UNDIP Bangun Budaya Siaga Bencana untuk Warga Kampus

UNDIP, Semarang (17/05) – Universitas Diponegoro sebagai institusi pendidikan tinggi tidak hanya berperan dalam aspek akademik, tetapi juga memiliki tanggung jawab membangun budaya keselamatan dan kesiapsiagaan di lingkungan kampus. UNDIP melalui UPT Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Optimalisasi Peran Warga Kampus dalam Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi dan Kebakaranpada Kamis, 15 Mei 2025, di Aula Lantai 5, Dekanat Fakultas Teknik, Kampus UNDIP Tembalang.

Acara ini menjadi bagian dari peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025 yang jatuh setiap 26 April, dan melibatkan seluruh unsur kampus mulai dari dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, hingga tim profesional dari berbagai instansi seperti DAMKAR dan PMI Kota Semarang. Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapan warga kampus dalam menghadapi potensi bencana alam, khususnya gempa bumi dan kebakaran, melalui edukasi, pelatihan teknis, serta simulasi terpadu.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, Aset, Bisnis, dan Kerumahtanggaan, UNDIP, Dr. Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt., yang hadir mewakili Rektor UNDIP. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi kolaborasi seluruh pihak yang terlibat.

Ia menyampaikan bahwa membangun budaya tanggap bencana bukan hanya tugas satu atau dua pihak, tapi tanggung jawab kolektif seluruh warga kampus. “Kami ingin membentuk ekosistem kampus yang sadar risiko. Di mana setiap pegawai, dosen, mahasiswa, hingga petugas keamanan memahami peran dan tanggung jawabnya. Pelatihan dan simulasi seperti ini menjadi bagian dari proses pembelajaran praktis yang berkelanjutan,” ujar Dr. Warsito.

Sementara itu, Kepala UPT K3L UNDIP, Dr. Bina Kurniawan, S.KM., M.Kes., menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan langkah nyata UNDIP dalam memperkuat kapasitas dan keterlibatan seluruh elemen kampus dalam menghadapi bencana. “Kegiatan ini menjadi momentum untuk menyatukan semangat kerelawanan, memperkuat koordinasi lintas sektor, serta meningkatkan keterampilan teknis warga kampus dalam merespons situasi darurat,” jelas Dr. Bina.

Ia juga menegaskan bahwa banyak pegawai UNDIP telah mendapatkan sertifikasi di bidang K3 sejak dua tahun terakhir, mulai dari pemadam kebakaran, K3 umum, P3K, hingga K3 listrik dan laboratorium. Semua ini menjadi aset berharga dalam menciptakan kampus Zero Accident yakni lingkungan yang aman, sehat, nyaman, dan produktif bagi seluruh penghuninya.

Sesi materi pertama dibawakan oleh Prof. dr. Achmad Zulfa Juniarto, M.Si.Med., Sp.And (K), M.M.R., Ph.D., Sp. And Subsp. FER., FISQua. selaku Ketua Diponegoro Disaster Assistance Response Team (D-DART). Dalam paparannya berjudul “Kesiapsiagaan Bencana di Perguruan Tinggi”, Prof. Zulfa mengajak peserta untuk memahami pentingnya nilai kemanusiaan dalam kesiapsiagaan bencana sekaligus sinergi bagi civitas academica UNDIP dalam penanggulangan bencana.

“Kerelawanan bukan hanya soal hadir di lokasi bencana, tapi soal keberanian untuk peduli dan bertindak sebelum bencana datang. D-DART hadir bukan hanya sebagai tim reaksi cepat, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan masyarakat kampus dalam kesiapsiagaan. Kita butuh dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, bahkan relawan eksternal untuk membentuk jejaring tangguh yang solid dan terlatih,” ujar Prof. Zulfa.

Selanjutnya, Karnoto, S.T., M.T., memaparkan materi “Identifikasi Bahaya dan Potensi Risiko Kelistrikan (Trafo, Panel, Kubikel)” dengan peserta dari kalangan pegawai bersertifikat Petugas K3 Listrik. Ia menyoroti pentingnya manajemen kelistrikan dalam mencegah bencana kebakaran di lingkungan kampus. “Banyak kebakaran di fasilitas publik berawal dari kelalaian terhadap sistem kelistrikan. Identifikasi dini dan pemeliharaan rutin adalah kunci utama dalam mencegah bencana akibat korsleting atau overheat sistem,” paparnya.

Materi berikutnya disampaikan oleh Dr. A.A.S. Manik Mahachandra, S.T., M.Sc. mengenai “Inspeksi Lingkungan Kerja dan Pengenalan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control)” yang ditujukan kepada pegawai bersertifikat Ahli K3 Umum, mahasiswa K3, serta anggota OSH Forum FKM UNDIP. Ia menekankan bahwa setiap individu di lingkungan kerja harus memiliki pemahaman dasar tentang bahaya di sekitar mereka.

“HIRADC adalah alat penting untuk menyadari bahwa setiap aktivitas memiliki potensi risiko. tanpa identifikasi yang tepat, kita akan selalu berada selangkah di belakang dalam mengantisipasi kecelakaan kerja,” tegasnya.

Dari sisi praktik penanggulangan kebakaran, tim dari Pemadam Kebakaran (DAMKAR) Kota Semarang memberikan pelatihan mengenai penggunaan alat pemadam api tradisional maupun modern. Sesi ini diikuti oleh peserta dari kalangan Pegawai Sertifikasi Peran Kebakaran, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Petugas Keamanan Kampus.

Adapun tim dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang memberikan pelatihan tentang Pertolongan Pertama pada Bencana di Gedung Bertingkat, dengan sasaran peserta dari kalangan pegawai bersertifikasi P3K dan anggota KSR (Korps Sukarela.

Kegiatan ditutup dengan simulasi terpadu gempa bumi dan kebakaran, yang melibatkan seluruh penghuni gedung Dekanat FT UNDIP. Dipimpin oleh tim dari DAMKAR dan PMI Kota Semarang, simulasi ini dirancang menyerupai kondisi nyata mulai dari getaran gempa, bunyi alarm, evakuasi darurat, hingga penanganan korban. Skenario ini menjadi ajang evaluasi sistem tanggap darurat kampus, sekaligus pembelajaran bersama tentang pentingnya sinergi, komunikasi, dan aksi cepat dalam situasi krisis.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen UNDIP dalam membentuk ekosistem kampus yang aman, sigap, dan tangguh dalam menghadapi bencana. Harapannya, melalui kegiatan berkelanjutan, UNDIP tidak hanya menjadi institusi pendidikan, tetapi juga pusat keteladanan dalam manajemen risiko bencana. (Komunikasi Publik/UNDIP/DHW)

Share this :