dr. Dwi Hestu Anindita (Dokter RSND UNDIP): Tetap Patuhi Protokol Kesehatan, Jangan Lengah Pada Corona

Pandemi Covid di Indonesia masih terus menunjukkan peningkatan angka pasien yang terkonfirmasi positif. Masyarakat diharapkan untuk mewaspadai dan melawan virus corona  dengan tetap disiplin menjalanlan protokol kesehatan agar terhindar dari penularannya, sebab efektifitas penekanan risiko penularan akan lebih maksimal dengan menerapkan prokes yang ketat. Dalam kondisi covid seperti ini masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatannya.

“Kami menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa patuh pada protokol kesehatan, selalu menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan yang terpenting adalah menjaga jarak, jangan bergerombol, menghindari keramaian dan jangan sampai lengah pada virus corona” tutur dr. Dwi Hestu Anindita, dokter Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Universitas Diponegoro dalam dalam Talkshow Healthy Life Kerjasama RSND UNDIP dengan Trijaya FM dengan tema “Kapan Harus Periksa Saat Bahaya Corona Melanda” (17/6).

“Jika sudah mengetahui hasil swab antigen kita positif, kita harus segera mengisolasi mandiri diri kita, tujuannya agar kasus tidak bertambah atau menyebar sedemikian cepat. Kemudian kita melaporkan ke layanan kesehatan terdekat, misalnya ke Puskesmas supaya ada data dan biasanya dari tim Puskesmas akan menurunkan petugas kesehatan untuk melakukan tracing. Menurut WHO 80% virus corona itu gejalanya ringan, jadi tidak semuanya harus dirawat di rumah sakit, yang penting isolasi mandiri tadi, menjaga diri kita dan keluarga ketika mengetahui hasil swab antigen positif” terangnya.

“Pada pemerikasaan swab antigen adalah ketika tubuh kita terjadi suatu proses inveksi tubuh kita akan mengeluarkan suatu protein yang bisa didektesi dari swab antigen sedangkan pemeriksaan PCR adalah kita mencari muatan genetic dari virus yang ada di tubuh kita” lanjutnya.

Mengenai penggunaan ventilator, menurut dr. Dita, kondisi pasien saat dipasangi ventilator biasanya sudah dalam kondisi gagal nafas atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) dan ada gradenya yakni grade ringan, sedang dan berat. “Untuk sampai pada kondisi pemasangan ventilator cukup panjang stepnya, jadi biasanya kita mulai dari non-invasif dulu. Misalnya dari kasus sesak dengan nafas berat, kita bantu dengan terapi oksigen kemudian dipantau kondisinya, baik dari fungsi sistem respirasinya maupun fungsi sirkulasi kardiovaskular,  jadi tidak secepat itu untuk proses sampai tahap memasang ventilator. Pemasangan ventilator digunakan pada kondisi yang memang sudah sangat berat, ventilator itu dipakai jika orang tersebut sudah sangat kesulitan bernafas spontan atau kesusahan bernafas secara mandiri” ungkapnya.

“Yang perlu diperhatikan oleh masyarakat saat melakukan isolasi mandiri, pertama kita harus tahu dulu tempat isomannya, misalnya di rumah kita tinggal dengan siapa saja dan mengetahui kondisi anggota keluarga di rumah kita seperti apa, jika ada yang positif disendirikan. Tidak bertukar alat makan dengan keluarga yang positif covid, menggunakan masker, menjaga dan meningkatkan kebersihan diri kita diantaranya dengan mencuci tangan  atau mandi, dan sebagainya. Selanjutnya adalah mengatur pola makan, makan makanan yang sehat, minum vitamin, jika sudah diberikan obat diminum sesuai aturan pakainya, kemudian istirahat” pesan dr. Dita. (Linda Humas)

Share this :

Category

Arsip

Related News