Lima Guru Besar Baru Resmi Dikukuhkan, UNDIP Perkuat Kontribusi Akademik dan Inovasi

UNDIP, Semarang (21/02) – Universitas Diponegoro (UNDIP) kembali meneguhkan posisinya sebagai universitas riset unggulan dengan dikukuhkannya lima Guru Besar baru dalam Sidang Terbuka Senat Akademik. Pengukuhan ini merupakan bagian dari rangkaian upacara yang berlangsung sepanjang Januari–Februari 2025 yang digelar di Gedung Prof. Sudarto, S.H., Kampus UNDIP Tembalang pada Kamis, 20 Februari 2025.

Kelima Guru Besar yang dikukuhkan berasal dari Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) serta Fakultas Teknik (FT), yaitu Prof. Sutaryo, S.Pt., MP., Ph.D.; Prof. Dr. Yoyok Budi Pramono, S.Pt., M.P.; Prof. Dr. Ing. Novie Susanto, S.T., M.Eng.; Prof. Dr. Ir. Ratna Purwaningsih, S.T., M.T., IPU., ASEAN Eng. dan Prof. Dr. Parlindungan Manik, ST., M.T..

Dalam sambutannya, Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi para Guru Besar dalam bidang akademik dan penelitian. “Atas nama Universitas Diponegoro, kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Semoga para Guru Besar yang dikukuhkan hari ini terus berkontribusi dalam menjadikan UNDIP sebagai perguruan tinggi bereputasi global yang bermanfaat dan bermartabat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Prof. Suharnomo menegaskan pentingnya inovasi dan penerapan ilmu pengetahuan di masyarakat. “Tulisan ilmiah yang kita hasilkan bukan sekadar prototipe di laboratorium, tetapi harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. UNDIP juga berkomitmen untuk terus meningkatkan atmosfer akademik serta memperbaiki fasilitas dasar demi mendukung pengembangan riset dan pendidikan berkualitas,” ucap Rektor UNDIP.

Dalam pidato pengukuhan, masing-masing Guru Besar memaparkan hasil penelitian serta kontribusi akademik mereka di bidang ilmu masing-masing. Mengawali orasi disampaikan oleh Prof. Sutaryo yang memiliki kepakaran dalam Ilmu Pengelolaan Limbah Peternakan. Pada orasinya berjudul ‘Optimalisasi Produksi Biogas dari Limbah Ternak Sapi Melalui Co-Digestion dengan Limbah Pertanian Tropis, Upaya Mewujudkan Industri Peternakan yang Berkelanjutan’, Prof. Sutaryo menyoroti tentang sub sektor peternakan sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK).

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pengolahan limbah peternakan dengan metode co-digesti, yakni pencampuran manure sapi dengan biomassa lain untuk meningkatkan produksi biogas. Penelitian beliau menunjukkan bahwa co-digesti dengan bahan organik tertentu, seperti biji pepaya dan mahkota nanas, dapat meningkatkan produksi metana hingga 221%.

Sementara itu, pada paparan orasi Prof. Yoyok yang bertajuk ‘Integrasi Sistem Fermentasi dan Keamanan Pangan untuk Produk Berkualitas’, ia sebagai pakar Mikro Biologi Pangan (Teknologi Fermentasi) lebih menyoroti akan pentingnya sinergi antara proses fermentasi dan sistem keamanan pangan guna menghasilkan produk yang lebih bermutu serta aman dikonsumsi.

Prof. Yoyok menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat terhadap produk fermentasi tradisional serta tantangan dalam menjaga keamanan pangan di tengah perubahan iklim dan meningkatnya kontaminasi bahan kimia. Solusi seperti penerapan sistem SQC (Statistical Quality Control) dan e-GMP (electronic Good Manufacturing Practices) diusulkan untuk menjamin standar mutu yang lebih baik.

Dilanjutkan orasi Prof. Novie Susanto pakar Work Design & Measurement yang mengangkat tema ‘Perancangan Sistem Pengujian untuk Pengembangan Produk Alat Kesehatan Menggunakan Penerapan Adaptasi Konsep Ergonomics Reverse Engineering’, menyebutkan bahwa dalam bidang teknik dan desain kerja, dengan memperkenalkan konsep Ergonomics Reverse Engineering, yaitu pendekatan adaptasi dari reverse engineering untuk mempercepat pengujian dan pengembangan produk alat kesehatan. Konsep ini memungkinkan desain produk lebih cepat, tangkas, dan sesuai kebutuhan industri medis.

Pada pidato pengukuhan Prof. Ratna Purwaningsih, yang berjudul “Perancangan Produk Ramah Lingkungan dengan Biomimikri yang Terinspirasi Solusi Alam”, ia menyoroti urgensi desain produk yang berkelanjutan dengan mengambil inspirasi dari alam. Biomimikri, sebagai pendekatan inovatif, telah menghasilkan berbagai produk ramah lingkungan, termasuk sarung tangan renang dengan desain spiral yang meningkatkan efisiensi gaya dorong. Penelitian ini membuka peluang besar bagi industri dalam mengembangkan produk inovatif yang tidak hanya fungsional tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Ratna juga menekankan pentingnya pendekatan desain yang tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga perilaku pengguna dan dampak sosialnya. Dengan semakin berkembangnya industri, konsep desain berbasis biomimikri diharapkan dapat menjadi solusi dalam menciptakan produk yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Temuan ilmiah dari penelitian ini telah mendapatkan hak paten dan telah dipresentasikan dalam berbagai forum nasional maupun internasional.

Di akhir sesi pengukuhan, Prof. Parlindungan sebagai pakar Material For Small Craft dengan orasinya berjudul ‘Pemanfaatan Serat Bambu sebagai Bahan Komposit Pembuatan Kapal’ ia meneliti komposit bambu laminasi sebagai alternatif pengganti kayu dalam pembuatan kapal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bambu laminasi dengan tekanan kompaksi optimal dapat meningkatkan kekuatan tarik, lentur, dan impak. Kajian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa penggunaan material insulasi seperti polyurethane foam dapat meningkatkan ketahanan kapal dalam penyimpanan ikan.

Dengan bertambahnya jumlah Guru Besar, UNDIP semakin memperkuat kontribusi akademik dan inovasi keilmuan. Komitmen universitas dalam mendukung penelitian aplikatif diharapkan dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat serta pembangunan berkelanjutan di Indonesia. (DHW)

Share this :

Category

Arsip

Related News