Riset UNDIP: Mitigasi Pembakaran Sampah Terbuka untuk Mengendalikan Polusi Lingkungan

UNDIP – Pembakaran Sampah Terbuka (PST) menjadi salah satu kontributor utama pencemaran lingkungan dan risiko kesehatan yang sering terabaikan. Dr. Eng. Bimastyaji Surya Ramadan, S.T., M.T., dosen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, melalui riset terbarunya yang berjudul “Assessment of Open Waste Burning Activity and its Mitigation Strategy to Control Environmental Pollution”, memberikan wawasan baru mengenai dampak dan strategi mitigasi PST.

Penelitian ini mencakup tiga fokus utama yakni tinjauan literatur global dan regional, studi lapangan pada skala kota (Semarang), serta analisis di tingkat regional Asia Tenggara.

Pada tinjauan literatur sistematis menggunakan Systematic Literature Network Analysis (SLNA), riset ini menyoroti dampak lingkungan dan kesehatan dari praktik PST dengan menggunakan metode analisis bibliometrik dan konten kualitatif. “Hasilnya menunjukkan bahwa PST menjadi perhatian utama para peneliti, khususnya terkait risiko lingkungan dan kesehatan. Namun, terdapat kesenjangan data emisi di beberapa negara, termasuk Indonesia, yang harus diatasi untuk menghasilkan estimasi risiko yang lebih akurat,” ujar Bimastyaji.

Adapun penelitian di Semarang menunjukkan pembakaran sampah terbuka (PST) mencapai intensitas tertinggi di wilayah perkotaan. Berdasarkan survei transek, hanya 11,38% tumpukan sampah yang tidak dibakar. Selama musim kemarau, diperkirakan 212,94 ton sampah dibakar per hari, lebih tinggi dibandingkan musim hujan sebanyak 161,17 ton per hari.

Diketahui setiap individu di Semarang dapat membakar hingga 1,098 kg sampah per hari, dengan wilayah peri-urban luar menyumbang hampir 47,39% dari total aktivitas PST selama musim kemarau.

Dari hasil pengujian laboratorium didapatkan bahwa plastik menjadi penyumbang emisi tertinggi dalam PST, dengan estimasi total emisi mencapai 53.809,66 ton/tahun. Risiko karsinogenik dari PST tergolong rendah, namun risiko penyakit non-kanker tercatat melampaui ambang batas aman.

Sehingga studi ini mengusulkan strategi mitigasi melalui optimalisasi tempat pengumpulan sampah (TPS). Skenario mitigasi ini dapat mengurangi volume sampah yang tidak terkumpul dari 1.080 m³/hari menjadi 462 m³/hari, sehingga mengurangi intensitas PST.

Bimastyaji menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga dan dukungan kebijakan untuk mengurangi PST. Rekomendasi riset ini memberikan panduan bagi pembuat kebijakan guna menekan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh PST.

“Riset ini diharapkan menjadi pijakan dalam merancang kebijakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun regional,” ucap Bimastyaji.

Melalui hasil penelitian ini, Universitas Diponegoro terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. (DHW)

Share this :

Category

Arsip

Related News