UNDIP Jadi Bagian dari Pemecahan Rekor MURI Simulasi Bencana dengan Peserta Terbanyak Se-Indonesia dalam Rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025

Magelang, 26 April 2025 – Bertepatan dengan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025, Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui tim Diponegoro Disaster Assistance Response Team 
(D-DART) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) turut serta dalam kegiatan pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk simulasi bencana (Disaster Drill) dengan peserta terbanyak di Ind. Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan diikuti lebih dari 1,4 juta masyarakat serta 7.000 sekolah di seluruh Indonesia.

Sebanyak 60 peserta dari UNDIP yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan berpartisipasi dalam kegiatan ini di Laboratorium Kebencanaan Fakultas Kedokteran UNDIP yang berlokasi di Desa Gulon, Kabupaten Magelang. Pelaksanaan kegiatan melibatkan kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang dan Organisasi Pengurangan Risiko Bencana (OPRB) Desa Gulon, sebagai bentuk sinergi antara lingkup akademik dan pemerintah daerah dalam upaya membangun komunitas siaga bencana.

Kegiatan diawali dengan sosialisasi inovasi teknologi penyelamatan korban dengan menghadirkan Mochammad Ariyanto, S.T., M.T., Ph.D. Pak Ary memperkenalkan inovasi cyborg insect, yaitu robot berbentuk seperti kecoa yang dilengkapi perangkat elektronik mini untuk menjelajahi area pasca-bencana yang sulit diakses manusia. Robot serangga ini dirancang untuk misi eksplorasi di reruntuhan bangunan, pipa sempit, hingga lingkungan dengan oksigen rendah. Pada sesi tanya jawab, Ary mengakui adanya keterbatasan dari teknologi ini, satu diantara adalah ketergantungan terhadap kondisi suhu lingkungan. Ketika suhu ekstrem tertentu, robot mungkin kehilangan kemampuan untuk bergerak optimal. Efektivitas misi sangat bergantung pada manajemen kondisi lingkungan dan waktu. Ary berharap bahwa teknologi ini dapat segera diimplementasikan di Indonesia, agar mempercepat proses pencarian korban pada skenario bencana besar dengan risiko minimal bagi keselamatan tim penyelamat manusia

Usai sesi materi, peserta melaksanakan simulasi evakuasi bencana dengan skenario gempa bumi besar disertai gempa susulan dimana menyebabkan bencana tambahan kebakaran. Pada simulasi ini, peserta dibagi ke dalam berbagai peran yaitu korban, tim triase, tim evakuasi, dapur umum, transportasi, sirine, titik kumpul, hingga koordinator posko dan incident commander. Skema latihan mencerminkan kondisi nyata, korban tersebar di berbagai titik dengan beragam kondisi luka sehingga mendorong peserta untuk menerapkan prosedur penyelamatan berbasis prioritas dan keamanan jalur evakuasi. Simulasi ini melatih kemampuan peserta dalam mengidentifikasi jalur evakuasi yang aman, mengelola sumber daya logistik, serta melakukan komunikasi efektif lintas tim dalam situasi ketidakpastian dan tekanan waktu. Peserta juga mendemonstrasikan cara pemadaman api menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan selimut api. Peserta dilatih untuk mengedepankan prinsip “aman diri, aman lingkungan, aman korban” sebelum melakukan tindakan penyelamatan lebih lanjut.

Bayu, perwakilan dari BPBD Kabupaten Magelang, bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini. “Harapan kami acara ini tidak hanya berlangsung saat ini, tetapi bisa berkelanjutan dan berkolaborasi. Acara ini sangat bermanfaat, tidak hanya untuk sivitas akademika Undip, tetapi juga untuk masyarakat luas. Melalui pelatihan ini, diharapkan saat kejadian sesungguhnya nanti semua pihak sudah siap dan mampu menyelamatkan diri.”, pungkas Bayu.

Simulasi ini tidak hanya berfungsi sebagai latihan teknis, tetapi juga sebagai sarana mempersiapkan peserta secara mental dalam menghadapi skenario bencana riil. Civitas academica UNDIP, melalui partisipasi aktif ini, menunjukkan komitmennya dalam membangun budaya kampus tangguh bencana, mengintegrasikan inovasi teknologi, pendekatan berbasis komunitas, serta penguatan jejaring kemanusiaan di tingkat lokal maupun nasional. Agus Susilo, salah satu peserta yang merupakan tenaga kependidikan FEB Undip mengungkapkan, “Ini merupakan pengalaman berharga bagi saya, dipercaya sebagai Incident Commander. Saya belajar bagaimana mengkoordinasikan tim bencana dalam fase tanggap darurat. Semoga acara seperti ini dapat diselenggarakan secara rutin.”

Acara ini ditutup dengan evaluasi oleh Ns. Nur Hafizhah Widyaningtyas, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua D-DART. “Pelatihan rutin untuk para civitas academica diharapkan mampu menyiapkan para relawan bencana yang berkualitas sehingga UNDIP mampu menjadi salah satu kampus siaga bencana. Acara ini adalah penutup dari kegiatan Diponegoro Disaster Training yang diagendakan rutin.” Pungkasnya.

Share this :