Seminar Internasional ke-6 FKM UNDIP Dihadiri 403 Peserta dari Berbagai Negara, Bahas Ketahanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

UNDIP, Semarang (31/7) – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro sukses menyelenggarakan The 6th International Conference of Public Health for Tropical and Coastal Regions (ICOPH-TCD) secara daring mengusung tema “Public Health Resilience in Tropical and Coastal Areas” pada 30-31 Juli 2025. Konferensi ini merupakan forum internasional tahunan yang bertujuan untuk mempertemukan para akademisi, peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi dari berbagai negara dalam mendiskusikan solusi terhadap isu-isu kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah tropis dan pesisir yang semakin terdampak oleh perubahan iklim.

Konferensi tahun ini menghadirkan lima pembicara utama dari berbagai institusi terkemuka di Indonesia, Malaysia, Thailand, Australia, dan Amerika Serikat. Kegiatan diawali dengan pengantar dari Dekan FKM UNDIP, Dr. Budiyono, SKM, M.Kes., yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjawab tantangan kesehatan masyarakat akibat krisis iklim. “Wilayah tropis dan pesisir kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya. Namun, mereka juga sangat rentan terhadap perubahan iklim. Kita memerlukan solusi inovatif, berkelanjutan, dan berbasis budaya lokal,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., menyampaikan harapannya ICOPH-TCD dapat menjadi wadah kolaboratif global. “Konferensi ini adalah bagian dari ikhtiar UNDIP dalam meningkatkan daya saing akademik global serta mendukung pencapaian inovasi kesehatan berbasis riset,” kata Rektor. Ia juga menambahkan, “UNDIP telah memfasilitasi laboratorium yang mendukung riset mitigasi perubahan iklim dan penguatan sistem kesehatan.”

Ditampilkan pula perform Studio 8 yang menampilkan tarian Gugur Gunung, merupakan tarian tradisional Jawa yang menggambarkan semangat gotong royong dan kerjasama masyarakat, dengan akar budaya yang kuat di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Keynote Speech dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia disampaikan oleh Prof. Dr. Asnawi Abdullah, SKM, MHSM, M.Sc., Ph.D., selaku Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Ia menjelaskan bahwa enam pilar transformasi sistem kesehatan nasional mencerminkan komitmen jangka panjang pemerintah dalam memperkuat ketahanan sistem kesehatan. “Kesehatan primer, pengendalian penyakit, dan transformasi digital menjadi fondasi penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pemeriksaan kesehatan setahun sekali harus menjadi budaya, bukan sekadar anjuran,” tegasnya.

Konferensi hari pertama menghadirkan Ts. Dr. Ismaniza Ismail (Universiti Teknologi MARA, Malaysia) yang menyampaikan topik Adapting Occupational Hygiene Practices to Enhance Resilience in Coastal Regions. Ia menyoroti pentingnya teknologi dan keterlibatan komunitas lokal. “Pencegahan penyakit akibat risiko pekerjaan di wilayah pesisir membutuhkan pendekatan yang proaktif dan berbasis komunitas,” ungkapnya.

Dilanjutkan, Assist. Prof. Issara Siramaneerat, Ph.D. (Rajamangala University of Technology Thanyaburi, Thailand) yang memaparkan tentang kesehatan reproduksi lansia. Ia mengatakan, “Meningkatnya populasi lansia di Thailand menuntut perhatian lebih terhadap akses layanan kesehatan, terutama di wilayah rural.”

Hadir sebagai pembicara pada hari kedua, Prof. Elena N. Naumova, Ph.D. (Tufts University, USA) memaparkan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk ketahanan pangan dan nutrisi. “Teknologi AI dapat membantu membangun sistem pangan yang tangguh dan responsif, namun tetap harus didasarkan pada data lokal yang akurat,” jelasnya.

Sementara, Tsheten, BSc, MPH, Ph.D. (Australian National University) mempresentasikan Real World Application of Dengue Early Warning System. Ia menyoroti bahwa, “Keterbatasan integrasi data dan kurangnya pelatihan menjadi tantangan utama dalam implementasi sistem peringatan dini yang efektif.”

Konferensi menghadirkan pula pemateri dari UNDIP, yaitu Prof. drg. Zahroh Shaluhiyah, MPH, Ph.D., yang membahas pendekatan promosi kesehatan dalam pengendalian TB di wilayah pesisir Indonesia. “Promosi kesehatan yang berbasis budaya lokal menjadi kunci dalam mengatasi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TB,” katanya.

Kegiatan ini diikuti oleh 403 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Rwanda, Pakistan, Uzbekistan, Ghana, Nigeria, Polandia, dan Gambia. Sebanyak 234 peserta turut berpartisipasi dalam sesi paralel untuk mempresentasikan hasil penelitian dan gagasan ilmiah mereka. Pada penghujung konferensi, diumumkan Susianto sebagai General Best Presenter dengan judul presentasi “The Effect of Supplementary Tempeh-Based Milk as a Local Food on the Improvement of Body Weight, Height, and Body Mass Index in Stunted Toddlers.”

Dr. Yudhy Dharmawan, SKM, M.Kes., MSc, Ph.D., selaku Ketua Panitia, menutup dengan pernyataan, “Mari jadikan konferensi ini sebagai panggilan untuk bertindak untuk melindungi kesehatan, mempromosikan kesetaraan, dan membangun ketahanan menghadapi krisis iklim global.” Konferensi ditutup dengan penampilan dari Studio 8 FKM UNDIP yang membawakan lagu “Rungkat,” diiringi dengan harapan agar konferensi ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi lintas negara dan memperluas kontribusi UNDIP dalam menjawab tantangan kesehatan global. (Komunikasi Publik/ FKM/ Dita, Ed. Diar & Tata)

Share this :