UNDIP, Semarang (8/10) – Universitas Diponegoro (UNDIP) jadi tuan rumah The 13th International Fisheries Symposium (IFS): ASEAN Fisheries and Marine Resources for Global Sustainability, simposium internasional yang diselenggarakan di Muladi Dome Gedung Serba Guna UNDIP pada 6-9 Oktober 2025 dengan ratusan peserta dari 16 negara se-Asia Pasifik. Dalam penyelenggaraannya, FPIK UNDIP berkolaborasi dengan ASEAN Fisheries Education Network (ASEAN FEN) dan Ikatan Sarjana Oseonologi Indonesia (ISOI).
Pada hari kedua (8/10), Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memberikan kata pengantar secara daring. The 13th IFS 2025 juga menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono sebagai keynote speaker dan Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno sebagai plenary speaker. Di hari kedua ini, The 13th IFS 2025 juga merupakan momentum pertemuan The 21st Indonesian Oceanologist Association Conference (PIT ISOI) 2025.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dalam video virtualnya menyambut seluruh peserta IFS 2025 yang antusias mengikuti jalannya acara beberapa hari ini. Dirinya menyatakan bahwa simposium internasional ini merupakan wujud kolaborasi dan langkah nyata untuk menyampaikan inspirasi untuk penguatan potensi kelautan dunia. “Bersama-sama kita kembangkan kapasitas laut, untuk konservasi laut yang berkelanjutan dan menuju kedaulatan pangan,” pungkasnya.
Keynote speaker, Menteri KKP RI Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan bahwa posisi geografis Indonesia sangat strategis sehingga penguatan blue economy (ekonomi biru) sangat dibutuhkan. Blue economy adalah suatu konsep pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir secara inovatif dan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut. “Di masa mendatang, populasi dunia meningkat sebanyak 30% pada tahun 2050. Land-based food tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan semua manusia di dunia jadi perlu ditambahkan sumber makanan dari laut atau blue food. Lebih dari 2.500 spesies laut yang dapat digunakan sebagai sumber pangan berbasis laut, dengan kandungan protein yang lebih tinggi, menghasilkan emisi karbon lebih rendah dari pangan berbasis ternak, sumber daya pangan yang berkelanjutan serta meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir pantai,” jelasnya.
Menteri Sakti Trenggono juga menjabarkan selain udang, komoditi sumber daya laut Indonesia yang utama yaitu tilapia, kepiting, rumput laut, dan lobster. Penguatan blue economy juga harus memperhatikan konservasi biodiversitas laut Indonesia agar tetap aman. Menteri KKP RI melanjutkan, “Berdasarkan riset KKP RI, terdapat kurang lebih 18.000 kapal penangkap ikan di laut Indonesia. Bagaimana ruang konservasi untuk laut kita, apakah bisa terjaga dengan baik? Inilah peran kita semua, melalui simposium internasional ini mari kita bersama menyatukan ide untuk melindungi laut kita.”
Kemudian Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno menjelaskan tentang “The Strategic Role of ISOI toward a Food Security from the Sea and Shore.” NKRI, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menjadi basis dari hukum laut internasional. Konvensi hukum laut internasional utama adalah Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) atau Konvensi Hukum Laut. “Untuk menjaga laut kita, tentu kita harus memperhatikan nelayan kecil (independent small fishermen), contohnya dengan subsidi yang berasal dari APBN berupa asuransi, pelatihan, dan lain-lain. Ini tentang bagaimana kita menerapkan ‘economic justice’ seperti di Indonesia bagian timur, infrastrukturnya terbatas tapi SDA luar biasa. Nelayan di sana dapat mendapatkan banyak ikan akan tetapi tidak mempunyai cold storage sehingga stok ikan jadi terbuang. Mereka juga belum punya akses untuk menjalankan ekspor. Apabila memiliki cold storage, ini mampu meningkatkan 80% efisiensi kerja nelayan,” katanya. Untuk itu, Arif Oegroseno mengajak anggota ISOI untuk menemukan solusi atas tantangan dalam pengelolaan hasil SDA kelautan berbasis SDGs #14 Life Below Water.
Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. secara resmi membuka rangkaian acara The 13th IFS 2025 hari kedua. Ia mengucapkan terima kasih dan rasa bangga atas kehadiran pakar ahli di bidang kelautan dan perikanan sebagai pembicara dan peserta pada simposium internasional ini. Prof. Suharnomo mengatakan, “Kita wujudkan pengelolaan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sembari menghadapi tantangan global dan perubahan iklim. Topik diskusi di IFS 2025 ini meliputi keamanan pangan, pengembangan ekonomi, dan juga kesejahteraan masyarakat yang senada dengan tagline UNDIP Bermartabat dan Bermanfaat.”
Nani Hendiarti selaku Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan RI dan Ketua Umum ISOI menyampaikan bahwa ISOI telah memberikan policy brief kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mengenai proyek revitalisasi tambak Pantura agar pengelolaannya lebih maksimal dan menyejahterakan masyarakat pesisir. Nani berkata, “Kita berikan science-based policy untuk mennguatkan blue food production dan food security, tentunya dengan kolaborasi multi-stakeholder. Kita jaga produktivitas untuk ekologi dan ekonomi yang terintegrasi.”
Acara dilanjutkan dengan sesi talk show bersama narasumber:
- Dr. Hansan Park (Director of the Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center / MTCRC)
- Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa (Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional)
- Ir. Koswara, M.P. (Dirjen Pengelolaan Kelautan RI)
- Dr. Agus Santoso (Direktur CLIVAR Project, OUC China, UNSW-Australia)
- R. Dwi Susanto, Ph.D. (Peneliti Senior di University of Maryland)
Penyelenggaraan simposium internasional ini merupakan langkah nyata UNDIP dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) #14 Life Below Water, #13 Climate Action, dan #3 Good Health and Well-being. (Komunikasi Publik/UNDIP/Titis)