Skip to content

Calon Guru Besar UNDIP Hadirkan Terobosan Inovatif di Bidang Kesehatan dan Teknologi untuk Tunanetra

UNDIP, Semarang (30/06) – Universitas Diponegoro (UNDIP) menggelar presentasi makalah ilmiah 2 (dua) calon Guru Besar UNDIP yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Universitas Diponegoro pada Senin, 30 Juni 2025 di Ruang Sidang Senat Akademik lantai 3 Gedung SA-MWA kampus UNDIP Tembalang. Kedua calon Guru Besar UNDIP tersebut ialah Dr. Budiyono, S.KM., M.Kes. dari Fakultas Kesehatan Masyarakat; dan Dr. Wahyudi, S.T., M.T. dari Fakultas Teknik.

Dalam presentasi makalah ilmiahnya yang berjudul “Dampak Paparan Pestisida Terhadap Kualitas Generasi Bangsa dan Aplikasi Teknologi Pengendalian”, Dr. Budiyono menjelaskan bahwa penggunaan pestisida di Indonesia terus mengalami peningkatan dan menempati posisi ketiga dunia.

Dalam tiga dekade terakhir (tahun 1990 sampai 2020), penggunaan pestisida di bidang pertanian telah mengalami peningkatan sebesar 39%. Namun, penggunaan pestisida membawa risiko kesehatan yang serius. Paparan pestisida dalam waktu singkat maupun waktu yang lama dapat mengakibatkan iritasi, enzim cholinesterase, gangguan fungsi tiroid (hipotiroidisme), gangguan kardiovaskuler (kekakuan aorta), hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, infertilitas, autisme, berat bayi lahir rendah, dan stunting.

Kualitas sumber daya manusia juga akan sangat terganggu oleh dampak kesehatan tersebut, karena berpotensi mempengaruhi produktivitas, daya saing, dan ekonomi bangsa Indonesia. “Dampak kesehatan seperti stunting, berat bayi lahir rendah, dan penyakit metabolik akan mempengaruhi kualitas generasi mendatang,” ucap Dr. Budiyono.

Menurutnya, perlu adanya upaya pengendalian dan pelindungan kepada masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti wanita hamil, bayi, dan anak-anak dari paparan pestisida tersebut. “Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat; mengembangkan dan menggunakan pestisida yang lebih tidak beracun seperti biopestisida; mengaplikasikan teknologi seperti ozone untuk menghilangkan jamur; pengendalian hama secara terpadu; mengimplementasikan pertanian yang lebih sustainable yaitu pertanian organik; kerja sama lintas bidang ilmu dan sektor terkait masyarakat dalam pengendalian paparan pestisida,” kata Dr. Budiyono.

Dalam kesempatan lainnya, Dr. Wahyudi menyampaikan makalah ilmiah yang berjudul “Perancangan Alat Bantu Tunanetra Berbasis Kecerdasan Buatan”. Ia menjelaskan bahwa teknologi alat bantu memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas, termasuk tunanetra. Perancangan alat bantu yang inovatif berkontribusi pada pengembangan teknologi yang lebih cerdas dan adaptif, sehingga mampu mendukung navigasi serta meningkatkan kesadaran lingkungan bagi penyandang tunanetra.

“Perancangan ini merupakan alat bantu mobilitas yang dipasang di kepala, menggabungkan kamera time-of-flight, kamera web, dan sensor sentuh. Sistem ini menggunakan pengelompokan K-Means, Convolutional Neural Network (CNN), dan pemrograman concurrent pada Raspberry Pi 4B untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan rintangan serta mengenali objek di sekitarnya,” kata Dr. Wahyudi.

Sistem mendeteksi rintangan dinamis menggunakan kamera time-of-flight dan algoritma K-Means untuk menghasilkan audio spasial. Audio spasial ini dipengaruhi oleh arah horizontal dan vertikal serta jarak objek, memanfaatkan kepekaan pendengaran tunanetra. Dengan demikian, pengguna dapat memperkirakan posisi rintangan terdekat secara akurat melalui audio tersebut.

Dalam sistem pengenalan objek ini, pengguna dapat mengidentifikasi objek berdasarkan nama, arah, dan jaraknya, yang sangat berguna bagi tunanetra dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Seluruh sistem dioperasikan menggunakan pemrograman concurrent, sehingga waktu eksekusi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan metode pemrograman berbasis loop tak berujung (infinite loop).

Perangkat keras dirancang menyesuaikan dengan struktur wajah pengguna dan dilengkapi dengan keluaran audio yang fleksibel, sehingga mampu beradaptasi dengan kebutuhan individu secara optimal. Pada pengembangan selanjutnya, untuk meningkatkan fungsi alat bantu tunanetra, perlu ditambahkan beberapa sensor yang memungkinkan perangkat mengetahui posisi pengguna serta mengenali teks. Dengan penambahan fitur-fitur tersebut, kecepatan komputasi dan performa mikroprosesor juga harus ditingkatkan agar proses berjalan lebih efisien. (Komunikasi Publik/UNDIP/Dhany)

Share this :