Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Senat Akademik Undip Gelar Presentasi Calon Gubes FPIK dan FK

Senat Akademik (SA) Universitas Diponegoro menggelar presentasi calon guru besar Undip dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Fakultas Kedokteran (FK), Selasa (22/6).

Dalam presentasinya, Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc., calon guru besar dari FPIK menyampaikan materi mengenai Pengelolaan Perikanan Tuna: Kemajuan, Dampak dan Tantangannya Bagi Indonesia. Ia mengatakan pengelolaan perikanan tuna mengalami pengayaan (enrichment) dari keterlibatan Indonesia di Regional Fisheries Management Organization (RFMO) dan menjalani program Fisheries Improvement Program (FIP) telah, dan akan terus memberikan dampak positif bagi pengelolaan perikanan tuna dan perikanan-perikanan lainnya. Secara  strategis setidaknya ada empat program pemerintah yang bisa mendapatkan manfaat, yaitu pengembangan pengelolaan  Wilayah Pengelolaan Perikanan-Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), perencanaan dan implementasi pengelolaan perikanan yang lebih terstruktur dan terukur, integrasi antara kegiatan ekonomi-bisnis (perikanan) dengan konservasi, serta pemodelan yang lebih holistic yang menyangkut pembenahan perikanan, kebijakan pemerintah, termasuk investasi.

“Diperlukan suatu pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan perikanan sesuai Undang-Undang  No. 45 tahun 2009 juncto No. 31 tahun 2004, sebagai modal utama untuk penyelenggaraan perikanan yang lebih sehat. Dibutuhkan pula koordinasi yang lebih efektif antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota untuk pengelolaan perikanan yang lebih sehat guna merealisasikan ke empat program itu. Perguruan tinggi memiliki kapasitas untuk memberikan kontribusinya dalam keseluruhan hal tersebut, melalui program Tri-Dharma perguruan tinggi atau learning centers yang dibangun di tiap  WPP” tuturnya.

Sementara dalam  kesempatannya, dr. Muhamad Thohar Arifin, PhD, PA, Sp.BS(K), calon gurubesar dari Fakultas Kedokteran membahas mengenai Implementasi Neuroanatomi Klinis Dalam Perkembangan Ilmu Bedah Saraf Fungsional.

“Ilmu bedah saraf adalah restorasi struktur neuro-anatomi. Pentingnya penguasaan neuroanatomi klinis bagi kemajuan ilmu bedah saraf yang merupakan suatu prasyarat wajib untuk setiap ahli dan residen bedah saraf. Pengetahuan neuroanatami kita dituntut untuk menyesuaikan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi bedah saraf berbasis neuroanatomi ditunjukkan dengan perkembangan intra operative monitoring, minimal invasive surgery, stereotactic surgery dan sistem neuronavigasi yang memungkinkan seorang ahli bedah saraf dapat melakukan operasi dengan presisi tinggi secara real time” ungkapnya.

Lebih lanjut dr. Muhamad Thohar Arifin mengatakan integritas pemahaman neuroanatomi, neurofisiology, cortical mapping dapat meningkatkan pelayanan pada pasien dengan kompleksitas tinggi (tumor, epilepsy) yang pada satu dekade sebelumnya masih tidak mungkin dilakukan. Pembedahan dengan pendekatan integritas neurofungsional (bedah saraf fungsional) harus menjadi “ruh” setiap ahli bedah saraf dalam melakukan praktiknya sehingga keselamatan dan kualitas hidup pasien selalu diutamakan. (Linda Humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News