UNDIP – Berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian kolektif, khususnya di ruang publik terhadap ancaman dan upaya mitigasi perubahan iklim serta pengarusutamaan perspektif hijau (keadilan sosial dan keadilan ekologis). Universitas Diponegoro dipercaya sebagai tuan rumah oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI berkolaborasi dengan Institut Hijau Indonesia dan Green Leadership Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan Road to Campus Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 yang mengusung tema “Tata Kelola Karbon dan Kedaulatan Indonesia” pada Jumat (28/6) bertempat di Engineering Hall, Gedung Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc Lantai 5 Dekanat Fakultas Teknik.
Acara berkonsep Workshop dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang menitikberatkan upaya mengelola emisi karbon serta adaptasi terhadap perubahan iklim sekaligus mempertimbangkan aspek kedaulatan Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Workshop ini juga memberikan kesempatan bagi generasi muda (Gen Z) untuk memperluas jaringan bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya, termasuk pemerintah, akademisi, dan pemangku kepentingan industri.
Kolaborasi lintas sektor ini penting untuk menghasilkan solusi yang holistik dan berkelanjutan dalam mengatasi perubahan iklim dan mempromosikan kedaulatan Indonesia. Dengan menerapkan prinsip Meaningful Youth Participation di semua tingkatan, baik lokal maupun internasional, Indonesia dan dunia tahun 2050 dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
Adapun tata kelola karbon merupakan rangkaian peraturan, kebijakan, dan penerapannya yang digunakan oleh organisasi, pemerintah, atau komunitas untuk mengelola dan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya yang berdampak pada perubahan iklim.
Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si saat sambutannya menyampaikan apresiasi, dukungan dan rasa terimakasih atas kegiatan Road to Campus di UNDIP tentang Tata Kelola Karbon. Ia menuturkan bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting bagi semua, hari lingkungan hidup sedunia 2024. “Tema yang dirasa sangat relevan dan sering terjadi cognitive dissonance atau ketidaksingkronan secara kognitif. Apa yang ada di benak kita ingin melakukan tapi perilakunya tidak mengarah kesana,” tutur Prof. Suharnomo.
Semakin tinggi cognitive dissonance berarti makin banyak hal yang ada sedikit split of personality. Kemudian di cognitive dissonance ada excusenya sehingga kita banyak do apologize, excuse untuk banyak hal. “Antara value, persepsi, sikap dan perilaku untuk support lingkungan hidup, sustainibility maka ketika bicara big picture tentang karbon dan sebagainya banyak sekali yang harus disingkronkan,” jelasnya.
Rektor UNDIP berharap mudah-mudahan makin banyak yang speak up, makin banyak yang menyuarakan maka akan menjadi gaung dan banyak yang tahu. Karena saat ini hidup di era internet seperti yang dikatakan Tom Nichols dimana ada upaya rejection of knowledge atau penolakan terhadap sumber – sumber resmi ilmu dan informasi.
“Kita butuh banyak endorse termasuk dari kampus-kampus terlebih disiarkan secara online yang kemudian bisa menjadi gaya hidup. Semoga cognitive dissonance ini makin lama makin kecil, sehingga kita tidak perlu split of personality. Big picturenya selain kita harus tetap tumbuh, mudah-mudahan tidak selalu dalam posisi diametral trade off, akan bertemu pola yang menjadikan tumbuh, sustain, tetapi juga lestari,” terang Prof. Suharnomo.
Pada kegiatan ini turut hadir Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc sekaligus sebagai keynote speaker yang menyampaikan topik “Kebijakan dan Regulasi Tata Kelola Karbon di Indonesia serta Peran Industri dan Pemerintah Daerah dalam rangka Pencapaian Penurunan Emisi GRK”. Ia menyebutkan perlu adanya suatu tata kelola yang merupakan struktur proses atau tindakan dimana terjadi interaksi antara swasta dan publik atau negara untuk mencapai tujuan. “Kalau di perubahan iklim, tata kelola fitur utamanya ada dua yaitu adaptasi perubahan iklim dan mitigasi terhadap perubahan iklim,” jelasnya.
Berdasarkan pernyataan Presiden RI Joko Widodo dalam KTT Perubahan Iklim World Leaders’ Summit, Glasgow tahun 2021 mengenai komitmen Indonesia terkait Karbon yakni pasar karbon dan nilai karbon harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim. “Maka kebijakan terbaru dari Presiden RI untuk nilai ekonomi karbon karena jika melihat mitigasi memerlukan pendanaan yang luar biasa sehingga kita menangkap peluang-peluang untuk menghidupkan ekonomi karbon dan kemudian menjadi penopang untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi di dalam negeri,” ungkap Sigit.
Sementara saat sesi workshop terdapat 2 sesi panel yakni sesi pertama dengan mengusung tema “Tata Kelola Karbon Diplomasi dan Kedaulatan Indonesia” yang menghadirkan narasumber diantaranya Prof. Dr. Makarim Wibisono, MA., Ahli Diplomasi dan Ketua Tim Penyelesaian Nonyudisial Kasus HAM Berat dengan bahasan “Tata Kelola Karbon dan Diplomasi Indonesia di Kancah Internasional”; Dr. Wahyu Marjaka, M. Eng, Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional, PPI., memaparkan tentang “Implementasi Nilai Ekonomi Karbon dalam Upaya Mencapai Kedaulatan Indonesia” dan Dr. Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik dengan topik “Literasi Karbon untuk Tata Kelola Karbon yang Lebih Baik”.
Sedangkan sesi kedua bertema “Peran Multi Dalam Tata Kelola Karbon Yang Berkeadilan” menampilkan narasumber Dessy Ariyanti, S.T., M.T., SDG’s Center UNDIP membahas tentang “Kontribusi Undip sebagai 2nd Most Sustainable University in Indonesia dalam Pengendalian Perubahan Iklim”; Dani Setiawan, Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia mengusung topik “Melihat Tata Kelola Karbon dari Perspektif Keadilan Iklim dan Potensi Karbon Biru; serta Athiya Ramadhian Khairunnisa, Alumni Green Leadership Indonesia angkatan Ke-2 yang mengulas “Pandangan Orang Muda Mengenai Konsep Tata Kelola Karbon untuk Kedaulatan Indonesia”. (DHW & Ani – Humas)