat Tegalrejo pada masa muda Pangeran Diponegoro. Saat ini, kediaman Tegalrejo tempat Pangeran Diponegoro tinggal bersama nenek buyutnya itu sering disebut Museum Sasana Wiratama Yogyakarta.

Menurut Arista, bagian pupuh tersebut sering luput dari perhatian sejarah Pangeran Diponegoro. Padahal, kisah tersebut menjadi bukti pentingnya proses pembentukan karakter Pangeran Diponegoro, khususnya saat mengenyam pendidikan sebagai seorang santri.

“Saya tertarik mengambil bagian kisah ini karena bercerita jauh sebelum masa Perang Diponegoro. Masih banyak yang menganggap kisah penting Pangeran Diponegoro bagi Indonesia adalah saat Perang Jawa (1825-1830). Padahal kisah Pangeran Diponegoro saat menimba ilmu tidak kalah penting juga,” paparnya.

Dalam proses analisisnya, Arista juga memanfaatkan sebuah lukisan berjudul “The Garden of Earthly Prosperity in Ground Zero” yang dilukis oleh Isur Suroso.

Lukisan tersebut berhasil dimanfaatkan Arista untuk memperkaya proses penafsiran terhadap teks Babad Diponegoro.

“Karena teori yang saya pakai hermeneutika, itu tentang penafsiran. Maka saya juga melibatkan lukisan yang sesuai dengan bunyi kisah pada bagian teks sebagai pembanding sekaligus untuk memperkaya kandungan makna yang bisa digali dari tembang tersebut,” tambah Arista.

Lukisan karya Isur Suroso tersebut pernah ditampilkan di Jogja Gallery pada Februari 2019. Saat itu, terdapat Pameran Sastra Rupa yang digelar oleh PATRA PADI.

Hasilnya, Arista sukses membedah proses penafsiran dalam tembang tersebut dan menemukan fakta-fakta penting seperti sosok GKR Ageng Tegalreja, lingkaran ulama Tegalrejo pada masa muda Pangeran Diponegoro, hingga konsep tarekat yang dialami Pangeran Diponegoro sebagai seorang santri sekaligus ‘wong tani’ di Tegalrejo.

Riset tesis yang dilakukan oleh Arista dimbimbing oleh Prof. Mudjahirin Thohir, M.A. Proses sidang tesis telah dilakukan pada Jumat Wage, 26 Agustus 2022 dipandu oleh Dr. M. Suryadi, M. Hum., Dr. Redyanto Noor, M.Hum. dan Dr. M. Abdullah, M.A. Selama duduk di bangku perkuliahan Magister Susastra Undip, Arista juga berhasil menorehkan nilai dengan IPK sempurna, yakni 4,00.

Berkat pencapaiannya, Arista akan ditunjuk menjadi salah satu narasumber dalam acara Academic Student Networking 2022 yang menjadi agenda tahunan Program Studi Magister Sastra UGM dengan tema Sastra, Revitalisasi dan Transformasi Sastra Daerah pada 14 Oktober 2022 mendatang.

Share this :

Category

Arsip

Related News