Transformasi Ekonomi Kelautan untuk Gen Z, Menteri Abdul Kadir Karding Hadir di FPIK UNDIP

UNDIP, Semarang (16/04) – Dalam upaya menjawab kebutuhan era disrupsi, FPIK UNDIP menggagas forum konsolidasi alumni bertema “Transformasi Ekonomi Kelautan: Memanfaatkan Industri Perikanan, UMKM, dan Konservasi Laut untuk Meningkatkan Kemandirian Gen Z.” Hadir dalam acara ini Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sekaligus Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding, S.Pi., M.Si., yang juga merupakan alumni FPIK dan Ketua IKA UNDIP.

Melalui acara Halal Bihalal yang digelar Selasa, 15 April 2025 pukul 12.00 WIB di Auditorium FPIK UNDIP, alumni dan sivitas akademika FPIK UNDIP didorong untuk memperkuat sinergi guna mendorong pengembangan potensi sektor kelautan secara strategis dan berkelanjutan.

Kegiatan ini, dihadiri oleh Rektor UNDIP Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., Dekan FPIK UNDIP Prof. Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D., dosen, tenaga kependidikan, serta civitas academica FPIK UNDIP. Turut hadir sebagai tamu kehormatan, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sekaligus Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding, S.Pi., M.Si., beserta jajarannya.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Endra Balindra Zuhdi dan Ahmad Zaidan Yusron ‘Alam, dilanjutkan tausiyah oleh Ustadz Agus Setiawan Al Hafidz serta doa bersama yang dipimpin oleh Dr. Abdul Kohar Mudzakir.

Mengawali sambutannya, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sekaligus Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding, S.Pi., M.Si. mengungkapkan bahwa perlunya transformasi besar dalam tata kelola penempatan pekerja migran Indonesia. Pemerintah saat ini tengah mendorong perubahan menyeluruh, baik dari segi regulasi, pelayanan, hingga kurikulum pendidikan vokasi.

“Perubahan tata kelola, termasuk regulasi, menjadi krusial agar pekerja migran Indonesia dapat berangkat melalui jalur resmi. Jangan lagi melalui calo. Sebanyak kurang lebih 95% pekerja migran yang mengalami kekerasan, penahanan dokumen, dan deportasi adalah mereka yang berangkat secara ilegal,” ucap Abdul Kadir Karding.

Selain aspek legalitas, peningkatan keterampilan atau skill juga menjadi perhatian penting. Abdul Kadir menyampaikan pekerja migran harus memenuhi pelatihan dasar keselamatan kerja (basic safety training), serta mengutamakan lulusan pendidikan vokasi agar lebih siap bersaing di pasar kerja global. Pengembangan kurikulum pendidikan vokasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan negara penempatan. Selain itu, integrasi pelayanan juga terus ditingkatkan untuk menciptakan sinergi antara pendidikan, pelatihan, dan penempatan kerja.

“Masalah lain yang sering luput adalah kesiapan mental. Banyak pekerja yang gagal bertahan di luar negeri karena tidak siap secara mental. Ini harus menjadi bagian dari pembenahan ke depan,” tambahnya.

Saat ini tercatat permintaan tenaga kerja dari 100 negara telah mencapai 1,7 juta orang hingga April 2025. Abdul Kadir melihat hal ini sebagai peluang besar bagi penyerapan angkatan kerja produktif di Indonesia. “Solusinya adalah mengubah pola pikir. Bekerja di luar negeri adalah pilihan strategis, selama dilakukan secara prosedural dan didukung oleh keterampilan,” ujarnya.

Abdul Kadir juga menyoroti pentingnya transfer of knowledge dan transfer of skill dari pekerja migran Indonesia yang kembali ke tanah air, agar manfaat pengalaman kerja mereka dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat dan negara. “Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan ekonomi keluarga dapat kita jawab salah satunya dengan mendorong anak-anak muda untuk bekerja di luar negeri. Caranya adalah dengan mulai menyesuaikan kurikulum di perguruan tinggi, SMK, dan politeknik agar adaptif terhadap kebutuhan kerja di negara tujuan,” tutupnya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UNDIP Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. menyampaikan pentingnya kesiapan dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, dalam menghadapi era disrupsi dan turbulensi yang kini menjadi isu global.

