UNDIP, Semarang (27/08) – Universitas Diponegoro kembali menggelar Sidang Terbuka Senat Akademik dalam rangka Upacara Purna Adi Cendekia di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Kampus Tembalang. Setelah sehari sebelumnya melepas tiga Guru Besar, kali ini penghormatan diberikan kepada empat akademisi senior yang menuntaskan pengabdiannya, yaitu Prof. Drs. Tarmizi Achmad, M.B.A., Ph.D., Prof. Drs. Agusty Tae Ferdinand, M.B.A., D.B.A. (Fakultas Ekonomika dan Bisnis), Prof. Drs. Mustafid, M.Eng., Ph.D. (Fakultas Sains dan Matematika), dan Prof. Dr. Ir. Slamet Budi Prayitno, M.Sc. (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan).
Upacara ini dihadiri langsung oleh Rektor UNDIP, Ketua Senat Akademik, Ketua Majelis Wali Amanat, para Wakil Rektor, Dewan Profesor, Dekan Fakultas dan Sekolah, serta segenap pejabat di lingkungan UNDIP, yang memberikan penghormatan atas perjalanan panjang para akademisi senior tersebut.
Pada pengantarnya, Ketua Senat Akademik UNDIP, Prof. Ir. Edy Rianto, M.Sc., Ph.D., I.P.U., menyampaikan apresiasi atas dedikasi empat Guru Besar yang purna tugas, seraya berharap mereka tetap menjadi inspirasi bagi generasi akademisi berikutnya.
Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., mengungkapkan rasa hormat yang mendalam kepada para Guru Besar purna tugas yang dianggap sebagai sosok luar biasa dan layak dijadikan teladan berharga dengan standar akademik dan moral tinggi yang patut dicontoh. “Dari orasi mereka, tersirat benang merah kebijaksanaan yang patut diwarisi generasi muda,” tuturnya. Rektor menegaskan bahwa tagline bermartabat dan bermanfaat menjadi cermin panggilan sejati seorang dosen, yakni mengabdi dengan hati, passion, dan dedikasi penuh.
Prof. Suharnomo juga menekankan pentingnya riset yang tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Menutup sambutannya dengan penuh haru, berharap agar karya dan kebijaksanaan para Guru Besar terus menjadi warisan berharga yang patut diteladani, sekaligus pengingat bahwa ilmu dan pengabdian sejatinya harus membawa kemanfaatan sebesar-besarnya bagi manusia dan bangsa.
Dalam orasi ilmiahnya, keempat Guru Besar purna tugas UNDIP meninggalkan pesan reflektif yang sarat makna. Prof. Drs. Tarmizi Achmad, M.B.A., Ph.D. sebagai pakar ilmu akuntansi menyoroti isu fraud yang disebutnya sebagai ancaman serius, bahkan di dunia pendidikan. Ia mengibaratkan fraud sebagai racun yang merusak dari dalam, atau api kecil yang dibiarkan hingga membakar institusi.
Menurutnya, hanya dengan integritas sebagai “perisai sejati” amanah dapat dijaga, sehingga universitas tetap tegak dan bermartabat, bukan hanya di mata akademik, tetapi juga di hadapan Sang Pencipta. Pesan reflektif ini menjadi penutup perjalanan Prof. Tarmizi sebagai Guru Besar UNDIP, sekaligus pengingat bahwa keberhasilan sejati lahir dari kebenaran dan tanggung jawab moral, bukan dari tipu daya.

Sementara itu, Prof. Drs. Agusty Tae Ferdinand, M.B.A., D.B.A. mengenang perjalanan panjangnya sejak mahasiswa tahun 1975 hingga meraih gelar guru besar manajemen pemasaran. Baginya, dosen sejati bukan sekadar pengajar di ruang kuliah, melainkan pelita yang menyalakan rasa ingin tahu dan membentuk insan merdeka. Ia menegaskan bahwa ketika seorang pendidik berhenti membaca, menulis, dan belajar, maka padamlah panggilan akademiknya.
Dalam refleksi kritisnya, Prof. Agusty menyoroti ancaman plagiarisme dan turunnya mutu akademik yang berpotensi merusak masa depan bangsa. Ia menutup dengan pesan kuat bahwa profesor sejati lahir dari kejujuran, kerja keras, serta pengabdian melalui riset dan karya, dan hanya dengan integritas akademik universitas dapat melahirkan generasi yang bermartabat.
Selanjutnya, Prof. Drs. Mustafid, M.Eng., Ph.D. dalam orasi ilmiahnya mengulas perkembangan riset statistika dan machine learning yang menjadi kepakarannya. Ia menjelaskan bahwa inti dari intelligent analytics adalah kemampuan membaca fenomena, menganalisis, dan mengambil keputusan cerdas secara cepat dan tepat di era big data.
Lebih jauh, Prof. Mustafid sebagai pakar sistem informasi, pengendali kualitas statistika memperkenalkan konsep intelligent analytics dan digital intelligence sebagai paradigma baru dalam riset dan pendidikan, yang telah melahirkan berbagai inovasi mulai dari e-commerce, metaverse, blockchain, hingga teknologi berbasis sensor pintar. Menutup refleksinya, Prof. Mustafid menekankan bahwa ilmu tidak seharusnya berhenti pada publikasi, tetapi harus memberi manfaat nyata bagi kehidupan dan peradaban.
Paparan dilanjutkan Prof. Dr. Ir. Slamet Budi Prayitno, M.Sc. yang mengenang perjalanan panjangnya sebagai dosen dengan kepakaran di bidang Akuakultur. “UNDIP adalah rumah tempat ia tumbuh, belajar, mengabdi, membina mahasiswa, sekaligus memperluas jejaring ilmiah hingga ke tingkat internasional,” ungkapnya.
Dedikasinya sebagai ahli kesehatan ikan tercermin dalam riset, pengajaran, dan pengabdian yang tidak hanya memperkuat dunia akademik, tetapi juga menopang ketahanan pangan nasional. Melalui pengembangan imunostimulan, obat herbal, dan panduan pengelolaan kesehatan ikan, ia berupaya menghadirkan solusi berkelanjutan bagi masyarakat. Mengakhiri pidatonya, Prof. Slamet menegaskan bahwa purna tugas hanyalah penanda waktu, karena dedikasi seorang pendidik akan terus hidup, sebagaimana silaturahmi dan kebersamaan yang tak pernah usai.
Acara ditutup dengan prosesi penyerahan plakat Purna Adi Cendekia oleh Rektor bersama Ketua Senat Akademik. Momen sakral itu semakin khidmat ketika lantunan “Bagimu Negeri” berkumandang, menghadirkan suasana haru yang berpadu dengan rasa bangga atas dedikasi para Guru Besar bagi UNDIP dan bangsa.
Upacara Purna Adi Cendekia hari kedua ini menjadi momentum refleksi bahwa pengabdian seorang Guru Besar tidak pernah berhenti meski masa jabatan formal berakhir. Warisan intelektual, nilai, dan dedikasi para Guru Besar akan terus hidup menginspirasi generasi baru dan menjadi fondasi UNDIP dalam menapaki langkah menuju universitas kelas dunia. (Komunikasi Publik/UNDIP/DHW)
