Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro kembali melaksanakan kegiatan akademik internasional, yaitu Visiting Professor pada 20 September 2024. Kegiatan ini menghadirkan seorang ahli dalam bidang sastra sufi, Prof. Dr. Irina R. Katkova dari St Petersburg University, Rusia. Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut adalah “The Influence of Local Culture in the Development of Sufi Literature in the Nusantara Archipelago” melalui Zoom Meeting yang diikuti oleh ratusan sekitar 200 peserta.
Tema dan materi yang disampaikan kali ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana budaya lokal di Nusantara dan ajaran tarekat Asia Tengah sangat berperan dalam membentuk dan memperkaya sastra sufi di Nusantara. Dalam penyampaian materinya, Prof. Irina menyampaikan dengan jelas bahwa perkembangan sastra sufi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh Hindu-Budha. Sastra sufi di Indonesia juga dipengaruhi oleh doktrin mistik dari tarekat-tarekat sufi yang banyak berkembang di Asia Tengah seperti Naqsabandiyah dan Kubrawiyah. Hal ini tampak sangat kental, terutama dalam teks-teks Islam awal kedatangan dan penyebaran Islam di kepulauan Nusantara, terutama yang banyak ditulis di wilayah Jawa dan Sumatera.
Dalam kegiatan Visiting Professor tersebut, Prof. Irina sangat antusias membagikan pengalaman penelitiannya untuk mendalami sastra Sufi di Nusantara. Prof. Iriana pernah meneliti pendalaman proyeksi tarekat sufi di Indonesia yang mempengaruhi tarekat di India. Tidak hanya menjelaskan terkait pengaruh budaya lokal dan doktrin mistik, Prof. Irina juga membagikan informasi terkait koleksi naskah atau manuskrip Melayu yang ada di Rusia, yaitu Tuhfat al-Raghibin fi Bayani Haqiqat al-Iman. Tuhfat al-Raghibin adalah ditulis oleh Abdus Samad al-Palimbani, seorang ulama dari Palembang, Sumatera. Manuskrip tersebut menekankan tentang ajaran aspek-aspek fundamental keimanan dalam Islam. Tuhfat al-Raghibin menjadi bagian dari koleksi van Doorninck yang merujuk pada salah satu koleksi manuskrip Eropa yang berfokus pada literatur Islam dari kawasan Nusantara atau tanah Melayu.
Kegiatan Visiting Professor ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro. Tampak juga berbagai pihak akademisi, komunitas, atau organisasi tingkat nasional yang memiliki minat dalam bidang kajian filologi, sastra, dan budaya lokal bergabung dalam acara tersebut. Kegiatan Visiting Professor menjadi bentuk nyata dari upaya Prodi S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro untuk terus menghadirkan diskursus akademik yang berkualitas. Beberapa professor dan doktor dari dalam dan luar negeri banyak diundang untuk menjadi narasumber sesuai dengan topik dan kepakarannya. Hal ini dimaksudkan juga untuk memperluas wawasan global untuk bagi civitas akademika, khususnya Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.
Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum. mengungkapkan bahwa Penyelamatan naskah Nusantara memiliki banyak kepentingan yang sangat signifikan, antara lain.
- Pelestarian Sejarah dan Identitas. Naskah nusantara menyimpan warisan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai budaya yang membentuk identitas bangsa. Menyelamatkan naskah-naskah ini berarti melestarikan pengetahuan dan pengalaman generasi sebelumnya.
- Sumber Pengetahuan. Naskah-naskah ini sering kali berisi informasi penting tentang ilmu pengetahuan, sastra, hukum, dan praktik budaya. Mempertahankan naskah tersebut memberikan akses ke sumber pengetahuan yang berharga bagi penelitian dan pendidikan.
- Keberagaman Budaya. Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, dan budaya. Naskah-naskah yang ditulis dalam berbagai bahasa daerah mencerminkan keberagaman ini dan penting untuk memahami dinamika sosial dan budaya yang ada.
- Penguatan Budaya Lokal. Melestarikan naskah nusantara membantu memperkuat budaya lokal dan memberikan pengakuan terhadap warisan budaya daerah yang mungkin terabaikan.
- Konektivitas Antargenerasi. Naskah-naskah ini menjadi jembatan antara generasi, menghubungkan generasi muda dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur. Ini penting untuk pembentukan karakter dan identitas bangsa.
- Pemulihan dan Restorasi. Banyak naskah yang berada dalam kondisi buruk atau terancam punah. Upaya penyelamatan mencakup pemulihan fisik naskah-naskah tersebut agar bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi mendatang.
Dengan demikian, penyelamatan naskah nusantara adalah langkah penting dalam menjaga kekayaan budaya Indonesia dan memastikan bahwa warisan ini dapat terus hidup dan bermanfaat bagi generasi mendatang. Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. Alamsyah, S.S., M.Hum. mengungkapkan bahwa pengembangan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beragam, mencerminkan kekayaan sejarah, tradisi, dan keragaman etnis yang ada di seluruh Nusantara. Beberapa aspek penting dalam pengembangan kebudayaan Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.
- Pelestarian Tradisi. Berbagai tradisi daerah, seperti tari, musik, dan upacara adat, terus dilestarikan dan dipromosikan melalui festival budaya dan acara lokal. Ini membantu menjaga identitas budaya masing-masing daerah.
- Pendidikan dan Penelitian. Banyak institusi pendidikan yang fokus pada studi kebudayaan, seni, dan sejarah Indonesia. Penelitian akademis juga mendorong pemahaman lebih dalam tentang kebudayaan lokal.
- Pengembangan Ekonomi Kreatif. Pemerintah dan sektor swasta semakin mendukung industri kreatif yang berakar dari budaya lokal, seperti fashion, kuliner, dan kerajinan tangan. Ini tidak hanya membantu pelestarian budaya tetapi juga menciptakan lapangan kerja.
- Promosi Pariwisata Budaya. Wisata budaya menjadi salah satu daya tarik utama, dengan pemerintah berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke situs-situs budaya dan warisan dunia, seperti candi Borobudur dan Prambanan. Secara keseluruhan, pengembangan kebudayaan Indonesia merupakan usaha kolaboratif yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, yang bertujuan untuk melestarikan kekayaan budaya dan menjadikannya sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. (Sukarjo/Khori)