Merujuk pada pernyataan mantan CEO Nokia Stephen Elop, yang mengatakan bahwa perusahaannya tidak melakukan kesalahan namun akhirnya tetap harus dijual ke Microsoft senilai 7,2 miliar USD, Rektor UNDIP menekankan bahwa disrupsi adalah hal nyata yang dapat mengguncang siapa saja, termasuk institusi pendidikan. “Di kampus, banyak orang-orang pintar. Tapi di sinilah letak tantangannya. Perubahan paling sulit justru terjadi di kampus. Kita terlalu lama berada di zona nyaman,” ujarnya.

Ia menyoroti bahwa beberapa program studi masih stagnan dalam beberapa tahun terakhir, sementara dunia industri telah berlari cepat dalam merespons perubahan. “Kita ada di era disrupsi, dan ironisnya yang paling responsif justru industri. Dunia pendidikan nyaris tidak berubah sama sekali,” tambahnya.

Dalam semangat perubahan tersebut, Prof Suharnomo mendorong FPIK untuk segera bergerak cepat dan mengambil peran terdepan. “Kita ini satu-satunya kampus yang punya laut, di kampus Teluk Awur Jepara. Itu keunggulan luar biasa. Kampus ini harus menjadi kebanggaan UNDIP, dan FPIK harus ada di garda terdepan,” tegasnya.

Mengutip dari World Economic Forum, ada empat sektor utama yang akan menguasai masa depan, antara lain mindset bisnis, teknologi informasi, energi baru terbarukan, dan food & science technology. “FPIK berada di posisi strategis untuk menjawab tantangan ini, khususnya dalam bidang teknologi hasil perikanan. Kampus ini harus menjadi pilihan pertama, karena punya keunggulan nyata. Ini momentum yang luar biasa. Saya tunggu aksinya. Ini merupakan kesempatan karena alumni bertemu dengan kampus. Kita harus menghasilkan lulusan dengan kompetensi kuat. Mari jadikan FPIK great again,” ungkap Prof Suharnomo.

Sementara itu, Dekan FPIK UNDIP Prof. Agus Trianto, S.T., M.Sc., Ph.D. mengajak seluruh mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan alumni untuk menjadikan momen ini sebagai semangat bersama dalam mewujudkan FPIK Great Again. Dengan bimbingan para alumni dan dukungan senior, FPIK UNDIP optimistis dapat menjadi salah satu bidang studi favorit. “Indonesia memiliki laut yang luas dan garis pantai yang luar biasa. Namun, kita belum maksimal dalam memanfaatkan potensi tersebut untuk kesejahteraan rakyat. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” tegasnya.

Prof. Agus Trianto juga menyampaikan rencana strategis ke depan, salah satunya adalah upaya peningkatan relevansi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja global. “Alumni mendorong kita untuk terus adaptif terhadap kebutuhan dan keterampilan yang dibutuhkan di luar negeri,” ucapnya.

Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (IKA FPIK) Universitas Diponegoro, Dr. Ir. Djoko Hartoyo, S.T., M.Mar.Sc., IPU., menyampaikan pentingnya membangun sinergi yang erat antara alumni dan kampus dalam menghadapi tantangan dan peluang di sektor kelautan dan perikanan, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan semangat tersebut, IKA FPIK siap berkolaborasi aktif dalam berbagai kegiatan dan inisiatif strategis bersama FPIK UNDIP.

Dengan dukungan jaringan alumni yang luas serta komitmen institusi, diharapkan FPIK UNDIP dapat semakin berkembang, adaptif, dan mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja global. “Insyaallah ke depan kita akan menyelenggarakan lebih banyak kegiatan bersama yang kita konsolidasikan dan wujudkan dalam bentuk kerja sama nyata dengan FPIK UNDIP,” lanjutnya.

Acara ditutup dengan penyerahan secara simbolis jaket UNDIP kepada dua mahasiswa FPIK UNDIP jurusan S1 Teknologi Hasil Perikanan, yakni Putri Muna Parenti dan Tafeta Praudila Trisna, yang akan mengikuti program student exchange ke Jepang.

Share this :

Category

Arsip

Related News