UNDIP, Tolitoli Sulawesi Tengah (16/9) – Kali ini, langkah Tim II Ekspedisi Patriot terhenti di Kawasan Transmigrasi Basidondo, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Kawasan ini menjadi rumah bagi ribuan jiwa yang datang dari berbagai daerah, membangun kehidupan baru di tanah yang dahulu sunyi. Kini, Basidondo berkembang menjadi sentra pertanian dan perkebunan yang menjanjikan, dengan hamparan sawah, kebun kelapa, kelapa sawit, kopi, hingga kakao yang membentang sejauh mata memandang.
Misi utama Tim Ekspedisi Patriot yang ditugaskan langsung oleh Kementerian Transmigrasi adalah memetakan dan memberikan rekomendasi komoditas unggulan pertanian dan perkebunan pada wilayah transmigrasi. Bukan sekadar data angka, tetapi peta yang hidup, menyajikan narasi lengkap tentang kondisi masyarakat, potensi lahan, hingga peluang pengembangan usaha.
Pemetaan dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dan pendataan langsung. Tim mendatangi rumah petani, menyusuri jalan menuju lahan produksi, hingga mengukur produktivitas lahan dengan melakukan uji sampel tanah. Dengan cara ini, informasi yang terkumpul tidak hanya akurat, tetapi juga merepresentasikan realitas sehari-hari para petani.
“Basidondo ini ibarat gudang pangan. Hanya saja, kita perlu menyusun strategi supaya hasil panen tidak berhenti di sini saja, melainkan bisa menembus pasar yang lebih luas,” ujar Roedloff, Kepala Dinas Transmigrasi Kabupaten Tolitoli.
Pertemuan sederhana di bawah pohon yang dilakukan secara berkala merupakan usaha untuk mendengar suara hati para petani. Tim membuka ruang dialog yang santai agar petani tidak segan mengungkapkan segala keresahan yang selalu mengusik mereka. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah: “Apa kekuatan utama di lahan perkebunan ini?”
Dengan pengalaman puluhan tahun, para petani menjawab lugas. Mereka menceritakan bagaimana kelapa menjadi komoditas turun-temurun yang menopang kehidupan, sementara kakao memberi harapan tambahan sejak awal tahun 2000-an. Belakangan kopi mulai banyak ditanam, terutama karena permintaan yang terus meningkat.
Dari beberapa wawancara dan pengambilan data, tim ekspedisi mengidentifikasi tiga komoditas unggulan di Kawasan Transmigrasi Basidondo, khususnya Kecamatan Basidondo: kakao, kelapa, dan kopi. Namun, di balik potensi itu, tersimpan berbagai tantangan mulai dari fluktuasi harga hingga keterbatasan akses dari kantong produksi.
Kelapa, dengan pohon-pohonnya yang menjulang, sudah lama menjadi ikon Basidondo. Dari buahnya, masyarakat bisa menghasilkan koprah dan beberapa diolah menjadi minyak dalam skala rumah tangga. Sementara itu, kakao memberi tambahan penghasilan yang menjanjikan, meski sering terkendala hama dan kualitas pasca panen. Kopi, komoditas yang baru marak dalam beberapa tahun terakhir, muncul sebagai peluang baru seiring kebutuhan yang terus meningkat.
Bagi para petani, ketiga komoditas itu ibarat “tiga kaki penopang” ekonomi keluarga. Namun, tanpa dukungan teknologi dan akses dari kantong produksi, potensi tersebut bisa berhenti hanya sebagai sekadar peluang.
Tim Ekspedisi Patriot berusaha menjembatani harapan itu. Tim mencatat kendala, memotret peluang, dan menyusun rekomendasi yang nantinya akan disampaikan kepada Dinas Transmigrasi Tolitoli, serta langsung ke Kementerian Transmigrasi. Basidondo sendiri merupakan kawasan transmigrasi yang dibuka puluhan tahun silam. Para pendatang datang dengan harapan membangun kehidupan baru, membawa kearifan dari kampung halaman, lalu berpadu dengan tanah yang mereka olah. Kini, generasi kedua dan ketiga transmigran tumbuh, menjadikan Basidondo bukan hanya tanah harapan, tetapi juga rumah yang penuh kenangan.
Bisikan keresahan hati para petani perlu didengar. Mereka menyuarakan bahwa pembangunan tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus dilakukan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda yang berani turun tangan. Dari Basidondo, Tim Ekspedisi Patriot belajar bahwa kekuatan sebuah daerah tidak hanya terletak pada luasnya lahan atau melimpahnya hasil panen, tetapi juga pada semangat masyarakat untuk terus bertahan dan berkembang.
Adapun susunan Tim II Ekspedisi Patriot di Kawasan Basidondo: Septrial Arafat, S.P., M.P., Zaenal Abidin Puamimi, S.P., Emanuel Clasius, S.P., Risa Nurhaliza, S.I.P., dan Nok Ayu Nurasih, S.Pi.
Kegiatan kerja sama dengan Kementerian Transmigrasi ini menjadi bentuk nyata dari semangat UNDIP Bermartabat UNDIP Bermanfaat yang sejalan dengan program Diktisaintek Berdampak. (Komunikasi Publik/UNDIP/Tim II Ekspedisi Patriot Basidondo ed. As)