Webinar Industri dan Lingkungan Seri-4 UNDIP: Sampah Plastik Sulit Dijadikan Sumber Bahan Bakar 

SEMARANG —  Ketua Pusat Riset Teknologi Hijau UNDIP (Universitas Diponegoro), Prof Dr Ir Purwanto DEA, berpendapat bahwa sampah plastik sulit untuk diubah menjadi sumber bahan bakar untuk skala industri. Pengamatan yang dilakukan ahli dalam bidang “Teknik Sistem Proses dan Teknik Reaksi Kimia” ini menilai masalah seperti besarnya energi yang dibutuhkan untuk mengubah plastik menjadi sumber bahan bakar serta potensinya menimbulkan produksi dioksin menjadi pertimbangan belum dimanfaatkannya sampah plastik sebagai sumber bahan bakar berskala besar.

Dalam Webinar Industri & Lingkungan Seri-4 bertema “Mengubah Sampah Menjadi Berkah”, Kamis (4/3/2021) Purwanto menyarankan dilakukannya daur ulang untuk mengatasi sampah plastik yang ada. “Karena itu untuk plastik disarankan untuk didaur ulang karena dapat menjadi barang yang bermanfaat seperti peralatan rumah tangga, kantong plastik, kain, pakaian dan sepatu,”kata Purwanto yang juga Ketua Dewan Profesor Undip Periode 2020-2024.

Langkah lain yang perlu dilakukan menghadapi meningkatnya volume sampah terutama plastik adalah membangun kesadaran bahwa sampah itu bukan buangan. Kita harus memperlakukannya sebagai sumber daya. “Coba kita lihat kalau botol bekas air mineral dikelola dengan baik, bisa dijual dengan harga Rp 2.500 sampai Rp 4.500 per kilogram. Kalau dibuang sembarangan justru mencemari lingkungan,” tuturnya.

Karena itu pandangan publik yang umumnya menganggap sampah sebagai sisa bahan, buangan, tidak berguna, jorok, tidak bermanfaat, tidak ada nilai, harus segera diubah. Kesadaran untuk memperlakukan sampah sebagai hal yang bernilai harus dimulai dari hal yang sederhana seperti menaruh sampah pada tempat yang disediakan.

Sampah sendiri bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasar sifat kimia, fisika, biodegradibilitas, dan kemudahan terbakar. Pemahaman ini penting terkait dengan penanganan sampah. “Kalau kita berbicara sampah untuk bahan baku energi, maka dikelompokkan melalui kemudahan terbakarnya. Kalau sampah untuk kompos, lebih menarik kalau dikelompokkan menurut biodegradibilitas,” papar Purwanto.

Dilaksanakannya seminar ini oleh Pusat Riset Teknologi Hijau Sekolah Pascasarjana Undip, juga dilandasi niat untuk mencari solusi masalah sampah yang ada. Di antaranya dengan mulai mengolah ulang (recycling) secara maksimal. Dia menganggap sekarang saatnya melakukan aksi bersama-sama dengan mendasarkan aksi pada pemikiran bahwa sampah bukan lagi barang buangan tapi sebagai sumber daya.

Dekan Pascasarjana Undip, Dr RB Sularto SH MHum, saat mengantar acara mengatakan  webinar ini merupakan seri ke empat setelah sebelumnya sempat terhenti karena beberapa hal. Seminar ini tetap digelar meski dalam suasana pandemi Covid-19. “Persoalan sampah ini tidak hanya saat kondisi pandemi Covid-19 saja. Sebelum pandemi dan mungkin setelah pandemi berakhir, sampah masih jadi permasalahan bersama. Karena itu webinar ini kami selenggarakan,”ujar Sularto.

Melalui webinar ini dia berharap bisa dihasilkan pemikiran yang solutif dan berdaya guna untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. “Terlebih lagi sampah anorganik yang membutuhkan penanganan sendiri sepertiu sampah plastik yang membutuhkan waktu cukup lama untuk hancur. Mari kita ubah agar menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi kita semua,” ajak dia.

Webinar ini menghadirkan empat pembicara, yaitu Ketua Pusat Riset Teknologi Hijau (Green Technology Research Center) Sekolah Pascasarjana Prof Dr Ir Purwanto DEA, Senior Vice President (SVP) Teknologi PT Pupuk Kaltim Heri Subagyo, Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Undip sekaligus Ketua Bank Sampah Gedawang Dr Sri Sumiyati ST MSi, serta Ketua Pusat Riset Pengembangan Ketahanan Infrastruktur Ramah Lingkungan Maryono.

SVP PT Pupuk Kaltim, Heri Subagyo, dalam paparannya menyampaikan bahwa Pupuk Kaltim telah menerapkan Kebijakan 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) limbah padat di lingkungannya. Kebijakan tersebut bahkan telah dilakukan secara teknis bersama masyarakat sekitar yang terhimpun dalam Koperasi Mekarsari untuk mengolah sampah.

Program yang dimulai tahun 2014 ini, selama periode 2017 – 2020 telah berhasil mengolah sampah daun dan sampah rumah tangga sebanyak 101 ton, sampah produk pupuk sebanyak 65 ton. Dari pengolahan sampah tersebut dihasilkan 65 ton kompos dan 6.953 liter pupuk organik cair. “Penghasilan koperasi dari kegiatan ini mencapai Rp 64 juta lebih,” kata Heri.

Share this :

Category

Arsip

Related News