Universitas Diponegoro

Mahasiswa Tim I KKN Kabupaten Grobogan Hasilkan Antiseptik Dari Pelepah Pisang dan Briket Dari Arang Sekam

Tangan manusia merupakan salah satu bagian yang ternyata menjadi rumah ternyaman bagi bakteri sekaligus perantara penyebaran penyakit ke tubuh. Sentuhan tangan, baik secara langsung dengan kulit orang lain maupun saat memegang benda dapat menjadi medium penyebaran bakteri. Hal tersebut menjadi motivasi bagi Anggis, dkk mahasiswa KKN Undip Desa Pilang Payung, Kecamatan Toroh,  Kabupaten Grobogan membuat antiseptik dengan bahan dasar pelepah pisang.

“Pelepah pisang mengandung senyawa metabolit sekunder yang dan menyembuhkan luka dan bersifat antimikroba, didalamnya juga mengandung zat tanin yang efektif membunuh kuman” ungkap Anggis. Anggis menjelaskan pembuatan antispetik ini cukup sederhana, pelepah pisang dikupas kulitnya sampai lapisan ketiga atau terlihat gabusnya, lalu dipotong kecil-kecil agar mudar untuk di juicer, juicer pelepah pisang akan mengeluarkan sari, kemudian di saring, terakhir adalah dicampurkan dengan bahan kimia antiseptic seperti alcohol 70% dan Aquadest.

“Kami telah mensosialisasikan pembuatan antiseptik ini sekaligus memberikan informasi pada masyarakat tentang dampak mikroorganisme yang merugikan, seperti diare yang disebabkan oleh bakteri Escherichiacoli, keracunan makanan dari bakteri Salmonella dan Shigella, serta penyakit kulit atau gatal-gatal yang bisa disebabkan dari bakteri Staphylococcus epidermis, upaya pencegahan awal diantaranya melindungi tangan dari kuman dengan menggunakan antispetik pelepah pisang” tuturnya.

Pembuatan Briket Dari Arang Sekam

Selain itu mahasiswa KKN Kelurahan Grobogan, Kecamatan Grobogan, Umi Az Zuhra, Ansala dan tim telah mensosialisasikan pembuatan briket kepada. Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu yang telah mengalami proses pemampatan sehingga daya pembakarannya lebih baik. “”Briket ini berbahan dari sekam padi, sabut kelapa, tepung kanji dan air panas, sedangkan alat yang digunakan adalah saringan, alu, wadah, cerobong kawat besi, bambu atau paralon. Briket yang kami hasilkan ini berkualitas baik, karena mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, berdaya bakar lebih besar, panas kontinue dan kedap air serta hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama” ungkap Umi Az Zuhra mahasiswa dari Fakultas Teknik ini.

Ansala turut menjelaskan proses pembuatan briket, pertama adalah sabut kelapa dibakar didalam cerobong kawat besi, sekam satu karung diletakkan disekeliling cerobong hingga semua sekam menjadi arang. Arang sekam dihaluskan dengan alu dan diayak dengan saringan agar diperoleh arang yang sama halusnya. Selanjutnya membuat lem dari campuran tepung kanji dan air panas dengan perbandingan 3:1, kemudian campurkan arang sekam dan lem kanji dengan perbandingan kurang lebih 3 : 2 diaduk hingga merata. “Adonan briket siap dicetak dengan menggunakan bambu atau paralon, jemur dan keringkan briket yang telah dicetak hingga benar-benar kering dan briket siap digunakan. Sedangkan pengembangan briket untuk skala komersil dapat menggunakan alat pencetak briket yang sudah ada di pasaran” terangnya.

Share this :
Exit mobile version