Dosen Fakultas Psikologi UNDIP Beri Pelatihan Regulasi Diri untuk Problem Solving Engagement melalui Permainan Puzzle pada Siswa SMPN 33 Semarang

Sebagai bentuk tanggung jawab dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan di SMP Negeri 33 Semarang, 21 Agustus 2024.

Kegiatan pengabdian masyarakat diselenggarakan untuk siswa Sekolah Menengah Pertama dengan mengangkat tema “Melatih Regulasi Diri untuk Problem Solving Engagement melalui Permainan Puzzle”. Pengabdian ini bertujuan untuk melatih siswa memiliki regulasi diri dan problem solving yang baik dalam segala bentuk perencanaan baik di sekolah, masyarakat, dan dalam pemilihan karier.

Regulasi diri merupakan proses ketika seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi, menentukan target, mengevaluasi kesuksesan dalam mencapai target, dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri setelah berhasil mencapai target. Regulasi diri merupakan faktor yang sangat penting dalam membuat suatu perencanaan, karena regulasi diri berperan dalam menentukan pencapaian perencanaan yang diharapkan.

Fase Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tahap individu memasuki usia remaja. Pada usia remaja, individu akan dihadapkan dengan banyak perubahan. Seperti yang kita ketahui, masa remaja merupakan masa peralihan yang penuh dengan stressor bagi remaja. Hall (dalam Santrock 2012) berpendapat bahwa pada fase remaja, individu mengalami “badai dan stres” yang dimanifestasikan dalam bentuk peningkatan masalah emosional seperti cemas, depresi, marah, masalah perilaku, hiperaktif, dan masalah hubungan teman sebaya.

Siswa SMP yang mengalami berbagai perubahan karena berada pada fase remaja, dihadapkan pada berbagai tugas perkembangan serta tantangan baik sebagai individu, anggota keluarga, dan masyarakat. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan dalam memastikan keberhasilan siswa remaja menjalankan tugas perkembangannya adalah kemampuan untuk meregulasi diri. Siswa yang mampu meregulasi diri dengan baik diasumsikan memiliki kemampuan problem solving yang baik. Pada kenyataannya, tidak semua remaja memahami dan menyadari pentingnya regulasi diri, khususnya regulasi diri dalam belajar untuk mencapai hasil perencanaan yang baik. Terdapat banyak sekali siswa hanya meraih pencapaian yang seadanya dari hasil belajar yang seadanya.

Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 90 menit yang diawali dengan pembekalan singkat, pemberian tugas, dan diakhiri dengan post-test. Pada saat pembekalan, Dra. Darosy Endah Hyoscyamina, M.Pd., menjabarkan manfaat regulasi diri kepada para siswa.

“Siswa atau remaja yang memiliki regulasi diri yang baik akan menjadi lebih tangguh, tidak gampang menyerah, dan tidak menjadi generasi strawberi”, ujar Darosy.

Sesi kedua dipimpin oleh Endah Mujiasih, S.Psi., M.Si. yang memberikan tugas pada tiap kelompok untuk menyusun puzzle. Kegiatan diakhiri dengan memberikan kuesioner regulasi diri pada siswa SMP Negeri 33 Semarang.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang terdiri dari Dra. Darosy Endah Hyoscyamina, M.Pd., Dr. Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi., Dr. Yeniar Indriana, S.Psi., M.S., Psikolog, M.Si, Endah Mujiasih, S.Psi., M.Si, serta dibantu oleh tim mahasiswa S1 dan S2, diantaranya: Oktoria, S.Psi., S.S., Shafa Kirana Dewani, S.Psi., Andrea Neysa Ardelia, dan Melia Khoirun Ni’mah.

Kegiatan berlangsung dengan lancar dan para siswa menunjukkan antusias yang cukup tinggi. Siswa terlibat secara interaktif pada saat pemaparan materi dan bersemangat saat mengerjakan tugas yang diberikan. Para siswa juga mengisi kuesioner dengan bersungguhsungguh.

Kepala Sekolah SMP Negeri 33 yang didukung oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro berharap untuk kedepannya kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin di SMPN 33, bahkan bisa dilakukan juga di sekolah-sekolah lainnya. Perkembangan zaman yang dipengaruhi kemajuan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan remaja sehingga pelatihan regulasi diri diharapkan membantu mereka menghadapi tantangan yang semakin berat dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. (Oktoria)

Share this :

Category

Arsip

Related News