Rektor UNDIP: Pemimpin Visioner, Komunikatif, Memadukan  Ilmu dan Kebudayaan

UNDIP, Semarang (15/10) – Hari ini, Universitas Diponegoro tepat berusia 68 tahun. Periode ini adalah masa-masa pematangan sebagai world Class University (WCU) bagi Universitas Diponegoro sekaligus pemantapan peringkat 500 QS. Segala sumber daya telah dioptimalkan dengan fokus pada sinergi, kolaborasi internal dan eksternal yang semakin kokoh. Bagi manusia, usia 68 dipandang sudah mendekati senja, namun bagi Universitas Diponegoro, inilah masa-masa untuk semakin berkarya, berprestasi, dan berkhimat bagi bangsa dan masyarakat agar menjadi kampus yang unggul dan bereputasi. Sebagai kampus yang multikultural dan plural, UNDIP juga senantiasa menghargai dan mengelola keberagaman budaya dalam kampus dan masyarakat.

Di bawah kepemimpinan Rektor, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., Universitas Diponegoro terus menunjukkan transformasi besar, tidak hanya dalam bidang akademik dan riset, tetapi juga dalam upaya memperkuat peran kebudayaan sebagai fondasi kemajuan bangsa dengan tagline “UNDIP Bermartabat dan UNDIP Bermanfaat”. Tagline ini relate dengan semangat kebudayaan yang menghadirkan pendidikan sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa.

Beliau menyampaikan bahwa kebudayaan merupakan bagian integral dari visi universitas, sebagai identitas, sebagai pendorong perubahan sosial, dan sebagai pembedaan institusi, serta pembentuk karakter civitas academica.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB UNDIP), Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum., berpandangan bahwa arah kepemimpinan rektor saat ini menghadirkan semangat baru: mengintegrasikan nilai-nilai humaniora ke dalam pembangunan universitas yang modern, berkelas dunia, namun tetap membumi.

“Beliau tidak hanya membangun UNDIP dari sisi infrastruktur dan reputasi akademik, tetapi juga dari sisi nilai dan makna. Inilah yang menjadikan UNDIP tidak sekadar unggul, tetapi juga berkarakter,” ungkap Prof. Alamsyah.

Kebudayaan sebagai Napas Universitas

Menurut Prof. Alamsyah, kebijakan Rektor UNDIP menempatkan kebudayaan dan nilai kemanusiaan sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan kampus sangat penting, mengingat universitas tidak hanya melahirkan sarjana yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan berakar pada jati diri bangsa.

“FIB UNDIP merasa sangat didukung untuk terus menjadi jantung kebudayaan di lingkungan universitas. Melalui kegiatan seni, sastra, dan riset budaya, kami merasakan dukungan penuh dari Rektor yang memahami pentingnya keseimbangan antara sains dan humaniora”.

Dalam berbagai kesempatan, rektor menekankan pentingnya menjadikan kampus menjadi tempat dialektika ide, tempat terbuka untuk pemikiran ideologis, politik, sosial, dan budaya dalam koridor NKRI sekaligus menjadi oase dan benteng terakhir dari kebanggaan berpikir bangsa. Untuk meneguhkan FIB sebagi  “kampus budaya”, fakultas harus terus merangkul, menjaga,  serta mengembangkan kebudayaan”. Ini artinya bahwa kebudayaan bukan hanya urusan fakultas budaya saja, melainkan bagian dari strategi institusional universitas secara luas.

Pemikiran Rektor: UNDIP sebagai “driving civilization”

Beberapa tahun terakhir, berbagai kegiatan event budaya telah digelar oleh Fakultas Ilmu Budaya dengan dukungan penuh pimpinan universitas. Rektor bahkan terlibat dalam menyampaikan pokok-pokok pikiran kebudayaan dan aktivitas budaya sebagai pemain seni pertunjukan ketoprak. Semangat ini sejalan dengan tekad fakultas untuk menghadirkan event-event kebudayaan. 

