UNDIP, Semarang (21/06) – Universitas Diponegoro melalui SDGs Center menggelar Undip Sustainability Talks Seri 5 dalam format Webinar Nasional bertajuk “Satu Desa Satu Koperasi: Cetak Biru Koperasi Merah Putih untuk Ekonomi Inklusif” pada Jumat, 20 Juni 2025 secara daring melalui platform Zoom. Hadir dalam acara ini Budi Arie Setiadi, S.Sos., M.Si., Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia yang menjadi keynote speaker membawakan tema tentang pentingnya koperasi dalam mendukung ekonomi di Indonesia.
Kegiatan ini yang dipandu Prof. Bulan Prabawani, , S.Sos., M.M., Ph.D., Guru Besar FISIP UNDIP, sekaligus Koordinator SDGs Center UNDIP ini, menjadi bagian penting rangkaian kampanye keberlanjutan UNDIP dalam mendukung Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia, khususnya penguatan ekonomi desa berbasis koperasi yakni poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan poin 11 (Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan).
Acara webinar ini juga menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Deputi Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi Panel Barus yang diwakilkan oleh Roysepta Abimanyu selaku Tenaga Ahli Menteri Koperasi dan UKM RI ; Ekonom Senior INDEF Prof. Didik J. Rachbini, MSc., Ph.D, serta Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) Firdaus Putra Aditama, HC.
Budi Arie Setiadi, S.Sos., M.Si., dalam pemaparannya yang bertajuk Koperasi Merah Putih sebagai Instrumen Ketahanan Ekonomi Desa, beliau menjelaskan bahwa program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih akan menjadi tulang punggung ekonomi desa. Menurutnya, koperasi ini akan dibentuk secara massif hingga 80.000 unit dan menjadi episentrum ekonomi lokal.
“Koperasi bukan hanya alat ekonomi, tapi juga instrumen sosial untuk menekan peran tengkulak, memperpendek rantai distribusi, dan memperkuat daya saing petani dan nelayan,” ujar Menteri Budi Arie.
Ia menekankan pentingnya keberpihakan kebijakan melalui Inpres No. 9 Tahun 2025, yang menjadi fondasi hukum percepatan pendirian koperasi desa secara nasional.
Saat membuka acara, Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., menegaskan bahwa UNDIP memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), tidak hanya dalam bentuk riset akademik, tetapi juga dalam kerja nyata di masyarakat. “UNDIP akan terus membumikan kebijakan pemerintah, khususnya melalui penguatan riset dan kapasitas masyarakat. Kami ingin hadir tidak hanya dalam wacana, tapi juga dalam aksi nyata yang berdampak langsung bagi bangsa dan rakyat,” ujar Rektor.
Mengusung tagline UNDIP Bermartabat dan Bermanfaat, Prof. Suharnomo menekankan bahwa semua kegiatan riset di UNDIP harus punya dua arah: membangun reputasi internasional dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat. “Riset bukan semata-mata demi publikasi. Harus ada kebermanfaatan yang dirasakan langsung oleh rakyat,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian membanggakan UNDIP yang berhasil naik 101 peringkat dalam QS World University Rankings (QS WUR) 2026. “Saat ini kita menempati posisi ke-624 dunia. Ini adalah bukti kerja keras seluruh civitas academica. Tapi yang lebih penting, semoga pengakuan ini ujung-ujungnya bisa memberi manfaat luas bagi masyarakat,” ucapnya.
UNDIP, lanjutnya, kini menjadi sorotan nasional karena perannya yang signifikan dalam penanganan rob dan banjir di wilayah Pantura. Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, UNDIP akan turut membangun High Bridge Sea Wall, sebagai solusi inovatif dan berkelanjutan untuk persoalan lingkungan di kawasan pesisir.
Dalam konteks webinar yang diselenggarakan, Prof. Suharnomo juga memberikan apresiasi terhadap tema yang diangkat, yakni koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional. Menurutnya, desain kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong program Satu Desa Satu Koperasi dan Koperasi Merah Putih merupakan momentum penting. “Kita menyambut dengan penuh semangat dan optimisme. Tapi saya juga sadar, ini bukan pekerjaan mudah. Perlu sinergi lintas sektor dan semangat kolektif untuk mengubah paradigma skeptis terhadap sistem koperasi,” tuturnya.
Ia berharap paparan dari para narasumber, termasuk keynote speech dari Menteri Koperasi dan UKM, bisa menjadi pencerahan dan menambah “asupan gizi intelektual” bagi seluruh peserta webinar. “Semoga acara ini bukan hanya diskusi, tapi melahirkan ide-ide dan aksi nyata,” tandasnya.
Sementara Roysepta Abimanyu selaku Tenaga Ahli Menteri Koperasi dan UKM RI, dalam paparan berjudul “Peran Strategis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih Dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan” menjabarkan langkah konkret pembentukan Koperasi Merah Putih melalui skema mock-up dan dukungan lintas kementerian.
“Koperasi Merah Putih bukan proyek jangka pendek, tapi investasi sosial jangka panjang. Kita dorong model percontohan yang berbasis kebutuhan desa dan ditopang pendampingan serius,” terang Roysepta.
Ia juga menekankan pentingnya digitalisasi manajemen koperasi dan konsolidasi usaha dalam bentuk koperasi sekunder (Kopdeshub).
Lebih lanjut pada pemaparan yang mengusung tema “Merasionalkan Koperasi Merah Putih: Melakukan Inversi dan Memperbesar Visi”, Firdaus Putra Aditama, mengingatkan pentingnya pendekatan bottom-up dalam pembentukan koperasi. “Jika koperasi dibentuk hanya karena proyek, tanpa kesadaran anggota, maka kita hanya mengulang kegagalan masa lalu. Partisipasi aktif warga dan adaptasi dengan potensi lokal adalah kunci keberlanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa koperasi harus dibangun dengan small wins, bukan hanya simbolik, agar benar-benar tumbuh dari dan untuk masyarakat desa.
Ekonom Senior dari INDEF, Prof. Didik J. Rachbini, dalam paparannya menggarisbawahi perlunya reformulasi model bisnis koperasi agar adaptif terhadap era digital dan dinamika pasar. “Kontribusi koperasi terhadap PDB nasional masih di bawah 1 persen. Ini menandakan urgensi untuk mendorong daya saing koperasi dengan transformasi teknologi dan penguatan tata kelola,” ungkapnya.
Prof. Didik juga menyarankan pendekatan yang lebih fleksibel dan berbasis kebutuhan lokal agar koperasi mampu berkontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi domestik.
Sementara di akhir acara Prof. Bulan Prabawani, Ph.D., menegaskan pendekatan pembangunan koperasi harus berbasis kolaborasi multipihak baik pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan komunitas lokal.
Webinar ini diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan akademisi, praktisi koperasi, pemerintah daerah, serta mahasiswa. SDGs Center UNDIP berharap diskusi ini dapat menjadi pemantik lahirnya kebijakan dan praktik koperasi yang inklusif, modern, dan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. (UNDIP/Komunikasi Publik/DHW; Ed. Nurul Hasfi)
