Dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-59 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, acara bertajuk “Gema Budaya” kembali digelar di Crop Circle Fakultas Ilmu Budaya, UNDIP pada 23 Agustus 2024. Semangat para mahasiswa dan para dosen Sastra Indonesia untuk meramaikan acara ini tercermin pada pakaian batik yang dikenakan oleh seluruh peserta.
Perayaan “Gema Budaya” diawali dengan Kirab Budaya. Kirab dilakukan dengan berjalan dari Art Center, memutari jalan Dr. Antonius Suroyo menuju ke Fakultas Ilmu Budaya. Kirab ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Sastra Indonesia, termasuk mahasiswa baru angkatan 2024. Sesampainya di FIB UNDIP, acara kemudian dibuka oleh Dekan FIB dan dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng.
Dalam sambutannya, Dekan FIB UNDIP Prof. Dr. Alamsyah, S.S., M.Hum., mengucapkan selamat Dies Natalis ke-59 pada Program Studi Sastra Indonesia. “Sastra Indonesia adalah prodi tertua di FIB. Oleh karena itu, ada filsafat jawa yang berbunyi ‘Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani’, hal itu yang akan dikedepankan oleh Sastra Indonesia dalam mendidik dan membimbing kalian para mahasiswa, agar kalian sukses hari ini dalam proses berkembang di FIB, dan sukses di kemudian hari saat lulus dan bekerja,” ujar Prof. Alamsyah.
Dekan FIB juga menjelaskan mengenai komitmen FIB untuk teguh menjadi Fakultas Budaya. “Apapun kegiatan kesenian sebagai bagian dari budaya dan kebudayaan-kebudayaan lain, akan selalu didukung oleh Fakultas Ilmu Budaya,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Sastra Indonesia Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum. mengungkapkan kegembiraannya mengenai Dies Natalis ke-59 Prodi Sastra Indonesia ini. Dirinya yakin Program Studi Sastra Indonesia akan semakin maju ke depan, dengan banyaknya dosen yang concern untuk memajukkan Sastra Indonesia.
“Sastra Indonesia sangat dekat dengan seni dan budaya. Apa yang kita lakukan hari ini menunjukkan bahwa kita semua concern dalam hal tersebut. Oleh karena itu, kita akan bersama-sama dengan warga Fakultas Ilmu Budaya yang lain, akan terus membawa isu-isu seni, sastra, dan budaya,” ujarnya.
“Gema Budaya” juga dimeriahkan dengan pertunjukan kuda lumping dari Sanggar Turonggo Tunggak Semi asal Jurang Belimbing, Tembalang dan pertunjukan Dolalak Sekar Putri asal Purworejo. Selain itu, puncak acara ini adalah adanya Grebeg Sastra yakni memperebutkan buku yang sudah disusun menyerupai sebuah gunungan.
Acara ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan Sastra Indonesia dalam melakukan pelestarian warisan budaya terutama kesenian. “Gema Budaya” ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa dan seluruh masyarakat Universitas Diponegoro untuk terus menghargai dan melestarikan kebudayaan yang ada di nusantara. (Hng-Humas)