Melalui orasi budaya, pameran, pelestarian keseniaan, pentas budaya, dan pemikiran kebudayaan yang telah dilakukan menandakan bahwa FIB ingin meneguhkan dirinya sebagi center of culture. Semua itu tentu atas dukungan dan perhatian yang dilakukan oleh Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, M.Si.. Rektor berpandangan bahwa sebagai universitas yang berada di tengah masyarakat, UNDIP memiliki tanggung jawab moral dan historis dalam menjaga, mempelajari, dan menyebarluaskan kebudayaan lokal dan nasional. Tugas ini bukan hanya milik fakultas ilmu budaya atau seni saja, melainkan semua disiplin ilmu. Kita harus menjembatani antara ilmu pengetahuan modern dengan akar budaya bangsa.

Dalam berbagai kesempatan, rektor mengajak warga UNDIP untuk menjadikan kampus ini sebagai rumah budaya, bukan hanya sekedar sebagai rumah pengetahuan.

“Kita ingin mahasiswa lulus bukan hanya dengan kompetensi profesional, tetapi juga dengan jiwa kebudayaan, rasa bangga terhadap akar, dan kemampuan menghadapi perubahan global tanpa kehilangan identitas. Berharap UNDIP mampu menjadi penjaga, pelaku, dan penggerak kebudayaan yang progresif – melekat di akar dan maju dalam arus zaman.

Saat peresmian pameran seni pada Dies Natalis FIB UNDIP 2025, Rektor Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. menyatakan bahwa

“Budaya adalah ‘driving civilization’ suatu bangsa. Dengan menjunjung kekayaan budaya Indonesia … FIB UNDIP menjadi pembeda dari tren dunia. Eksistensi FIB sebagai pembeda dan pentingnya menjaga akar budaya”. Artinya bahwa budaya menjadi alat untuk memperkuat jati diri lokal dan nasional sekaligus kebudayaan bukan sekadar aspek estetika atau warisan pasif, melainkan sebagai kekuatan aktif yang membentuk peradaban dan identitas bangsa.

Semua kegiatan itu, menurut Prof. Alamsyah, menunjukkan bagaimana kepemimpinan rektor mendorong kampus menjadi ruang yang ramah terhadap seni dan budaya.

“Beliau melihat kebudayaan bukan sekadar pelengkap, tetapi fondasi moral dan spiritual universitas. Ini menunjukkan cara pandang yang visioner, bahwa ilmu tanpa kebudayaan akan kering, dan kebudayaan tanpa ilmu akan kehilangan arah,” tutur Dekan FIB UNDIP.

Apresiasi dan Harapan

Prof. Alamsyah menyampaikan apresiasi tinggi terhadap gaya kepemimpinan rektor yang humanis, terbuka, dan komunikatif. Bagi FIB UNDIP, kepemimpinan yang dekat dengan civitas academica dan mendukung kreativitas menjadi energi besar untuk terus berkembang.

“Atas nama seluruh keluarga besar FIB UNDIP, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Rektor UNDIP. Beliau bukan hanya pemimpin akademik, tetapi juga penggerak budaya yang sesungguhnya,” ucapnya.

Ia menambahkan, ke depan UNDIP di bawah kepemimpinan Prof. Suharnomo, UNDIP akan terus menjadi universitas yang unggul secara global, kuat secara intelektual, dan berakar kuat pada budaya lokal.

UNDIP tumbuh bukan hanya karena inovasi dan teknologi, tapi karena memiliki ruh kebudayaan yang menyatukan kita semua. Inilah universitas yang bermartabat, bermanfaat, dan berbudaya,” kata Prof. Alamsyah.

Selamat Ulang Tahun UNDIP ke-68, Kepadamulah kami berbakti dan mengabdi. (Komunikasi Publik/ UNDIP/FIB)

Share this :