UNDIP, Semarang (7/10) – Universitas Diponegoro menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Membangun Pabrik Wirausaha Berbasis Universitas” bersama Direktur Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Ir. Dwi Larso, M.SIE., Ph.D pada Senin, 6 Oktober 2025 di Ruang Sidang Rektor, Gedung Widya Puraya, Kampus UNDIP Tembalang.
Acara yang dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, dekan, ketua departemen, serta dosen lintas fakultas ini menjadi ruang refleksi dan kolaborasi strategis antara dunia pendidikan tinggi dan lembaga pengelola dana pendidikan nasional untuk membangun ekosistem wirausaha yang kuat dan berkelanjutan.
Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., dalam sambutannya menegaskan pentingnya sinergi antara UNDIP dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai langkah strategis dalam memperkuat posisi UNDIP sebagai kampus riset yang produktif dan berdampak. Ia menyampaikan rasa syukur sekaligus kebanggaan atas apresiasi dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, M.S., terhadap berbagai inovasi UNDIP yang dinilai mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
“Menteri Rachmat kagum terhadap beragam hasil riset UNDIP, mulai dari mobil listrik yang siap melaju di jalan raya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan konsisten selama empat tahun, hingga mesin desalinasi bertenaga surya yang tahan getaran di wilayah rawan bencana. Selain itu, UNDIP juga menunjukkan peran strategis dalam sektor kelautan dan perikanan melalui ekspor udang vannamei dari Kampus Jepara ke Jepang,” ungkap Rektor.
Prof. Suharnomo menyebutkan bahwa berbagai capaian tersebut merupakan pijakan awal bagi UNDIP untuk terus memperluas manfaat bagi masyarakat. Ia menugaskan Wakil Rektor IV memperkuat komunikasi dengan LPDP agar kolaborasi dalam pengembangan riset, studi lanjut di luar negeri, dan penguatan kapasitas akademik dapat terwujud. Menurutnya, semakin banyak mahasiswa UNDIP yang mendapat kesempatan menimba ilmu di tingkat global akan memperkuat kontribusi universitas dalam membangun bangsa.
Lebih jauh, Prof. Suharnomo menegaskan komitmennya untuk menghadirkan UNDIP bagi seluruh lapisan masyarakat melalui kebijakan beasiswa 20% bagi mahasiswa berprestasi di bidang teknologi yang memiliki keterbatasan ekonomi. Ia juga mendorong agar lebih banyak mahasiswa UNDIP menembus beasiswa LPDP, mengingat potensi mereka yang sangat besar. Mengakhiri sambutannya, ia berharap sinergi UNDIP dan LPDP dapat membuka peluang lebih luas bagi penguatan investasi pendidikan, program double degree, serta kolaborasi riset yang berdampak bagi Indonesia.
Sementara itu, Dwi Larso, Ph.D., dalam kuliah umum, menuturkan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan talenta dalam mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha baru yang berkarakter tangguh dan berintegritas sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045, namun tantangan seperti tingginya tingkat pengangguran lulusan universitas dan rendahnya indeks Total Entrepreneurial Activity (TEA) harus segera diatasi. Oleh karena itu, universitas perlu bertransformasi menjadi ekosistem kewirausahaan yang terstruktur, sistematis, dan masif.
Ia menyampaikan bahwa LPDP tidak hanya berperan sebagai penyedia dana pendidikan, tetapi juga sebagai katalisator lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan yang visioner dan berdampak. Konsep “Pabrik Wirausaha” yang diusung LPDP mengintegrasikan kurikulum kewirausahaan lintas program studi, peran aktif akademisi dan praktisi, serta fasilitas pendukung seperti makerspace, tech hub, inkubator bisnis, hingga kolaborasi dengan investor dan industri. Tujuannya adalah menciptakan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja.
Dalam paparan LPDP, Indonesia menargetkan 500 ribu wirausaha baru setiap tahun hingga 2029, sebagai bagian dari strategi nasional menuju Indonesia Emas. Saat ini, dari seluruh lulusan perguruan tinggi, baru sekitar 17,3 persen yang berwirausaha, dan LPDP menargetkan peningkatan hingga 25 persen dengan dukungan beasiswa kewirausahaan, riset terapan, dan tracer study berkelanjutan.
“Targetnya, 25% lulusan universitas menjalankan bisnis sendiri, dengan TEA Index yang meningkat signifikan di kota-kota seperti Semarang dan Solo. Pendekatan ini juga sejalan dengan roadmap LPDP menuju Indonesia Emas 2045, yang menempatkan kewirausahaan sebagai katalisator pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan,” jelas Dwi Larso, Ph.D.
Ia mengapresiasi inisiatif UNDIP dalam membangun “Pabrik Wirausaha” sebagai langkah konkret membina talenta muda yang siap berkontribusi bagi bangsa. Melalui sinergi dengan universitas seperti UNDIP, LPDP berupaya memperkuat jembatan antara pendidikan, riset, dan industri. Program Entrepreneurship Scholarship menjadi motor penggerak talenta muda agar berani menciptakan inovasi dan membuka peluang ekonomi baru di berbagai sektor strategis baik dari teknologi hijau, pangan, hingga ekonomi maritim. Dwi Larso, Ph.D menutup dengan pesan inspiratif: “Jangan mengutuk kegelapan. Nyalakan api. Walau lilin kecil, dia akan menerangi.”
UNDIP sebagai salah satu universitas riset terkemuka di Indonesia terus memperkuat perannya dalam membangun ekosistem kewirausahaan nasional. Melalui program Diktisaintek Berdampak, UNDIP mendorong hilirisasi riset dan pengembangan start-up berbasis teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global. Inisiatif Pabrik Wirausaha Berbasis Universitas juga menjadi langkah konkret dalam mendukung pencapaian SDG’s ke-8: Decent Work and Economic Growth, dengan menumbuhkan jiwa wirausaha di lingkungan kampus guna menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.
Lebih dari sekadar gagasan, gerakan ini mencerminkan semangat “UNDIP Bermartabat, UNDIP Bermanfaat” di mana martabat universitas diwujudkan melalui kontribusi nyata bagi bangsa lewat ilmu, inovasi, dan integritas. Kegiatan kuliah tamu ditutup dengan penyerahan cendera mata antara Rektor UNDIP dan Direktur Beasiswa LPDP, disusul sesi foto bersama sebagai simbol kolaborasi berkelanjutan antara dunia akademik dan lembaga pengelola dana pendidikan nasional. (Komunikasi Publik/ UNDIP/ DHW)