UNDIP – Prof. Dr. Ir. Nany Yuliastuti, M.SP, merupakan guru besar kebanggaan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (DPWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dengan kepakarannya pada Ilmu Perancangan Wilayah dan Kota yang telah usai mengemban tugas sebagai dosen selama 42 tahun lebih. Prof Nany dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dalam pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat yang telah banyak memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan tata ruang di Indonesia.
Pada paparan pidato saat prosesi Sidang Terbuka Purna Adi Cendekia UNDIP (Kamis, 16/01) bertajuk “Kampung Kota Berkelanjutan”, Prof Nany menerangkan terkait salah satu agenda global Sustainable Development Goals (SDG’s) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di mana di dalam tujuan ke-11 yaitu bagaimana menciptakan kota dan permukiman berkelanjutan dan layak huni bagi semua orang.
Diketahui bersama, pembangunan berkelanjutan ini berfokus pada penciptaan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Prof Nany menjelaskan bahwa ia tertarik dengan kampung kota karena di Semarang ada 177 Kelurahan di mana di dalamnya adalah kampung kota.
“Apabila kampung kota ini dikaitkan dengan sustainable development ke-11 maka di dalamnya menyangkut inklusivitas kampung yang tangguh, partisipatif dan memiliki keseimbangan antara modernitas dan tradisional,” urainya.
“Kampung kota juga dapat berkontribusi terhadap TPB ke-11 dengan penguatan keberlanjutan sumber daya ekonomi, sosial, lingkungan, dan nilai sejarah yang positif,” ujar Prof Nany.Kampung kota yang diartikan dengan permukiman perkotaan padat penduduk yang mayoritas dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Kemandirian masyarakat kampung kota dalam mengelola perumahan dan lingkungan kampungnya secara gotong royong dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Selain sebagai ruang bermukim, kampung kota juga berfungsi sebagai identitas sosial budaya yang mencerminkan sifat adaptif dan berkembang dari masyarakatnya.
Kampung kota yang menjadi perhatian diantaranya Kampung Nelayan Bahari Tambaklorok, Kel. Purwosari, Kel. Purwosari, Kel. Kanalsari, Kel. Bugangan, Kel. Gayamsari, Kel. Lempongsari, Kel. Bustaman, Kampung Code Yogyakarta, Kampung Kauman, Kampung Tematik Batik, Kampung Tematik Ranting Pelangi, Kampung Jawi, Kampung Batik Laweyan Surakarta dan Kampung Blangkon Surakarta.
Berdasarkan perbandingan empat dimensi SDG’s di mana pada aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan pemerintah, ‘peran pemerintah yang baik dalam pengembangan kampung kota bisa dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga kampung kota itu semakin berkelanjutan,” jelasnya.
Dalam kesimpulannya Prof Nany menyampaikan, keberadaan kampung kota perlu diperhatikan karena merupakan unsur utama dalam permukiman kota-kota di Indonesia. Ia menyarankan agar program kampung tematik atau kampung kreatif tetap memaksimalkan kondisi sosial masyarakat, baik dalam peningkatan masyarakat maupun keterampilan dalam mengembangkan lingkungan fisik, ekonomi dan sosial yang kuat. Peran kebijakan pemerintah konsisten juga diperlukan untuk keberlanjutan kampung kota. Untuk itu ia menyarankan agar penelitian tentang kampung kota ini layaknya untuk diteruskan agar bisa mendorong kearifan lokal dan sustainable development ke depan.
Di akhir pidato Purna Adi Cendekia, Prof Nany menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh civitas academica UNDIP atas kerjasamanya selama ini. “Terimakasih saya sampaikan kepada civitas academica Universitas Diponegoro, Fakultas Teknik dan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota atas kerjasamanya selama ini sehingga saya dapat melaksanakan tugas Tri Darma Pendidikan dan akhirnya saya dapat menyelesaikan purna tugas sebagai ASN. Semoga ke depan, UNDIP semakin Jaya, semakin Bermartabat dan Bermanfaat,” tutup Prof Nany. (DHW)