Sketsa, Gagasan, dan Dedikasi: Jejak Arsitek UNDIP, Dr. Agung Dwiyanto

UNDIP, Semarang [28/03] – Dr. Ir. Agung Dwiyanto, MSA, IAI, GP dikenal sebagai dosen di Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro yang memiliki kepakaran dalam bidang Teknologi Bangunan, khususnya dalam disiplin Perancangan Arsitektur dengan fokus mendalam pada desain dan pengembangan bangunan rumah sakit.

Sebagai akademisi dan praktisi, Dr. Agung telah berkontribusi dalam pengajaran, penelitian, publikasi ilmiah, serta perancangan bangunan kesehatan yang mengutamakan aspek fungsionalitas, keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi energi. Pengalaman dan keterlibatannya dalam berbagai proyek arsitektur telah memperkuat keahliannya dalam menciptakan desain rumah sakit yang inovatif dan sesuai dengan standar terkini.

Saat ini, Dr. Agung menjabat sebagai Wakil Direktur Aset dan Perancangan di UNDIP. Ia menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Arsitektur di Universitas Diponegoro, kemudian melanjutkan Magister Arsitektur (S2) di Institut Teknologi Bandung, serta meraih gelar Doktor (S3) dalam bidang Ilmu Arsitektur dari Universitas Diponegoro. Selain aktif di dunia akademik, ia juga merupakan anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan tersertifikasi sebagai Green Professional (GP) yang menunjukkan komitmennya terhadap prinsip keberlanjutan dalam arsitektur.

Dalam sesi podcast bersama UNDIP TV, Dr. Agung menceritakan ketertarikannya terhadap desain ruang rumah sakit yang bermula dari minatnya terhadap bidang radioaktif dan ruang radiologi diagnostik. “Setelah dipelajari, ternyata banyak perubahan yang terjadi berkaitan dengan akreditasi, baik dari segi bentuk, ukuran, maupun persyaratan ruang dan peralatan yang digunakan. Oleh karena itu, perlu kecermatan dalam mendesain ruang-ruang radiologi diagnostik di rumah sakit,” ungkapnya.

Selain kepakarannya dalam desain rumah sakit, Dr. Agung juga memiliki perhatian khusus terhadap teknik sketching dalam arsitektur. Ia menyoroti pentingnya keterampilan menggambar tangan di tengah perkembangan teknologi yang mempermudah perancangan digital. “Teknologi memang penting, tetapi software hanyalah alat bantu. Kemampuan sketsa yang diasah akan membantu arsitek dalam mengembangkan gagasan yang lebih kreatif dan ekspresif,” ujarnya.

Dr. Agung juga aktif dalam komunitas sketching dan telah menghasilkan lebih dari 700 sketsa. Salah satu masterpiece favoritnya adalah sketsa rumah Sasak, yang menurutnya memiliki kekuatan dalam membangun suasana melalui permainan bayangan dan detail arsitektural yang tepat.

Sebagai dosen, Dr. Agung terus menginspirasi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sketsa sebagai bagian dari proses berpikir desain. Ia menegaskan bahwa dunia arsitektur tidak mengharuskan seseorang untuk pandai menggambar sejak awal. “Jika memiliki kemampuan menggambar, itu adalah karunia. Namun, bagi yang belum terbiasa, semua bisa dipelajari. Yang terpenting adalah memiliki pemahaman desain yang baik,” pesannya kepada mahasiswa baru.

Dengan keahliannya dalam desain rumah sakit serta dedikasinya pada pendidikan arsitektur, Dr. Agung Dwiyanto terus berperan dalam mencetak generasi arsitek yang tidak hanya inovatif, tetapi juga memahami aspek teknis dan fungsional dalam perancangan bangunan. (DHW)

Lorong desa adat Sade-Sasak-Lombok, masterpiece sketsa oleh Dr. Ir. Agung Dwiyanto
Share this :

Category

Arsip

Related News